Mubadalah.id – Ketika mendengar cerita korban kekerasan seksual dari orang sekitarmu, apa yang akan kamu lakukan ? Marah, sedih, empati, atau apapun perasaan itu, semua terasa campur aduk. Itulah yang kualami saat ini. Siapa sangka teman baikku, Rania sosok gadis yang direnggut kesuciannya secara paksa oleh laki-laki yang tidak bertanggung jawab.
Rania adalah seorang mahasiswi semester akhir di sebuah perguruan tinggi. Tiba-tiba saja, untuk pertama kalinya Rania merasakan ada sesuatu yang aneh dalam perutnya. Sesuatu yang bergerak-gerak seperti benda hidup di dalam tubuhnya.
Awalnya Rania mengabaikan perasaan itu, mungkin saja efek kelelahan setelah bimbingan skripsi, pikirnya. Namun, entah mengapa sesuatu yang bergerak-gerak itu lebih terasa lagi. Bahkan gerakannya terbilang hitungan detik. Rania pun mulai dilanda rasa takut, semua pemikiran negatif datang menghampiri kepalanya.
Pergi ke Dokter Kandungan
Dengan rasa takut, Rania memaksa kakinya yang berat untuk melangkah memasuki ruangan klinik ibu dan anak. Semua itu, ia lakukan demi membuktikan dugaan-dugaan negatif yang semalaman menghantui pikirannya.
Saat tiba di depan meja kerja Bidan Citra, dokter kandungan yang selalu baik dan ramah kata orang-orang. Bu Citra menyambut Rania dengan senyuman khasnya yang selalu membuat orang lain lebih tenang, namun entah kenapa senyuman itu tidak berlaku bagi Rania.
Pemeriksaan pun berlangsung cepat, dan alangkah terkejutnya Rania ketika Bidan Citra mengatakan bahwa dirinya hamil 5 bulan. Ia hanya berusaha tersenyum walau mungkin senyuman itu terlihat terpaksa. Kabar itu mungkin saja menjadi kabar yang membahagiakan bagi pasangan suami istri, namun kabar buruk bagi Rania yang masih Gadis.
Rania tidak berani memberitahu Bidan Citra bahwa ia adalah korban seksual dan belum menikah. Rania pulang ke kosan dengan beribu-ribu pertanyaan yang menggelayuti pikirannya, siapa ayah dari anak ini ?
Mulai Berbagi Duka
Hari itu, aku sempat merasa bingung dengan pesan Whatsaap yang dikirim Rania. Karena selama ini, ia tidak pernah memaksaku untuk datang menemuinya. Bahkan ia menambah note sangat penting di bawah pesannya yang memintaku datang ke kosannya.
Sampai di kosannya, aku mendapati Rania yang menatap kosong dinding kamar kosnya. Ia pun tak sadar bahwa aku sudah berdiri di belakangnya 5 menit yang lalu. Aku mulai menyapanya, dan sapaan kecil itu sukses membuat Rania terkejut. Ia terperangah melihatku, senyuman yang dipaksakan terbit di wajahnya yang terlihat mendung.
Ia menyuruhku duduk di sampingnya, entah sejak kapan air mata itu menetesi pipinya. Aku terperangah menyaksikan kejadian yang cepat itu. Melihat temanku yang seperti memiliki beban berat di pundaknya. Aku tak kuasa melihat Rania menangis, aku langsung memeluk dan menenangkannya.
Setelah merasa tenang, aku coba menanyakan perihal masalahnya. Awalnya Rania bungkam seribu bahasa, namun akhirnya ia mau bercerita setelah beberapa kali aku mencoba memaksanya untuk membuka suara. Sure, aku sangat terkejut mendengar pengakuannya.
Rania yang selama ini terlihat baik-baik saja ternyata menyimpan duka lara korban seksual. Bahkan saat ini ia sudah hamil 7 bulan. Rania yang malang juga menceritakan perihal dirinya yang datang ke bidan, bahkan ia mengaku tidak merasakan semua gejala orang hamil sampai pada malam kejadian saat dia merasakan hal aneh dalam tubuhnya.
Ketika aku menanyakan siapa pelakunya, dia mengatakan tidak tahu. Bahkan ia merasa tidak pernah hubungan seksual oleh lelaki manapun. Aku coba memancing ingatan masa lalunya, bahwa ke mana saja ia 8 bulan yang lalu.
Flasback Masa Lalu
Rania bersama temannya diajak oleh teman KKN nya pergi ke suatu tempat menggunakan mobil. Di dalam mobil mereka berdelapan orang yang terdiri dari kampus yang berbeda, 3 orang perempuan termasuk Rania dan 5 orang laki-laki.
Rania mengaku hanya mengenal satu dari 7 orang tersebut. Saat itu, ketika sedang haus, seorang laki-laki memberikannya air minum botol, dan minuman itu sudah terbuka segelnya. Entah kenapa Rania merasa mengantuk, dan perlahan tertidur.
Ketika terbangun, Rania berada sendirian di dalam mobilnya. Teman-temannya sedang berada di luar melihat pemandangan sekitar. Namun, ia merasa tak terjadi apapun bahkan pakaiannya masih lengkap dan rapih sehingga ia merasa aman dan menyusul temannya diluar.
Mengambil Keputusan
Kamar kos itu lengang, setelah Rania selesai bercerita dengan masa KKN nya. Itu terakhir kalinya Rania bermain dengan laki-laki, karena setelah itu ia sibuk mengurus proposal skripsinya.
Menurut asas pradugaku, di antara lima pria salah satunya adalah pelaku. Namun ia mengaku itu terakhir kalinya mereka bertemu bahkan tidak ada kontak dengan mereka setelah 8 bulan.
Aku bertanya kepadanya, apakah orang tuanya sudah tahu ? Rania menggeleng. Ia mengatakan bahwa takut memberi tahu orang tuanya. Karena kabar itu akan menjadi bahan cibiran Masyarakat dan menjadi aib keluarga.
Rania takut mencoreng nama baik keluarganya yang terpandang di mata masyarakat. Ia pun tidak berani melapor polisi karena ketiadaan bukti, bahkan tidak tahu mau melaporkan siapa karena tidak tahu mengenai pelaku.
Dengan begitu banyaknya beban mental dan psikologis, ia mengambil keputusan untuk merawat bayi yang ada di dalam kandungannya tanpa memberi tahu siapapun kecuali aku, temannya.
Lalu Apa yang Dapat Kita Pelajari dari Kisah Temanku, Rania ?
Perempuan selalu menjadi letak kesalahan. Ketika ia menjadi korban seksual, masyarakat mengatakan kenapa tidak bisa jaga diri ? Berdiam diri, hal itulah yang banyak dilakukan perempuan ketika menjadi korban seksual.
Lantas, bagaimana perempuan berani melaporkan ke pihak yang berwajib ketika banyak kasus yang beredar kurangnya respect terhadap korban ? Apakah harus terulang kembali kasus seperti Novia, baru semua akan mendapatkan respect?
Perempuan memang masih menjadi makhluk yang sangat rentan akan terjadinya kekerasan seksual, termasuk terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) pun masih banyak perempuan rasakan.
Aku sebagai teman Rania, aku jelas tidak rela melihat ia atau bahkan para perempuan lainnya menjadi korban. Aku harus menjadi orang terakhir yang mendengar kesedihan apa yang ia rasakan.
Maka untuk memutus agar hal ini tidak terjadi kepada perempuan lainnya, akun ingin membagikan beberapa langkah yang dapat orang tua lakukan dalam mencegah terjadinya KTD.
Beberapa langkah ini seperti yang aku kutip dari laman Yayasan Kesehatan Perempuan seperti di bawah ini:
Pertama, menanamkan pola asuh yang baik pada anak sejak dini. Kedua, membekali anak dengan dasar moral dan agama. Ketiga, berkomunikasi yang baik dan efektif antara orangtua dan anak dan keempat, menjadi tokoh panutan bagi anak.
Dengan begitu jangan sampai terjadi kembali kisah Rania-Rania selanjutnya. []