Mubadalah.id – Serial Drama Korea Twinkling Watermelon menceritakan tentang kisah keluarga disabilitas bernama Ha Yi Chan (disabilitas) dan Yoon Chung Ah (disabilitas) dengan anak mereka: Ha Eun Ho (disabilitas) dan Ha Eun Gyeol (non-disabilitas). Drama ini menunjukkan kepada kita bahwa lingkungan inklusif dapat mengantarkan seseorang dengan kondisi disabilitas meraih kesuksesan.
Ha Eun Gyeol sebagai satu-satunya non-disabilitas di keluarganya secara kebetulan dapat kembali pada masa lalu (time traveler) ke masa muda orang tuanya. Ia merasa terkejut dengan fakta bahwa ayahnya (Yi Chan) ketika masih di usia remaja adalah non-disabilitas.
Ia mulai mencari penyebab mengapa ayahnya menjadi disabilitas dan ingin mencegah kejadiannya agar di “masa mendatang” ayahnya tetap menjadi non-difabel.
Perjalanannya kembali ke masa lalu membuka kesadaran Eun Gyol tentang banyak hal. Takdir yang tidak dapat berubah, pertemanan yang saling mendukung dan menerima satu sama lain, memperkaya rasa syukur dan lain-lain.
Acquired Disability
Cerita dalam drama ini semakin menarik ketika pemeran utama: Yi Chan – kekasih Chung Ah yang merupakan penyandang disabilitas rungu dan wicara – kehilangan pendengaran karena suatu kecelakaan.
Pada awalnya, Yi Chan tidak dapat mendengar apa pun pasca kecelakaan. Yi Chan mulanya tidak dapat menerima kondisi tersebut dan merasa marah atas kejadian yang menimpanya. Namun, seiring berjalannya waktu, ia mulai menerima keadannya berkat lingkungan inklusif dan dukungan mental teman-temannya terhadap Yi Chan.
Yi Chan yang menguasai Bahasa Isyarat karena ingin memahami Chung Ah, kemudian menggunakannya untuk berkomunikasi dengan teman-teman dan keluarganya.
Kisah ini menunjukkan bagaimana orang yang semula non-disabilitas berubah menjadi disabilitas karena berbagai faktor. Kondisi ini kita sebut dengan acquired disability.
Acquired disability secara umum dapat kita pahami sebagai orang yang memiliki kondisi disabilitas yang disebabkan oleh banyak faktor seperti kecelakaan atau penyakit dan bukan bawaan dari lahir.
Sensibilitas Sosial untuk Lingkungan Inklusif
Dalam salah satu seminar Mubadalah yang membahas tema disabilitas, salah seorang pemateri menyebutkan bahwa, kita semua calon disabilitas.
Ungkapan ini menunjukkan rapuhnya fisik – dan juga mental – manusia seiring bertambahnya usia. Sehingga memungkinan setiap orang untuk menjadi disabilitas karena keadaan tertentu. Seperti berkurangnya pendengaran ataupun kehilangan ingatan.
Data BPS tahun 2023 mengungkapkan sebanyak 8,5% atau 22,97 juta orang Indonesia mengalami disabilitas. Data tersebut menunjukkan bahwa jarak antara disabilitas dan non-disabilitas sangat dekat, bahkan hidup saling beriringan.
Itulah mengapa kita sudah seharusnya memiliki sensibilitas sosial mengenai isu disabilitas. Pertama, karena kita hidup berdampingan dengan mereka. Kedua, karena barangkali kita adalah salah satu calon difabel. Ketiga, disabilitas tidak hanya mempengaruhi individu namun juga berpengaruh terhadap keluarga individu dengan disabilitas.
Dengan kata lain, karena disabilitas juga merupakan urusan kita bersama.
Dalam Drama Korea Twinkling Watermelon, Eun Gyol merupakan non-disabilitas yang selalu menjadi garda terdepan keluarganya. Ayah, ibu, dan kakaknya yang disabilitas. Ia kerapkali menjadi jembatan keluarganya dengan orang lain.
Kisah dalam drama ini tidak hanya menceritakan potret keluarga yang mendukung, tetapi juga kisah pertemanan yang inklusif. Chung Ah yang sedari awal adalah disabilitas pada mulannya menarik diri dari aktivitas sosial. Dia tidak percaya diri untuk menjalin hubungan pertemanan dengan siapa pun. Namun ia mulai membuka diri sebab dia merasaYi Chan dan teman-temannya yang lain bisa menerimanya dengan baik.
Kesuksesan Yi Chan dan Chung Ah di akhir drama merupakan bukti dari kegigihan dan kepercayaan mereka sendiri dan orang-orang di sekitar mereka. lingkungan inklusiif itu semakin menegaskan bahwa disabilitas adalah situasi yang dapat “diatasi”. []











































