Kami mengambil foto bersama usai silaturrahim online bersama keluarga besar Bani Abdul Fattah Hasyim yang ada di Jombang, Pati, Cirebon dan Malang. Bani Abdul Fattah Hasyim adalah merujuk pada anak-cucu-cicit KH. Abdul Fattah Hasyim dan ibu Nyai Musyarafah Bisri Syansuri, Tambakberas, Jombang. Silaturrahim via google meet ini dipandu oleh Gus Rifan Nashir selaku admin yang membuat silaturrahim menjadi lebih terarah sekaligus terkesan dekat.
Saya sendiri mencatat paling tidak dua hal terkait silaturrahim via media daring yang dilaksanakan pada tanggal 24 Mei 2020, pukul 18.30, atau malam tanggal 2 syawal 1441 H, ini.
Pertama; keyakinan bahwa menautkan tali persaudaraan adalah ajaran agama. Karenanya silaturrahim merupakan aktifitas positif yang mesti diusahakan keberlangsungannya. Jika dalam kondisi sebelumnya silaturrahim biasa dilakukan dengan cara saling mengunjungi atau saling menyapa antar teman dan antar saudara, terutama di kala lebaran tiba.
Maka dalam konteks new normal ini sangat penting untuk mengambil inisiatif dengan memanfaatkan teknologi bagi upaya merawat tradisi baik ini. Misalnya dengan cara saling mengunjungi dan saling sapa di kala idul fitri tiba, via media online.
Kedua, inisiatif dalam merawat tradisi silaturrahim di kala lebaran, memang bisa dilakukan siapa saja. Baik inisiatif itu dilakukan oleh kaum muda ataupun yang sepuh. Namun dalam hal ini yang paling penting adalah bagaimana adanya proses saling terbuka dalam mencapai tujuan bersama.
Terus terang, saya terharu melihat bagaimana silaturrahim melalui media daring yang dilaksanakan pada malam kedua syawal kemarin itu berlangsung. Bagi saudara yang muda, tentu sangat berbahagia mendapat kesempatan untuk sowan, memohon maaf dan meminta doa pangestu kapada poro sepuh.
Sementara poro sepuh juga tampak sangat antusias mengikuti proses silaturrahim jarak jauh ini. Bahkan beliau-beliau kerso dipandu untuk saling mendengarkan, saling bergantian memberikan dawuh, serta saling memberikan doa pangestu.
Bagi saya, bagaimana silaturrahim via google meet ini bisa terlaksana merupakan suatu petanda bagaimana dunia baru yang akan melahirkan kondisi new normal ini akan menuntut kita untuk saling terbuka dan mau untuk saling belajar dalam menghadapi perubahan demi perubahan. Karena pastilah, apa yang disebut new normal itu akan membutuhkan cara pandang baru serta penyesuaian demi penyesuaian yang tak akan mudah bagi semua orang.
Dan demikian lah kita akan menyongsong peradaban baru ini nantinya. Bagaimana kerjasama adalah kesemestian yang harus dilakukan oleh kaum muda dan poro sepuh, guru dan murid, orang tua dan anak, serta semua pihak yang terhubung dalam komunitas-komunitas tertentu maupun masyarakat secara umum.
Kita bisa menghadapi semuanya dengan lebih baik, lebih kuat, asal kita terus saling memotivasi, saling menguatkan dan saling mendoakan. Semoga Alloh ridlo. Amin. []