Mubadalah.id – Jika merujuk catatan sejarah kenabian tentang banyak perempuan menjadi guru bagi laki-laki, maka sejak masa Nabi Muhammad Saw sudah banyak perempuan menjadi guru dari para sahabat laki-laki.
Antara lain yang sangat terkenal ialah Aisyah binti Abu Bakar ash-Shiddiq. Ia disebut sebagai A’lam an-Nas wa Afqah an-Nas wa Ahsan an-Nas Ra’yan fi al-Ammah (orang paling pandai, paling faqih, dan paling baik di antara semua orang).
Adz-Dzahabi dalam Siyar A’lam an-Nubala (riwayat hidup ulama-ulama cerdas) mengatakan bahwa tidak kurang dari 160 sahabat laki-laki mengaji kepada Sayyidah Aisyah.
Sebagian ahli hadis menyebut bahwa Sayyidah Aisyah binti Abu Bakar memiliki murid sebanyak 299 orang, yang terdiri atas 67 perempuan dan 232 laki-laki.
Sementara itu, Ummu Salamah binti Abi Umaiyah mengajar 101 orang: 23 perempuan dan 78 laki-laki.
Lalu, Hafshah binti Umar memiliki 20 murid: 3 perempuan dan 17 laki-laki. Kemudian, Asma binti Abu Bakar memiliki 21 murid: 2 perempuan, 19 laki-laki.
Hujaimiyah al-Washabiyyah memiliki 22 murid laki-laki. Asma binti Umais memiliki 12 murid: 2 perempuan dan 10 laki-laki.
Lalu, Ramlah binti Abi Sufyan memiliki 21 murid: 3 perempuan dan 18 lakilaki. Dan, Fatimah binti Oais memiliki 11 murid laki-laki.
Sayyidah Nafisah
Pada periode berikutnya, sejarah mencatat nama-nama perempuan ulama yang cemerlang. Beberapa di antaranya ialah Sayyidah Nafisah (w. 208 H), cicit Nabi Muhammad Saw.
Namanya dikenal sebagai perempuan cerdas, sumber pengetahuan keislaman (nafisah al-‘ilm), pemberani, sekaligus ‘abidah zahidah (tekun menjalani ritual dan asketis).
Bahkan sebagian orang mengategorikannya sebagai waliyullah perempuan dengan sejumlah keramat. Ia adalah guru Imam asy-Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hanbal.
Selain itu, menyebutkan bahwa Imam asy-Syafi’i adalah ulama yang paling sering bersamanya dan mengaji kepadanya, padahal ia seorang ahli fiqh besar:
“Ia (Imam asy-Syafi’i) adalah orang yang paling sering bersama Sayyidah Nafisah dan mengaji kepadanya. Justru pada puncak kariernya sebagai ahli hukum terkemuka dan memiliki kedudukan terhormat.”
Kemudian, dalam teks lain menyebutkan:
“Pada bulan Ramadhan, Imam asy-Syafi’i juga sering kali shalat Tarawih bersama Sayyidah Nafisah di masjid perempuan ulama ini.” []