• Login
  • Register
Rabu, 29 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Buku

Sastra dan Literasi Anak

Wanda Roxanne Ratu Pricillia Wanda Roxanne Ratu Pricillia
27/08/2020
in Buku, Keluarga, Sastra
0
Ilustrasi NBU

Ilustrasi NBU

154
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Salah satu cara mengenalkan hal-hal baru pada anak adalah dengan buku. Sekarang bahkan sudah banyak buku yang dibuat khusus untuk bayi mulai dari soft book, busy book (kain) sampai board book. Rabbit Hole adalah salah satu produsen buku-buku anak yang terkenal karena isinya yang disesuaikan umur anak, cerita yang beragam dan juga design yang menarik.

Saat saya kecil sepertinya buku-buku tak sebanyak sekarang dan juga kesadaran membaca orangtua tak sebaik saat ini. Bagi generasi milenial, masa-masa kecil kita dulu dipenuhi dengan buku-buku dondeng seperti Timun Mas, Kancil, Bobo, Putri Duyung, Putri Salju, Cinderella, hingga cerita Nabi dan Rasul. Juga buku-buku klasik dunia Hans Christian Andersen, Guid Blyton, Grimm, Roald Dahl, Antoine de Saint-Exupery, dst.

Masih ingat tidak, buku favoritmu saat kecil? Saya masih menyimpan dua buku dongeng bergambar yang saya suka saat yaitu buku Putri Tidur dan Petualangan Sinbad. Satu perbedaan besar buku anak zaman 90an dan sekarang adalah tentang pesan moral. Bahkan di kedua buku dongeng favorit saya itu, ada catatan tentang pesan moral.

Apakah buku-buku anak hanya untuk belajar moral? Tentu tidak. Banyak sekali manfaat dongeng bagi anak. Kata Albert Einstein, jika kita ingin anak-anak kita menjadi cerdas maka bacakan dongeng. Jika kita ingin anak-anak kita lebih cerdas, maka bacakan lebih banyak lagi buku dongeng.

Ada lima manfaat dongeng menurut Napean Tutoring yaitu perkembangan literasi dini, pengembangan keahlian menyelesaikan masalah, literasi kultural, dan dongeng mengajarkan dasar dari sebuah cerita. Selain pesan moral, dongeng mengajarkan pengembangan karakteristis anak, mengenalkan pelajaran baru dan budaya yang berbeda, melatih kemampuan komunikasi, menambah kosakata, serta menghidupkan imajinasi, rasa ingin tahu dan kreativitas anak.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Islam Pada Awalnya Asing
  • Jalan Tengah Pengasuhan Anak
  • Imam Malik: Sosok yang Mengapresiasi Tradisi Lokal
  • Mengapa Menjadi Bapak Rumah Tangga Dianggap Rendah?

Baca Juga:

Islam Pada Awalnya Asing

Jalan Tengah Pengasuhan Anak

Imam Malik: Sosok yang Mengapresiasi Tradisi Lokal

Mengapa Menjadi Bapak Rumah Tangga Dianggap Rendah?

Sebuah dongeng bahkan tidak hanya diceritakan secara verbal melalui tulisan dan buku, tapi juga dengan penceritaan secara langsung. Dulu saya suka sekali mendengar cerita dari kakek dan nenek yang selalu seru. Selain itu, dongeng bisa disampaikan melalui pertunjukan seni seperti teater boneka. Saat kuliah saya pernah mengikuti Teater Boneka yang bercerita dengan menggunakan puppet. Lagi-lagi, teater boneka ini pun tidak hanya tentang pesan moral, tapi juga sebagai media hiburan, komunikasi, imajinasi dan bermain.

Saat bedah buku “Mata di Tanah Melus” yang ditulis oleh Okky Madasari, saya sempat bertanya mungkinkah sastra dewasa Indonesia diadopsi atau diceritakan kembali untuk sastra anak seperti Pride and Prejudice karya Jane Austen. Kata Mbak Okky, hal itu masih belum biasa dilakukan di Indonesia. Selain diterjemahkan ke banyak bahasa di dunia, buku Le Petit Prince karya Antoine de Saint-Exupery juga diadopsi untuk bayi hingga anak-anak. Diceritakan kembali dengan sederhana sesuai dengan umur anak. Buku Pride and Prejudice karya Jane Austen juga diadopsi untuk anak-anak.

Buku-buku anak yang saya kenal saat kecil adalah cerita-cerita dengan happy ending, ada tokoh antagonis yang kalah dan tokoh protagonist yang bahagia pada akhirnya. Tapi buku-buku Hans Christian Andersen justru merupakan cerita-cerita tragedy, seperti cerita Putri Duyung Kecil yang tidak mendapatkan pangeran dan justru menjadi buih di lautan karena kesedihan.

Dalam buku The Danish Way of Parenting diceritakan bahwa orang Denmark percaya bahwa tragedi dan kejadian menyedihkan adalah hal-hal yang seharusnya dibicarakan juga. Dengan begitu kita juga belajar untuk mengenali spektrum emosi dengan luas, tidak hanya sedih dan bahagia. Dan tidak hanya mengenali seseorang sebagai orang baik dan orang buruk saja.

Sastra anak Indonesia bisa berharap banyak pada penulis-penulis Indonesia seperti Okky Madasari, Clara NG dan Reda Gaudiamo. Buku-buku mereka adalah buku-buku anak yang juga bisa dinikmati oleh orang dewasa. Salah satu penulis buku anak yang juga masih anak-anak adalah Abinaya Ghina Jamela. Saya suka sekali buku puisinya yang berjudul Resep membuat Jagat raya dan buku Mengapa Aku Harus Membaca.

Sebenarnya menarik juga untuk menceritakan kembali sastra Islam pada anak-anak, sehingga tidak hanya bercerita tentang kisah-kisah Nabi dan Rasul seperti ketika saya kecil. Sekarang sudah banyak buku-buku anak yang bertema Islam seperti mengajarkan rukun iman dan sholat.

Beberapa hari yang lalu teman saya bercerita di Instagram bahwa ada yang bilang padanya “dasar gila, masa anak umur tiga bulan udah dibacakan buku?”. Saya cukup heran kenapa harus ada kata “gila” untuk mengenalkan literasi pada anak? Gila di sini bukanlah suatu apresiasi, tapi lebih pada hal yang sia-sia dilakukan seperti berbicara pada tembok.

Padahal, mengenalkan buku, bercerita dan belajar komunikasi pada anak bisa sedini mungkin. Membacakan buku pada bayi dan membaca bersama dapat menstimulus perkembangan kognitifnya, membangun hubungan hangat orangtua dan anak, melatih bicara, merangsang pendengaran dan penglihatannya juga. Mengenalkan anak pada literasi melalui buku berarti mengenalkan kembali pada orangtua untuk memiliki semangat membaca dan menulis yang sama besarnya. Anak-anak akan mencontoh orangtua, bagaimana orangtua mereka memperlakukan buku.

Dalam buku Naya yang berjudul Mengapa Aku Harus Membaca, ada kalimat yang menampar saya. “Anak-anak diminta membaca, tapi orang tua jarang sekali membaca. Mereka sibuk dengan urusan dan pekerjaan mereka. Anak-anak disuruh membaca, tapi tidak boleh banyak bertanya. Anak-anak disuruh membaca, tapi tidak diajarkan bagaimana cara menulis yang baik. Apakah orang-orang dewasa ingin melakukan hal jahat pada anak-anak?”, kata Naya.

Literasi tidak hanya tentang membaca, tapi juga menulis. Membaca dan menulis adalah pasangan yang saling mendukung. Kita tidak bisa hanya menyuruh anak-anak untuk membaca dan menulis tanpa bimbingan dan role model yang baik. Mereka akan mencontoh apa yang mereka lihat, mereka akan memodifikasi perilaku dari apa yang telah orang dewasa lakukan. []

Wanda Roxanne Ratu Pricillia

Wanda Roxanne Ratu Pricillia

Wanda Roxanne Ratu Pricillia adalah alumni Psikologi Universitas Airlangga dan alumni Kajian Gender Universitas Indonesia. Tertarik pada kajian gender, psikologi dan kesehatan mental. Merupakan inisiator kelas pengembangan diri @puzzlediri dan platform isu-isu gender @ceritakubi, serta bergabung dengan komunitas Puan Menulis.

Terkait Posts

Bapak Rumah Tangga

Mengapa Menjadi Bapak Rumah Tangga Dianggap Rendah?

28 Maret 2023
Sahabat bagi Anak

Wahai Ayah dan Ibu, Jadilah Sahabat Bagi Anakmu!

25 Maret 2023
Nalar Kritis Muslimah

Nalar Kritis Muslimah: Menghadirkan Islam yang Ramah Perempuan

23 Maret 2023
Marital Rape

Marital Rape itu Haram, Kok Bisa?

21 Maret 2023
Dinafkahi Istri

Pengalaman Dinafkahi Istri, Perlukah Merasa Malu?

20 Maret 2023
Generasi Strawberry

Self Diagnose, Parenting, dan Labelling: Penyebab Munculnya Generasi Strawberry

16 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Sittin al-‘Adliyah

    Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Prinsip Kasih Sayang Itu Timbal Balik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Menjadi Bapak Rumah Tangga Dianggap Rendah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menggali Nilai-nilai Tradisi di Bulan Ramadan yang Mulia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Pada Awalnya Asing

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Imam Malik: Sosok yang Mengapresiasi Tradisi Lokal

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Islam Pada Awalnya Asing
  • Jalan Tengah Pengasuhan Anak
  • Imam Malik: Sosok yang Mengapresiasi Tradisi Lokal
  • Mengapa Menjadi Bapak Rumah Tangga Dianggap Rendah?
  • Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Prinsip Kasih Sayang Itu Timbal Balik

Komentar Terbaru

  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist