Saya selalu merasa indah untuk menyanyikan puisi-puisi yang memesona, gubahan Raja Penyair Arab terkemuka : Ahmad Syauqi, ini.
هَذَا رَسُولُ اللهِ لَمْ يَنْقُصْ حُقُوقَ المُؤْمِنَاتِ
الْعِلْمُ كَانَ شَرِيعَةً لِنِسَآئِهِ المُتُفَقِّهَاتِ
رُضْنَ التِّجَارَةَ وَالسِّيَا سَةَ وَالشُّؤُونَ الأُخْرَيَاتِ
وَلَقَدْ عَلَتْ بِبَنَاتِهِ لُجَجُ العُلُومِ الزَّاخِرَاتِ
كَانَتْ سُكَيْنَةُ تَمْلَأُ الدُّنْـ يَا وَتَهْزَأُ بِالرُّوَاةِ
رَوَتِ الحَدِيثَ وَفَسَّرَتْ آيَ الْكِتَابِ البَيِّنَاتِ
وَحَضَارَةُ الإِسْلَامِ تَنْـ طِقُ عَنْ مَكَانِ المُسْلِمَاتِ
بَغْدَاد دَارُ العَالِمَا تِ وَمَنْزِلُ المُتَأَدِّبَاتِ
وَدِمَشْقُ تَحْتَ أُمَيَّة أُمُّ الجَوَارِي النَّابِغَاتِ
وَرِيَاضُ أَنْدَلُسْ نَمَيْـ نَ الهَاتِفَاتِ الشَّاعِرَاتِ
Lihatlah
Utusan Tuhan ini
Ia tak pernah mencatut hak-hak perempuan beriman
Ilmu pengetahuan menjadi jalan hidup keluarganya
Mereka menjadi pengusaha,
Ahli hukum,
Aktivis politik, kebudayaan dan sastra
Berkat putri-putri Nabi
Gelombang pengetahuan menjulang ke puncak langit
Lihatlah, Sukainah
Namanya menebar harum di seluruh pojok bumi
Ia mengajarkan kata-kata Nabi
Dan menafsirkan kitab suci
Lihatlah
Buku-buku dan kaligrafi yang indah
Bercerita tentang ruang
Perempuan-perempuan Islam yang gagah
Baghdad
adalah rumah perempuan-perempuan cerdas
Padepokan perempuan-perempuan elok
Yang mengaji huruf-huruf suci dan menulis sastra
Damaskus zaman Umayyah
adalah sang ibu bagi gadis-gadis cendekia
Tempat pertemuan seribu perempuan piawai.
Taman-taman Andalusia
merekah bunga warna-warni
Perempuan-perempuan cantik bernyanyi riang
Dan gadis-gadis anggun membaca puisi
Puisi-puisi di atas menggambarkan fenomena dan realitas perempuan Islam di atas panggung sejarah Islam awal. Pusat-pusat peradaban Islam, paling tidak di tiga kota metropolitan, pusat peradaban dunia saat itu: Damaskus (Siria), Baghdad (Irak) dan Andalusia (Spanyol) memperlihatkan aktifitas, peran dan posisi kaum perempuan dalam ruang publik, politik, ekonomi dan budaya.
Fakta-fakta sejarah dalam peradaban awal Islam ini menunjukkan dengan pasti betapa banyak perempuan yang menjadi ulama, cendikia dan intelektual, dengan beragam keahlian dan dengan kapasitas intelektual yang relatif sama dengan bahkan sebagian mengungguli ulama laki-laki. Fakta ini juga dengan sendirinya telah menggugat anggapan banyak orang bahwa akal, intelektualitas, kecerdasan dan moralitas perempuan lebih rendah dari akal, intelektualitas dan moralitas laki-laki.
Islam hadir untuk sebuah cita-cita kemanusiaan universal : membebaskan penindasan, diskriminasi dan kebodohan menuju perwujudan kehidupan yang setara, berkeadilan dan berilmu pengetahuan bagi semua manusia : laki-laki dan perempuan.
Nama-nama perempuan ulama/intelektual/cendikia, perjalanan hidup dan karya-karya mereka terekam dengan baik dalam banyak buku dan tgerukir indah dalam kaligrafi. Ibnu Hajar, seorang ahli hadits terkemuka dalam bukunya : “Al-Ishabah fi Tamyiz al-Shahabah”, menyebut 500 perempuan ahli hadits dan menulis jejak langkah mereka.
Nama-nama mereka juga ditulis ahli sejumlah ulama : Imam Abu Zakariya Muhyiddin bin Syaraf al-Nawawi dl-Dimasyq, muhaddits faqih besar dalam “Tahzib al-Asma wa al-Rijal”. Khalid al-Baghdadi (1779-1827 M), seorang sufi besar menulis ratusan perempuan ulama dan cendikia dalam bukunya yang sangat terkenal : “Tarikh Baghdad”.
Juga Abu Abdullah Muhammad bin Sa’ad (784-845 M), seorang sejarawan awaal terkemuka menulis mencatat nama-nama dan sejarah hidup mereka dalam karyanya yang termasyhur “Al-Thabaqat”. Demikian juga Imam al-Sakhawi, seorang sejarawan, ahli hadits, tafsir dan sastra, dalam bukunya “al-Dhaw al-Lami’ li Ahli al-Qarn al-Tasi’” dan lain-lain. (Bersambung)