kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam menjaga keseimbangan, baik secara fisiologis maupun psikologis yang bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan.
Mubadalah.id – Bagaimana sebaiknya persahabatan lelaki dan perempuan? Suatu hari saya dihubungi oleh seorang sahabat perempuan, yang menceritakan resahnya terkait dengan bagaimana relasi yang ideal antara lelaki dan perempuan dalam persahabatan. Dia berkisah mempunyai sahabat lelaki, yang ketika dia belum menikah, sebagai teman dalam satu kampus, sudah terbiasa mengerjakan tugas kuliah bersama. Bahkan saling mendukung dalam setiap hal, sehingga memberikan kenyamanan berinteraksi, membangun relasi yang erat, dan membentuk ikatan emosional yang kuat. Setelah lulus kuliah mereka berpisah.
Namun bertahun kemudian takdir mempertemukan mereka kembali, dengan posisi masing-masing sudah menikah. Sahabatku merasa seolah tak mengenali lagi teman yang dulu menurut dia orang yang sangat menyenangkan, bisa diajak berbagi apa saja. Ketika komunikasi terjalin lagi, hubungan yang mulanya baik-baik saja menjadi tidak baik, ketika sang teman masuk lebih jauh dalam berinteraksi sehingga rumah tangga pun menjadi taruhannya, dan sahabatku tak ingin demikian.
Maka dia memilih keluarga serta mengakhiri persahabatan dengan temannya itu. Dengan sangat sadar, sahabatku meminta agar pengalamannya dijadikan sebagai tulisan agar menjadi pelajaran bagi yang lain.
Tentang pola relasi yang ideal antara lelaki dan perempuan dalam jalinan persahabatan mungkin sudah banyak yang membahasnya, baik berdasarkan fakta maupun data. Namun tak banyak yang berangkat dari suara perempuan. Hubungan antara lelaki dan perempuan, baik yang belum maupun sudah menikah memang penuh resiko jika tidak bijak menyikapinya, sebab relasi itu merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia, sebagaimana yang dikemukakan Abraham Maslow (1908-1970) seorang Psikolog Humanistik.
Menurut Maslow, kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam menjaga keseimbangan, baik secara fisiologis maupun psikologis yang bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan.
Teori hierarki kebutuhan yang dikemukakan Abraham Maslow menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar. Pertama, kebutuhan fisiologis yang merupakan kebutuhan paling dasar pada manusia. Antara lain: pemenuhan kebutuhan oksigen dan pertukaran gas, cairan (minuman), nutrisi (makanan), eliminasi, istirahat dan tidur, aktivitas, keseimbangan suhu tubuh serta hasrat seksual.
Kedua, yakni rasa aman dan perlindungan, di bagi menjadi perlindungan fisik dan perlindungan psikologis. Perlindungan fisik, meliputi perlindungan dari ancaman terhadap tubuh dan kehidupan seperti kecelakaan, penyakit, bahaya lingkungan dan lain-lain. Perlindungan psikologis, perlindungan dari ancaman peristiwa atau pengalaman baru atau asing yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan seseorang. Ketiga, kebutuhan sosial, misalnya adalah mempunyai teman, memiliki keluarga, kebutuhan cinta dari lawan jenis dan lain-lain.
Keempat, kebutuhan akan harga diri dan perasaan dihargai oleh orang lain serta pengakuan dari orang lain. Lalu yang terakhir kebutuhan aktualisasi diri, ini merupakan kebutuhan tertinggi dalam hierarki Maslow, yang berupa kebutuhan untuk berkontribusi pada orang lain atau lingkungan serta mencapai potensi tertentu.
Sehingga menurut penulis, membangun relasi lelaki dan perempuan dalam persahabatan itu didasarkan pada kebutuhan sosial, dan harga diri agar mendapatkan pengakuan dari orang lain. Maka mungkin jika kesalahpahaman atau mis komunikasi antara dua sahabat yang berlainan jenis, meski posisi masing-masing sudah berumah tangga, masih bisa diperbaiki.
Artinya, hubungan masih bisa berjalan tanpa suami atau istri dan keluarga merasa terancam posisinya. Karena konteksnya dalam hal positif, untuk saling bekerjasama dalam hal kebaikan dan memberi manfaat bagi banyak orang.
Tetapi berbeda jika pada akhirnya akan menimbulkan lebih banyak madharat, maka sebaiknya memang hubungan harus diakhiri, meski dalam proses memutus komunikasi itu disampaikan secara baik-baik, agar tidak menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan dikemudian hari, semisal melahirkan kebencian hingga rasa dendam, karena bila hal itu terjadi akan semakin memberatkan langkah kita meniti jalan di masa depan.
Sedangkan untuk memahami lebih lanjut, saya meminjam pernyataan Syaikh Mahmud Syaltut, mantan pemimpin tertinggi Al Azhar Kairo Mesir, yang ditulis Mamang M Haerudin dalam tulisan “Relasi Ideal Antara Laki-laki dan Perempuan”, yang berpendapat bahwa “Tabiat kemanusiaan laki-laki dan perempuan hampir (dapat dikatakan) dalam batas yang sama. Allah menganugerahkan kepada laki-laki dan perempuan, potensi yang cukup untuk memikul aneka tanggung jawab, yang menjadikan kedua jenis itu mampu melaksanakan aneka kegiatan kemanusiaan yang umum dan khusus”.
Jadi selama relasi laki-laki dan perempuan, yang tidak terikat pernikahan itu dibangun dalam kerangka kemanusiaan, artinya tidak mengambil keuntungan secara pribadi untuk pemenuhan hasrat seksual atau dimanfaatkan tenaga dan pikirannya secara sepihak. Karena jika sudah demikian telah terjadi ketimpangan, ketidakselarasan, ketidakadilan, sehingga siapapun dari masing-masing yang merasa dirugikan harus berani bicara agar kondisi seperti itu tidak terus berlanjut.
Sebab seharusnya hubungan yang ideal itu saling membahagiakan. Satu sama lain tidak ada yang merasa terancam, baik jiwa maupun raganya. Akan lebih baik lagi bila persahabatan tidak hanya terbatas antara dua orang laki-laki dan perempuan saja, tetapi mampu melibatkan seluruh anggota keluarga, dengan penuh kehangatan, canda dan tawa bersama. Maka begitulah seharusnya relasi lelaki dan perempuan, yakni menjaga persahabatan dengan saling terbuka terhadap pasangan dan keluarga masing-masing, sehingga tercipta hubungan yang harmonis dan hari-hari yang dijalani akan terasa lebih manis.[]