Mubadalah.id – Pesantren tidak menghambat perempuan mengaktualisasikan dirinya. Budaya patriakhi di pesantren sering dianggap menempatkan perempuan hanya pada peran-peran domestik. Hal ini membuat hak-hak perempuan jarang dipenuhi. Padahal perempuan memiliki peranan penting dalam berbagai hal. Termasuk peran di ruang publik. Ulama perempuan, Nyai Hj. Masriyah Amva menekankan, pesantren bukan hambatan untuk perempuan mengaktualisasikan diri. Perempuan dan laki-laki mempunyai peran dan hak yang sama. Termasuk peran bekerja di ranah publik.
“Perempuan maupun laki-laki mempunyai peran dan hak yang sama. Apalagi jika harus berkerja, perempuan juga mempunyai hak yang sama,” kata Yu Mas sapaan akrabnya, saat di temui di Pondok Kebon Jambu al-Islamy, belum lama ini.
Menurut Yu Mas, perempuan di pesantren harus terus maju dan bergerak. Perempuan tidak hanya cukup mengurusi santri dan keluarganya. Tapi juga harus bisa mengupayakan kemaslahatan masyarakat yang lebih luas.
“Anak saya Awanillah Amva (Yu Awa) yang sekarang pengasuh pondok Putra Kebon Jambu saya tekankan untuk maju dan bersuara,” ungkap Yu Mas.
Yu Mas mengakui dia juga seorang pedagang. Lewat berdagang, Yu Mas mendapatkan banyak pelajaran bagi kehidupannya. Pekerjaan di ruang publik itu membuatnya memahami banyak hal.
“Yang terpenting ketika kita berkerja baik perempuan atau laki-laki harus benar-benar bertanggung jawab,” tuturnya.
Yu Mas mengingatkan, laki-laki dan perempuan diciptakan sama oleh Tuhan, yang membedakan adalah takwa kita.
Oleh karena itu, tujuan kita hidup dunia adalah bagaimana berbuat kesalehan kepada semua umat manusia. (RUL)