Mubadalah.Id – Pulau seribu Masjid merupakan julukan kepada salah satu pulau di Indonesia yaitu pulau Lombok. Dalam sajian tulisan ini akan mengulas tentang refleksi cinta tradisi dalam prosesi pernikahan di pulau seribu masjid yang terbilang unik dan menarik. Kareana keunikan dari tradisi di Lombok ini, membuat saya semakin tertarik untuk membahasnya.
Menjadi Ikonik Pariwisata yang Menarik
Pernikahan memang sudah bisa terbilang sah jika sudah memenuhi rukun dan syaratnya. Akan tetapi masyarakat mempunyai cara yang beragam untuk merayakan pernikahan tersebut. Dari perayaan-perayaan yang ada pada setiap masyarakat maka terlahirlah sebuah tradisi yang berkelanjutan.
Salah satu tradisi yang sangat terkenal dan menjadi ikonik pariwisata para wisatawan di pulau Lombok adalah tradisi nyongkolan dan begawe. Banyak wisatawan yang sangat tertarik dengan tradisi ini karena keunikannya.
Tradisi nyongkolan dan begawe merupakan bagian dari sebuah prosesi pernikahan yang masih terjaga di suku sasak lombok. Masyarakat terus melakukan hal ini secara turun temurun sampai sekarang.
Tradisi nyongkolan adalah acara atau prosesi di mana pasangan pengantin akan iring-iringan beramai ramai bersama masyarkat setelah melaksanakan akad nikah. Masyarakatpun mengikuti Prosesi iring-iringan dari rumah mempelai laki-laki menuju rumah mempelai perempuan. Prosesi ini seperti layaknya orang yang sedang pawai.
Dalam bahasa lombok, akan ada Terune (lajang) dan Dedare (gadis) yang akan menjadi pengiring pengantin. Biasanya pengiring pengantin yang perempuan akan menggunakan baju lambung dan menggunakan kain songket khas lombok. Sebagian juga menggunakan kebaya beserta pernak perniknya.
Sedangkan untuk pengiring laki-laki biasanya menggunakan baju berwarna hitam seperti jas dan menggunakan ikat kepala khas suku sasak di Lombok. Selain itu biasanya akan ada musik pengiring khas Lombok yang akan mengiringi pengantin, yakni Gendang Beleq.
Mitos yang Menjadi Penguat Tradisi
Adapun tujuan dari nyongkolan ini adalah untuk menyampaikan kabar atau memberitahukan kepada khalayak umum bahwa kedua mempelai sudah sah menjadi sepasang suami istri. Supaya tidak terjadi kesalahpahaman atau untuk menghindari fitnah kepada pasangan tersebut.
Selain karean tujuan tersebut, masayarakat juga mempercayai sebuah mitos. Yaitu apabila tidak mengadakan prosesi nyongkolan ini maka rumah tangga kedua mempelai tak akan bertahan lama. Adapun mitos lainnya yaitu mereka menganggap bahwa ketika suami dan istri itu mempunyai anak maka anaknya akan terlahir cacat.
Ternyata mitos ini juga menjadi salah satu alasan kuat masyarakat untuk terus melaksanakan prosesi nyongkolan tersebut. Dengan begitu, tradisi ini terus ada dan terjaga sampai sekarang.
Membangun Masyarakat yang Harmonis dalam Tradisi Begawe
Begawe itu sendiri adalah pesta pernikahan yang tak kalah unik dengan prosesi nyongkolan. Selain unik, tradisi ini juga menjadi sarana membangun hubungan sosial yang baik antar masayarakat. Sehingga akan tercipta hubungan masayarakat yang harmonis.
Dalam pelaksanaan acara begawe ini, para tamu undangan akan membawa beras untuk keluarga yang melaksanakan pesta pernikahan. Biasanya mereka menggunakan wadah khusus untuk membawa beras ketika pergi begawe. Selain membawa beras mereka juga menambah dengan barang-barang lain sebagai hadiah.
Kemudian setelah para tamu pulang, pemilik gawe atau pesta pernikahan akan memberikan nasi dengan lauk untuk para tamu. Selain itu, mereka juga biasanya memberikan jajan khas lombok yaitu renggi, pangan, jaje, dan lain lain.
Dalam prosesi ini seluruh masyarakat akan berkumpul di rumah tempat begawe untuk ikut membantu suksesnya acara begawe tersebut. Biasanya perempuan akan bekerja sama dalam hal masak-masak. Sehingga pemilik gawe atau pesta tidak perlu memesan katering. Sedangkan para laki-laki akan bekerja sama untuk membuat persiapan tempat tamu undangan.
Ternyata di balik terjaganya suatu tradisi akan ada berbagai manfaat yang muncul dalam lingkungan masyarakat. Dengan adanya tradisi ini maka akan membangun kerja sama yang baik dan terciptalah hubungan sosial yang harmonis pada masyarakat. []