Jumat, 26 Desember 2025
  • Login
  • Register
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Perhatian Ibu

    Hari Ibu dan Perhatian Kecil yang Terlalu Sering Kita Abaikan

    Selamat Natal

    Selamat Natal sebagai Perayaan Spiritual dan Kultural: Suara Seorang Muslim

    Keadilan Hakiki

    Perspektif Keadilan Hakiki bagi Perempuan Hadirkan Islam yang Membebaskan

    Keadilan Hakiki Bagi Perempuan

    Pentingnya Perspektif Keadilan Hakiki bagi Perempuan

    Natal

    Natal Sebagai Cara Menghidupi Toleransi di Ruang Publik

    Perspektif Keadilan Hakiki Perempuan

    5 Prinsip Dasar Keadilan Hakiki bagi Perempuan

    Al Ummu Madrasatul Ula

    Al Ummu Madrasatul Ula; Setiap Kita adalah Ibu

    Perspektif Keadilan Hakiki

    Perspektif Keadilan Hakiki Cegah Agama Dijadikan Alat Menyalahkan Korban

    Pemilu 2024

    Algoritma di Balik Amplop: Bagaimana Data Pemilih Dijadikan Peta Politik Uang Pemilu 2024

    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
  • Khazanah
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
  • Rujukan
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Perhatian Ibu

    Hari Ibu dan Perhatian Kecil yang Terlalu Sering Kita Abaikan

    Selamat Natal

    Selamat Natal sebagai Perayaan Spiritual dan Kultural: Suara Seorang Muslim

    Keadilan Hakiki

    Perspektif Keadilan Hakiki bagi Perempuan Hadirkan Islam yang Membebaskan

    Keadilan Hakiki Bagi Perempuan

    Pentingnya Perspektif Keadilan Hakiki bagi Perempuan

    Natal

    Natal Sebagai Cara Menghidupi Toleransi di Ruang Publik

    Perspektif Keadilan Hakiki Perempuan

    5 Prinsip Dasar Keadilan Hakiki bagi Perempuan

    Al Ummu Madrasatul Ula

    Al Ummu Madrasatul Ula; Setiap Kita adalah Ibu

    Perspektif Keadilan Hakiki

    Perspektif Keadilan Hakiki Cegah Agama Dijadikan Alat Menyalahkan Korban

    Pemilu 2024

    Algoritma di Balik Amplop: Bagaimana Data Pemilih Dijadikan Peta Politik Uang Pemilu 2024

    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
  • Khazanah
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
  • Rujukan
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

Protes Perempuan terhadap Kekerasan Menurut Islam

Mubadalah Mubadalah
28 November 2022
in Aktual
0
protes perempuan terhadap kekerasan

protes perempuan terhadap kekerasan

22
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Beberapa tahun lalu, dalam sebuah kesempatan, saya menonton sebuah film berjudul ‘Pray the Devil Back to Hell”. Film dokumenter berdurasi satu jam lima menit ini bercerita tentang perjuangan perempuan Liberia dalam menghentikan perang saudara dengan cara-cara nir-kekerasan. Dikisahkan, selama perang sipil yang terjadi di awal tahun 2000-an, sekelompok aktivis perempuan di Liberia mengajak para kaum perempuan untuk melakukan aksi massa menuntut berhentinya perang.  Aksi protes tanpa kekerasan tersebut dilakukan oleh perempuan Muslim dan Kristen dengan cara berdoa dan bernyanyi.

Tak hanya itu saja, aksi mogok berhubungan seksual dengan suami sampai para suami mendukung aksi mereka dengan menghentikan aksi kekerasan dan peperangan. Aksi  perempuan Liberia itu menuai hasil. Mereka mampu meyakinkan presiden Liberia untuk melakukan gencatan senjata dengan pihak Ghana, yang akhirnya menghentikan perang saudara di Afrika. Salah satu aktivis perempuan Liberia, Leymah Gbowee, bahkan meraih penghargaan Nobel Perdamaian atas usaha yang telah dilakukannya.

Setelah menonton saya mencoba merumuskan satu pesan utama yang terkandung dalam film. Ya, soal protes perempuan terhadap perang dan kekerasan. Protes di sini saya maksudkan sebagai upaya bersungguh-sungguh mereka dalam keterlibatan penyelesaian konflik berdarah dalam perang saudara. Pertanyaannya, kenapa perempuan sangat bersungguh-sungguh ingin mengakhiri kekerasan?

Protes perempuan terhadap kasus kekerasan juga pernah terjadi di zaman Rasulullah yang konteksnya hampir sama, yaitu kekerasan terhadap perempuan. Seperti yang ditulis Faqihuddin Abdul Qadir dalam buku Kumpulan 60 Hadits Pemberdayaan Hak-hak Perempuan (ISIF, 2011), dari Iyas bin Abdillah bin Abdi Dzubab, Rasulullah SAW memerintah, “Janganlah memukul perempuan”. Lalu Umar r.a. memprotes, “Wahai Rasulullah, para perempuan banyak membangkang dan buruk perlakuan mereka terhadap suami mereka sejak kamu melarang (kami) memukul mereka.” Rasulullah menimpali, “(Ya sudah) pukullah.” Kemudian orang-orang kembali memukul perempuan. Kemudian datang para perempuan mengadu praktik pemukulan. Nabi kemudian berkata di pagi hari, ‘Tadi malam ada tujuh perempuan yang berkumpul mengitari keluarga Muhammad, mereka semua mengadukan praktik pemukulan. Demi Allah, kamu tidak akan mendapati mereka (yang suka memukul) sebagai orang-orang yang baik di antara mereka.” (Sunan Baihaqi).

Dalam masyarakat patriarki, perempuan dipandang sebagai pihak yang lemah. Banyak  pembiaran kasus kekerasan terhadap mereka. Dalam sejarah konflik dan kekerasan, bersama anak-anak, perempuan adalah kelompok yang paling rentan terimbas dampak negatifnya. Bahkan mereka menjadi target perkosaan untuk mempermalukan kelompok musuh asal perempuan. Lain itu, perempuan juga harus menyaksikan kengerian perang dengan melihat suami, anak terbunuh. Juga melihat anak mereka kelaparan dalam pengungsian. Melindungi diri, melindungi sesama perempuan dan anak-anak adalah upaya menjaga regenerasi tetap berjalan, dan kehidupan berlanjut. Karakter keibuan yang lebih dekat dengan sifat lembut, kasih dan melindungi menjadi modal mereka mengubah kekerasan menjadi situasi yang damai dan beradab.

Melihat perempuan Liberia bersatu, menyatukan tekad menghentikan kekerasan, mencegah hancurnya bangsa, semakin meyakinkan saya bahwa perempuan adalah pioner perdamaian yang tangguh. Terlebih melihat cara-cara mereka melakukan protes di bawah terik dan hujan selama beberapa bulan serta membuat pagar hidup menutup akses keluar tempat perundingan kedua pihak yang berperang sebelum disepakatinya perdamaian.

Tags: KDRTperempuanProtes perempuan terhadap kekerasan
Mubadalah

Mubadalah

Portal Informasi Popular tentang relasi antara perempuan dan laki-laki yang mengarah pada kebahagiaan dan kesalingan dalam perspektif Islam.

Terkait Posts

Keadilan Hakiki
Publik

Perspektif Keadilan Hakiki bagi Perempuan Hadirkan Islam yang Membebaskan

25 Desember 2025
Keadilan Hakiki Bagi Perempuan
Publik

Pentingnya Perspektif Keadilan Hakiki bagi Perempuan

25 Desember 2025
Perspektif Keadilan Hakiki Perempuan
Publik

5 Prinsip Dasar Keadilan Hakiki bagi Perempuan

24 Desember 2025
Biologis Perempuan
Publik

Islam Memuliakan Kondisi Biologis dan Sosial Perempuan

24 Desember 2025
Keadilan Hakiki
Publik

Keadilan Hakiki bagi Perempuan Menjadi Bagian dari Prinsip Universal

24 Desember 2025
Keadilan Hakiki
Publik

Keadilan Hakiki bagi Perempuan sebagai Jalan Dakwah Ulama Perempuan

23 Desember 2025

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Natal

    Makna Natal Perspektif Mubadalah: Feminis Maria Serta Makna Reproduksi dan Ketubuhan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Perspektif Keadilan Hakiki bagi Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Natal Sebagai Cara Menghidupi Toleransi di Ruang Publik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perspektif Keadilan Hakiki bagi Perempuan Hadirkan Islam yang Membebaskan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Anak Perempuan Disabilitas Menyelamatkan Pohon Terakhir di Desanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Hari Ibu dan Perhatian Kecil yang Terlalu Sering Kita Abaikan
  • Selamat Natal sebagai Perayaan Spiritual dan Kultural: Suara Seorang Muslim
  • Buku Toleransi dalam Islam: Membaca Ulang Makna Natal dalam Islam
  • Kisah Anak Perempuan Disabilitas Menyelamatkan Pohon Terakhir di Desanya
  • Perspektif Keadilan Hakiki bagi Perempuan Hadirkan Islam yang Membebaskan

Komentar Terbaru

  • drover sointeru pada Antara Banjir Informasi, Boikot Stasiun Televisi, dan Refleksi Hari Santri
  • free pada Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan
  • dul pada Mitokondria: Kerja Sunyi Perempuan yang Menghidupkan
  • 대밤 pada Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan
  • mpm pada Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2025 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Account
  • Home
  • Khazanah
  • Kirim Tulisan
  • Kolom Buya Husein
  • Kontributor
  • Monumen
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Rujukan
  • Tentang Mubadalah
  • Zawiyah
  • Login
  • Sign Up

© 2025 MUBADALAH.ID