Mubadalah.id – Dua kota suci di dunia ini, Kota Mekah dan Kota Madinah, telah saya kunjungi dalam rangka melaksanakan perjalanan spiritual ibadah umroh pada bulan September 2022. Saya menjadi seorang yang cukup beruntung karena diajak orang tua untuk memenuhi panggilan ilahi. Ini merupakan pertama kalinya saya menginjakkan kaki di tanah, yang dalam sejarahnya, menjadi tempat kelahiran Nabi Muhammad saw, sosok panutan kita semua.
Di tanah suci, Mekah dan Madinah, tujuan utama kita memang untuk beribadah, sebab pahala berlipat ganda menanti kita jika mau melaksanakan salat, khususnya di Masjid Nabawi yang ada di Kota Madinah, dan Masjidil Haram yang ada di Kota Mekah. Akan tetapi, berkunjung ke tanah suci, bukan saja sekadar untuk beribadah kepada Allah swt. Tapi juga bagaimana menerapkan sifat-sifat kemanusiaan kita selama di sana.
Di luar beribadah kepada Allah swt, dalam hal ini adalah hablum minallah, kita juga diharuskan untuk mengimplementasikan prinsip-prinsip hablum minannas (hubungan sesama manusia) dan hablum minal alam (hubungan dengan alam). Hablum minannas contohnya adalah menolong orang lain, menghormati orang yang sudah tua, memberi jalan kepada kaum disabilitas. Sementara hablum minal alam contoh kongkritnya adalah kita dilarang untuk memetik bunga atau tumbuhan yang ada di tanah haramain.
Hikmah Ibadah Umroh
Jujur, selama menjalankan perjalanan spiritual ibadah umroh, banyak hikmah yang bisa saya petik. Mungkin orang-orang yang pernah umroh, juga demikian. Hikmah-hikmah itu diantaranya adalah meningkatkan kedisiplinan, meningkatkan kualitas ibadah, memunculkan sifat sabar, melahirkan rasa solidaritas serta meningkatkan dakwah dengan meningkatkan pesan-pesan yang Nabi saw ajarkan. Nah, pada tulisan kali ini, lebih dalam akan membahas ‘sifat sabar’ selama di tanah suci.
Jadi begini, ibadah umroh itu merupakan ajang berkumpulnya orang-orang muslim dari penjuru dunia untuk melaksanakan perintah Allah swt, yakni menjalankan ritual-ritual yang telah ditetapkan. Seperti niat berihram, tawaf sebanyak tujuh putaran, sai hingga terakhir adalah tahalul atau mencukur rambut. Selain itu, setiap muslim juga dianjurkan untuk memperbanyak melakukan ibadah lainnya selama berada di Mekah dan Madinah.
Perbanyak Ibadah di Tanah Suci
Melakukan banyak ibadah jauh lebih utama, karena tujuan kita datang ke tanah suci, rela meninggalkan rumah, tak lain dan tak bukan adalah untuk memenuhi panggilan Allah swt. Dengan memperbanyak ibadah, baik salat, sedekah, puasa dll, maka pahala yang kita dapat pun semakin banyak. Insya Allah.
Selama berada di tanah haramain, saya bertemu dengan banyak orang muslim dari berbagai lintas negara, seperti orang Malaysia, Thailand, Pakistan, dan Inggris, meski bertemu dengan orang Indonesia jauh lebih dominan, entah di ruang makan, lift, dan di masjid. Pendek kata, banyak umat Islam dari berbagai negara yang berkumpul di satu tempat.
Dengan banyaknya orang di satu tempat tentu akan menimbulkan masalah dengan fasilitas yang harus kita gunakan bersama karena jumlah yang terbatas. Apalagi, sifat-sifat manusia antara satu dan lainnya berbeda, ada yang berwatak keras, juga ada yang kalem. Di sini, penting bagi saya untuk mengedepankan sifat sabar. Karena sifat egois dan mementingkan diri sendiri akan mengurangi nilai ibadah yang sedang kita kerjakan.
Belajar Sabar di Tanah Suci
Sifat sabar memang harus menjadi perhiasan bagi setiap jamaah umroh. Menuntut kesabaran tak hanya pada saat puncak pelaksanaan umroh, tetapi dalam seluruh proses umroh. Mulai dari pendaftaran, keberangkatan, ketika berada di Tanah suci, hingga kembali ke Tanah Air.
Sebelum mendarat di tanah suci, kesabaran saya sudah diuji ketika harus mengantri untuk pemeriksaan dokumen di bandara, hingga menunggu pesawat selama berjam-jam. Setibanya di tanah suci, ujian kesabaran itu semakin tinggi, karena bukan saja saya berhadapan dengan banyak orang, tapi juga berlatih sabar menghadapi diri sendiri.
Terkadang hasrat diri ingin kebiasaan-kebiasaan yang kerapkali saya lakukan di rumah, diimplementasikan selama di tanah suci. Misalnya sering rebahan, banyak main handphone, dan kebiasaan lain yang itu sebenarnya manfaatnya kecil. Tapi saya sadar, saya sedang berada di tanah suci, di mana saya di sini perlu mengurangi kebiasaan-kebiasaan yang manfaatnya kecil tersebut, dengan memperbanyak melakukan hal-hal yang jauh lebih bermanfaat.
Sifat sabar juga saya terapkan ketika berada di hotel. Di Madinah, saya menginap di hotel Hayyat Plus. Hotel ini terdapat 15 lantai dengan jumlah 6 lift. Banyaknya orang yang menunaikan ibadah umroh membuat saya perlu bersabar. Bersabar yang bagaimana? Bersabar ketika akan makan, sebab di ruang makan, saat waktu makan, sangat ramai. Dengan sistem prasmanan, kita harus menunggu ketika antrian panjang.
Sifat sabar juga saya terapkan saat berada di lift, kita perlu bersabar mengantri, sebab, meski jumlah liftnya ada 6 dengan kapasitas maksimal 8 orang, lift-lift itu akan selalu ramai ketika waktu salat fardhu tiba dan juga waktu makan (pagi, siang, malam). Tidak sampai di situ, kita juga perlu sabar saat ramainya orang-orang, membuat mereka berebut untuk masuk lift duluan. Kadang kala saling dorong terjadi, saling senggol, tak peduli meski di situ terdapat tiyang sepuh (orang tua). Hal tersebut juga saya alami ketika di hotel Mekah.
Sabar dan Ikhlas
Sabar selanjutnya ketika berada di tanah haramain, adalah bersabar menghadapi rutinitas ibadah sehari-hari. Bagi yang belum terbiasa, mungkin akan terasa berat, bahkan amat sulit dalam menjalankan ketaatan dan perintah Allah Swt sehingga membutuhkan kesabaran yang tinggi. Seperti contoh sabar dalam menahan diri dari sifat malas agar tetap istiqamah dalam menjalankan kewajiban salat tepat pada waktunya, menjalankan salat selalu berjamaah, sabar dalam menjaga lisan, hati dan pikiran, dan lain sebagainya.
Menjauhkan diri dari rasa malas ketika di tanah suci, memang membutuhkan perjuangan ekstra, kesabaran tingkat tinggi. Kendati demikian, rasa malas itu akan hilang dengan sendirinya ketika selama di sana kita merasa happy, enjoy, dan menikmati. Dan saya betul-betul merasakan tiga hal tersebut, serta berlatih sabar-sabar yang lainnya.
Nah, tips buat kamu yang berangkat umroh, siapkan diri dari rumah, baik fisik, mental, hati, dan pikiran. Sebab, godaan dan cobaan, baik kecil atau besar, pasti akan terjadi selama di tanah suci. Dari mulai cuaca panas, bertemu dengan orang yang curang, dan berebut fasilitas umum. Lalu antri saat memasuki masjid, hingga cobaan-cobaan lainnya. Di mana itu membutuhkan perjuangan untuk menghadapinya, dengan dua kata kunci “sabar” dan juga “ikhlas”. []