• Login
  • Register
Minggu, 6 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Santunan Anak Yatim Piatu dan Privasi yang Perlu Kita Jaga

Menampakkan (mengekspos) pemberian itu diperbolehkan dalam rangka untuk memberikan i’tibar. Namun jika ada hal lain yang lebih maslahat dengan tidak menampakkan pemberian, demi menjaga privasi/ rasa rendah diri bagi si penerima hadiah maka itu lebih baik

Yulinar Aini Rahmah Yulinar Aini Rahmah
08/08/2022
in Hikmah, Rekomendasi
0
Anak Yatim Piatu

Anak Yatim Piatu

617
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Muharram lekat dengan anak yatim piatu, bahkan sebagian besar masyarakat kita menyebut satu hari di bulan Muharram (tgl 10 Asyuro) sebagai hari raya anak yatim. Di sepanjang bulan Muharram lebih-lebih di tanggal 10 tersebut, banyak kegiatan santunan anak yatim yang diselenggarakan di berbagai tempat dan lembaga.

Yang seringkali terjadi, panitia kegiatan santunan anak yatim akan mengadakan acara pengajian dengan mendatangkan penceramah dan menghadirkan sejumlah anak yatim piatu yang terdata di masing-masing desa penyelenggara. Di akhir sesi kegiatan akan ada penyerahan amplop berisi uang kepada masing-masing anak yatim piatu di atas panggung satu per satu.

Di sesi ini, biasanya penyumbang sedekah/ pemberi zakat diminta turut naik di atas panggung untuk bersalaman, mengusap rambut anak-anak yatim piatu dan foto bersama. Sekilas ini rutinitas biasa yang harus ada dalam rangkaian kegiatan peringatan 10 Muharram (Asyuro). Tapi apakah kita pernah memikirkan bagaimana perasaan anak-anak yatim piatu itu?

Kenalkan Konsep Santunan yang Humanis

Saya pernah menjadi salah satu pendamping anak yatim piatu pada Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) milik Yayasan Islam yatim piatu. Dari segi rangkaian kegiatan, santunan di lembaga yatim piatu tidak jauh berbeda dengan konsep kegiatan pada peringatan 10 Muharram (Asyuro) di masjid-masjid desa. Namun dari sisi penjagaan privasi, kegiatan-kegiatan santunan yang biasa terselenggara di lembaga yatim piatu jauh lebih “humanis”.

Pada kegiatan santunan yang lembaga yatim piatu selenggarakan, biasanya berbentuk tiga model kegiatan. Pertama, pemberi sedekah/ zakat mendatangi langsung lembaga dan mengadakan santunan di lembaga tersebut. Model kedua adalah si pemberi zakat mengundang anak-anak yatim piatu datang ke rumah pemberi sedekah/ zakat untuk diberikan santunan.

Baca Juga:

Belajar Nilai Toleransi dari Film Animasi Upin & Ipin

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence Pada Ayat-ayat Shirah Nabawiyah Tokoh Perempuan (Part 3)

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence Pada Ayat-ayat Shirah Nabawiyah (Part 2)

Tana Barambon Ambip: Tradisi yang Mengancam Nyawa Ibu dan Bayi di Pedalaman Merauke

Model pertama dan kedua mengedepankan eksklusivitas dan privasi bagi anak-anak yatim piatu karena yang hadir dalam kegiatan tersebut hanya internal lembaga dan pihak pemberi sedekah/ zakat beserta keluarga internalnya. Namun yang perlu kita soroti adalah model ketiga yang mengundang anak-anak yatim piatu untuk agenda-agenda publik luas sehingga mengakibatkan adanya ekspos kepada khalayak ramai. Hal ini menjadi permasalahan yang barangkali luput dari perhatian kita.

Anak Yatim Piatu Punya Privasi

Anak yatim piatu memiliki privasi yang harus dijaga. Meski semua mengenal bahwa mereka adalah anak yatim piatu, panitia penyelenggara tetap perlu menjaga privasi berikut identitasnya. Sekali lagi, ini bukan melebih-lebihkan. Ditinggal pergi selama-lamanya oleh orang tua adalah satu kesedihan dari banyak kesedihan lain yang harus anak-anak yatim piatu pikul.

Kesedihan lainnya adalah gelar “anak yatim piatu” yang harus mereka sandang juga merupakan hal berat bagi mereka. Belum lagi maraknya perundungan saat ini terhadap mereka kaum lemah anak-anak yatim piatu yang bisa jadi menjadi daftar panjang hal berat bagi mereka.

Faktanya, hal ini mungkin luput dari perhatian panitia penyelenggara kegiatan santunan anak yatim piatu. Tulisan ini tidak dalam rangka hendak mengusik tradisi baik yang sudah mapan. Tradisi-tradisi demikian sangat perlu kita pertahankan dalam rangka sebagai alarm. Tidak sedikit dari kita yang seringkali sibuk memperhatikan apa yang ada pada diri sendiri namun lupa bahwa ada perhatian yang perlu kita sisihkan untuk orang lain yang membutuhkan. Dalam hal ini kepada anak yatim.

Merawat Tradisi Santunan

Maka tradisi santunan yatim piatu tetap perlu kita lestarikan namun dengan sedikit memangkas rangkaian yang ada yaitu sesi penyerahan dan pemanggilan satu per satu anak yatim untuk keperluan mengusap rambutnya. Rangkaian tersebut cukup kita wakilkan secara simbolik dari panitia kepada salah satu tokoh agama. Selanjutnya kita proses satu per satu oleh panitia kepada anak-anak yatim-piatu penerima santunan di belakang layar.

Dalam QS. Al-Baqarah 271 menjelaskan bahwa menampakkan (mengekspos) pemberian itu diperbolehkan dalam rangka untuk memberikan i’tibar. Namun jika ada hal lain yang lebih maslahat dengan tidak menampakkan pemberian demi menjaga privasi/ rasa rendah diri bagi si penerima hadiah maka dalam ayat tersebut justru dianggap itu lebih baik. Bunyi QS. Al-Baqarah 271 sebagai berikut:

اِنْ تُبْدُوا الصَّدَقٰتِ فَنِعِمَّا هِيَۚ وَاِنْ تُخْفُوْهَا وَتُؤْتُوْهَا الْفُقَرَاۤءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۗ وَيُكَفِّرُ عَنْكُمْ مِّنْ سَيِّاٰتِكُمْ ۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ

Artinya: Jika kamu menampakkan sedekahmu, itu baik. (Akan tetapi,) jika kamu menyembunyikannya dan memberikannya kepada orang-orang fakir, itu lebih baik bagimu. Allah akan menghapus sebagian kesalahanmu. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.

Mungkin akan menjadi kerja panjang jika harus mengubah konsep dari rangkaian kegiatan santunan yang telah mentradisi tersebut. Namun pertimbangan-pertimbangan di atas terkait privasi anak-anak yatim kiranya menjadi renungan. Sebab dalam berbuat baik ada etika yang perlu kita tunaikan. Dengan demikian, memberi juga harus memperhatikan etika-etika yang telah kita tetapkan. []

 

Tags: Anak Yatim PiatuMuharramSejarah IslamSunah NabiTahun Baru HijriyyahTradisi
Yulinar Aini Rahmah

Yulinar Aini Rahmah

Terkait Posts

Bekerja adalah bagian dari Ibadah

Bekerja itu Ibadah

5 Juli 2025
Ancaman Intoleransi

Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi

5 Juli 2025
Bekerja

Jangan Malu Bekerja

5 Juli 2025
Bekerja dalam islam

Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

5 Juli 2025
Gerakan KUPI

Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

4 Juli 2025
Oligarki

Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

4 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Gerakan KUPI

    Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ISIF akan Gelar Halaqoh Nasional, Bongkar Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kholidin, Disabilitas, dan Emas : Satu Tangan Seribu Panah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Bekerja itu Ibadah
  • Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi
  • Jangan Malu Bekerja
  • Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID