Mubadalah.id – Siapa yang tidak nyengir ketika nonton youtube Tretan Muslim? Kontennya bertajuk “Sekolah Normal” yang bergenre Pendidikan dan komedi sangat menghibur penonton, sedang penyandang disabilitas sebagai aktor utama.
Konten tersebut mengenalkan kepada warga online bahwa penyandang disabilitas juga memiliki potensi yang sama dengan non-difabel. Mungkin, melalui youtube tretan muslim itu para penyandang disabilitas dapat menunjukkan kemampuannya dalam akting dan mengekspresikan diri dengan bebas.
Karena di era teknologi, kita perlu menyadari beragam informasi telah menyebar dengan liar. Akan tetapi, hingga saat ini teman difabel masih kesulitan untuk mengakses informasi. Era disrupsi ini menjadi tantangan kepada non-difabel untuk memenuhi aksesibilitas difabel dalam memperoleh informasi dengan terjangkau.
Karena pengalaman pribadi saat Mubadalah Akademi 2025, para peserta mencoba fitur Voice Over atau fitur yang membantu difabel dan disabilitas dalam mengakses informasi begitu menguji kesabaran. Handphone jadi slow respon, ngeblank, lemot, dan bahkan ada yang menangis handphone nya mati.
Tretan Muslim Eksploitasi ?
Konten “Sekolah Normal” tidak sepenuhnya mendapat tanggapan positif dari penonton. Ada juga beberapa cuitan netizen yang lantang bicara “Tretan muslim eksploitasi disabilitas”. Dalam program YouTube Close The Door mengundang teman difabel dan tretan muslim sebagai narasumber Ia berkata
Saya melihat mereka punya potensi untuk aktif lucu, bertalenta, dan unik. Tapi mereka tidak tahu harus kemana. Dan saya memberi gaji ke mereka, karena saya sadar teman difabel susah mencari pekerjaan.
Kemudian teman difabel (sebut saja Mutant) memberikan testimoni selama bekerjasama dengan tretan muslim “Kami senang, suka, bahagia, dan seru over all”.
Alih-alih eksploitasi, dalam konteks ini memiliki nilai kebaikan. Teman difabel merasa program tersebut berdampak positif dan citranya semakin terangkat bahwa kita juga sama dengan non-difabel. Setidaknya penyandang disabilitas memiliki ruang dan hak untuk mendapatkan perlakuan yang baik dan stigma positif dari masyarakat.
Menyuarakan hak dan menyediakan akses yang memadai bagi penyandang disabilitas bukan hanya tugas teman difabel, tapi juga tugas non-difabel. Karena dalam realitas hak dan aksesibilitas fasilitas teman difabel belum terpenuhi dengan maksimal. Bagi non-difabel, jangan merasa sempurna, karena di mata Tuhan manusia adalah setara.
Perspektif dan Trilogi KUPI
Tuhan hanya Allah, yang lain adalah makhluk sebagai mandataris Tuhan di bumi. Oleh karena itu harus terjadi kesalingan dan Kerjasama dalam menjaga peradaban. Jelas Kang Faqihuddin Abdul Kodir dalam akademi mubadalah 2025.Lanjutnya, kang Faqih menjelaskan perspektif KUPI dengan lugas.
Dengan harus memperhatikan bahwa kita adalah manusia yang memiliki martabat yang mulia dalam taraf sosial. Kemudian ‘Adalah, kita memiliki kapasitas atau kuasa untuk membantu orang lain yang lebih membutuhkan dan melakukan pergerakan yang massif. Dan Maslahah, segala tindakan yang dilakukan atas kesadaran martabat dan ‘Adalah/keadilan harus bersibaku kepada kemaslahatan sosial, bukan individual.
KUPI memperkenalkan metodologi atau sering dikenal dengan Trilogi KUPI untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dengan 3 hal : Makruf, Mubadalah, dan Keadilan Hakiki. Makruf dapat kita pahami sebagai segala hal yang bersifat baik dan berkelindan dalam melakukan kebaikan serta menghapus keburukan.
Mubadalah berarti adanya kesalingan dan relasi. Atau bisa kita pahami dengan orang yang menerima kebaikan melakukan tindakan tersebut. Terakhir, Keadilan Hakiki dapat kita pahami dengan keadilan hidup yang diterima secara penuh dalam sosial dan masyarakat.
Dari perspektif tersebut, kita mengetahui Tretan Muslim sebagai publik figur yang memiliki relasi kuasa dan dianggap mampu. Harus bergerak untuk memenuhi keadilan hakiki dan memastikan hak serta akses penyandang disabilitas. Akhirnya terdapat kesalingan antara teman difabel dan tretan muslim dalam beraktifitas.
Tidak hanya tretan muslim, kita semua juga memiliki amanah serta tugas untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan membawa lilin ke orang atau kawasan yang sedang membutuhkan. []