Mubadalah.id – Seni musik adalah kreasi kebudayaan paling universal. Musik dinikmati oleh semua orang di muka bumi ini, bahkan kadang digilai oleh sebagian orang.
Karya seni musik, juga kreasi kebudayaan lainnya, sanggup menyatukan keretakan dan keterpecahan manusia akibat perbedaan-perbedaan politik, ideologi, etnisitas, dan sebagainya.
Konon, bangsa-bangsa Arab di Timur Tengah, termasuk Israel, mampu melupakan permusuhan dan perbedaan-perbedaannya ketika Ummi Kultsum tampil dalam pagelaran konsernya.
Ummi Kultsum adalah penyanyi legendaris Mesir yang tetap bangsa Arab cintai sampai hari ini. Al-Athlal (puing-puing) adalah salah satu nyanyian Ummi Kultsum yang diperdengarkan pada saat perjanjian Camp David, yang menandai berakhirnya perang dan permusuhan Mesir dan Israel.
Pada masa lampau, penyebaran Islam melalui musik folklor menjadi media paling efektif. Satu tokoh penyebar Islam di Nusantara yang menggunakan media ini adalah Sunan Kalijaga.
Lagu Tombo Ati yang kini terkenal melalui suara Opiek, konon adalah salah satu gubahannya. Lagu ini sudah lama rakyat di pedesaan hafal dan senandungkan di mushala-mushala menjelang shalat.
Begitu juga dengan Lir Ilir yang Emha Ainun Najib populerkan, sebuah karya sastra filsafat yang mengalir dengan manis. Sehingga mampu merubah bangunan budaya Jawa yang politeistik menjadi Tauhid dan menjunjung moralitas luhur.
Fakta-fakta di atas menunjukkan dengan jelas bahwa seni musik merupakan media yang sangat efektif dalam memengaruhi masyarakat dan mengubah tradisi.
Dengan begitu, para aktivis perempuan sudah saatnya menpambil seni musik dan media budaya rakyat lainnya. Baik sebagai alat dan instrumen alternatif untuk memperjuangkan cita-citanya: membangun petadaban yang adil, tanpa diskriminasi. Tanpa kekerasan, dan tamah terhadap siapa saja, laki-laki dan perempuan. []