• Login
  • Register
Rabu, 21 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Refleksi Cinta dalam Tradisi dan Prosesi Pernikahan di Pulau Seribu Masjid

Tradisi nyongkolan dan begawe merupakan bagian dari sebuah prosesi pernikahan yang  masih terjaga di suku sasak lombok

niydayanti020 niydayanti020
15/12/2023
in Pernak-pernik
0
Pulau seribu Masjid

Pulau seribu Masjid

348
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.Id – Pulau seribu Masjid merupakan julukan kepada salah satu pulau di Indonesia yaitu pulau Lombok. Dalam sajian tulisan ini akan mengulas tentang refleksi cinta tradisi dalam prosesi pernikahan di pulau seribu masjid  yang terbilang unik dan menarik. Kareana keunikan dari tradisi di Lombok ini, membuat saya semakin tertarik untuk membahasnya.

Menjadi Ikonik Pariwisata yang Menarik

Pernikahan memang sudah bisa terbilang sah jika sudah memenuhi rukun dan syaratnya. Akan tetapi masyarakat mempunyai cara yang beragam untuk merayakan pernikahan tersebut. Dari perayaan-perayaan yang ada pada setiap masyarakat maka terlahirlah sebuah tradisi yang berkelanjutan.

Salah satu tradisi yang sangat terkenal dan menjadi ikonik pariwisata para wisatawan di pulau Lombok adalah tradisi nyongkolan dan begawe.  Banyak wisatawan yang sangat tertarik dengan tradisi ini karena keunikannya.

Tradisi nyongkolan dan begawe merupakan bagian dari sebuah prosesi pernikahan yang  masih terjaga di suku sasak lombok. Masyarakat terus melakukan hal ini secara turun temurun sampai sekarang.

Tradisi nyongkolan adalah acara atau prosesi di mana pasangan pengantin akan iring-iringan beramai ramai bersama masyarkat setelah melaksanakan akad nikah. Masyarakatpun mengikuti Prosesi iring-iringan dari rumah mempelai laki-laki menuju rumah mempelai perempuan. Prosesi ini seperti layaknya orang yang sedang  pawai.

Dalam bahasa lombok, akan ada Terune (lajang) dan Dedare (gadis)  yang akan menjadi pengiring pengantin. Biasanya pengiring pengantin yang perempuan akan menggunakan baju lambung dan menggunakan kain songket khas lombok.  Sebagian juga menggunakan kebaya beserta pernak perniknya.

Baca Juga:

Tana Barambon Ambip: Tradisi yang Mengancam Nyawa Ibu dan Bayi di Pedalaman Merauke

Filosofi Bunga Telur, Tradisi Suku Melayu di Kalimantan Barat

Euforia Idulfitri dalam Bayang-bayang Kapitalisasi Tradisi dan Budaya Konsumerisme

Halal Bi Halal dan Keharmonisan Sosial sebagai Wujud Hablum Min Naas

Sedangkan untuk pengiring laki-laki biasanya menggunakan baju berwarna hitam seperti jas dan menggunakan ikat kepala khas suku sasak di Lombok. Selain itu biasanya akan ada musik pengiring khas Lombok yang akan mengiringi pengantin, yakni Gendang Beleq.

Mitos yang Menjadi Penguat Tradisi

Adapun tujuan dari nyongkolan ini adalah untuk menyampaikan kabar atau memberitahukan  kepada khalayak umum bahwa kedua mempelai sudah sah menjadi sepasang suami istri.  Supaya tidak terjadi kesalahpahaman atau untuk menghindari fitnah kepada pasangan tersebut.

Selain karean tujuan tersebut, masayarakat juga mempercayai sebuah mitos. Yaitu apabila tidak mengadakan prosesi nyongkolan ini maka rumah tangga kedua mempelai tak akan bertahan lama. Adapun mitos lainnya yaitu mereka menganggap bahwa ketika suami dan istri itu mempunyai anak maka anaknya akan terlahir cacat.

Ternyata mitos ini juga menjadi salah satu alasan kuat masyarakat untuk terus melaksanakan prosesi nyongkolan tersebut. Dengan begitu, tradisi ini terus ada dan terjaga sampai sekarang.

Membangun Masyarakat yang Harmonis dalam Tradisi Begawe

Begawe itu sendiri adalah pesta pernikahan yang tak kalah unik dengan prosesi nyongkolan. Selain unik, tradisi ini juga menjadi sarana membangun hubungan sosial yang baik antar masayarakat. Sehingga akan tercipta hubungan masayarakat yang harmonis.

Dalam pelaksanaan acara begawe ini, para tamu undangan akan membawa beras untuk keluarga yang melaksanakan pesta pernikahan. Biasanya mereka menggunakan wadah khusus untuk membawa  beras ketika pergi begawe. Selain membawa beras mereka juga menambah dengan barang-barang lain sebagai hadiah.

Kemudian setelah para tamu pulang, pemilik gawe atau pesta pernikahan akan memberikan nasi dengan lauk untuk para tamu. Selain itu, mereka juga biasanya memberikan jajan khas lombok yaitu renggi, pangan, jaje, dan lain lain.

Dalam prosesi ini seluruh masyarakat akan berkumpul di rumah tempat begawe untuk ikut membantu suksesnya acara begawe tersebut.  Biasanya perempuan akan bekerja sama dalam hal masak-masak. Sehingga pemilik gawe atau pesta tidak perlu memesan katering. Sedangkan para laki-laki akan bekerja sama untuk membuat persiapan tempat tamu undangan.

Ternyata di balik terjaganya suatu tradisi akan ada berbagai manfaat yang muncul dalam lingkungan masyarakat. Dengan adanya tradisi ini maka akan  membangun kerja sama yang baik dan terciptalah hubungan sosial yang harmonis pada masyarakat. []

Tags: BegawelombokNyangkolanPulau seribu MasjidTradisi
niydayanti020

niydayanti020

Terkait Posts

KB

KB dalam Pandangan Riffat Hassan

20 Mei 2025
KB

KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

20 Mei 2025
KB dalam Islam

KB dalam Pandangan Islam

20 Mei 2025
Pemukulan

Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

18 Mei 2025
Gizi Ibu Hamil

Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

17 Mei 2025
Pola Relasi Suami Istri

Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an

17 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bangga Punya Ulama Perempuan

    Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman
  • Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version