• Login
  • Register
Minggu, 26 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Sindrom Ratu Lebah tak Sebatas Ada di Dunia Kerja

Dalam lingkungan kekerabatan atau lingkaran sosial, perempuan dengan status lebih senior kerap berupaya menjatuhkan perempuan yang lebih muda atau dari segi kuasa lebih rendah dibanding dirinya, dengan tujuan untuk mempertahankan status sosial mereka.

Hasna Azmi Fadhilah Hasna Azmi Fadhilah
09/07/2021
in Personal, Rekomendasi
0
Ratu Lebah

Ratu Lebah

129
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Sebagai figur publik yang punya sederet prestasi, Maudy Ayunda bisa dikatakan sebagai salah satu role model anak-anak muda tanah air. Terlebih beberapa waktu lalu, ia berhasil lulus dari Stanford University, kampus ternama di Amerika sekaligus dunia.

Namun, apa yang dicapai Maudy tersebut nyatanya tidak menjamin perempuan berusia 26 tahun itu aman dari nyinyiran warga net. Salah satu akun bahkan menganggap bahwa gelar dan raihan akademis Maudy tak banyak berarti, karena toh nanti ia akan lebih sibuk di area domestik dan akan berpasangan dengan laki-laki yang mungkin memintanya untuk menjadi ibu rumah tangga.

Kesinisan atas prestasi Maudy mungkin sekilas dianggap angin lalu, karena kita dalam kehidupan sehari-hari kerap menjumpai sindiran sejenis, bahkan dari sesama perempuan sendiri. Pernah nggak kalian menang perlombaan, mencatatkan prestasi dalam suatu bidang, atau perkembangan karier bagus, alih-alih mendapatkan ucapan selamat, kolega perempuan atau teman kalian justru menyampaikan remeh temeh di luar konteks.

Misalnya saja, “eh, aku kasih tahu ya kalau terlalu banyak juara ini itu, laki-laki nanti pada nggak berani deketin kamu lho.”

“Jangan terlalu fokus ke karier, nanti keluarga nggak keurus.”

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Nabi Saw Melarang Umatnya Merendahkan Perempuan
  • Wahai Ayah dan Ibu, Jadilah Sahabat Bagi Anakmu!
  • Salahkah Memilih Childfree?
  • Dalam Catatan Sejarah, Perempuan Kerap Dilemahkan

Baca Juga:

Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Nabi Saw Melarang Umatnya Merendahkan Perempuan

Wahai Ayah dan Ibu, Jadilah Sahabat Bagi Anakmu!

Salahkah Memilih Childfree?

Dalam Catatan Sejarah, Perempuan Kerap Dilemahkan

“Ngapain pinter-pinter, IPK bagus nggak ngaruh banget kok habis lulus.”

Meski sindiran seperti ini umum sekali dilontarkan, tapi jika konteksnya itu untuk menurunkan, bahkan menjegal pencapaian-pencapaian sesama perempuan, tindakan tersebut dalam psikologi bisa digolongkan sebagai sindrom ratu lebah.

Sindrom ratu lebah sendiri mendorong pelakunya untuk mengejek, mengucilkan, bahkan bertindak buruk pada saingannya agar ia tak terlihat menonjol atau turun prestasi. Hal ini disebabkan karena perempuan ‘ratu lebah’ merasa tersaingi oleh perempuan lain karena beragam hal, mulai dari karier, kecerdasan, bentuk fisik, hingga perhatian dari lawan jenis. Sehingga, mereka tak segan-segan untuk menjatuhkan perempuan lain dengan tujuan untuk mempertahankan ‘singgasana’nya.

Sindrom ini pertama kali diteliti dan didefinisikan oleh sekelompok psikolog di Universitas Michigan pada tahun 1973. Istilah tadi menggambarkan seorang perempuan dalam posisi otoritas yang memandang atau memperlakukan bawahan lebih kritis jika mereka perempuan, terutama jika lingkungan dia bekerja didominasi oleh para pria.

Mantan Perdana Menteri Inggris Margaret Thatcher disebut-sebut sebagai contoh riil ratu lebah di dunia birokrasi. Saat ia menduduki tahta pemerintahan negeri Ratu Elizabeth, ia tak pernah terlihat mempromosikan atau mendukung karier sesama perempuan di kabinetnya.

Gambaran lain yang memperlihatkan fenomena sama dapat kita saksikan melalui lakon utama film “Devil Wears Prada”, Miranda Priestly yang diperankan oleh aktris senior Meryl Streep. Miranda, seorang penyunting majalah fesyen yang bossy, egois, dan haus akan kekuasaan dalam film adaptasi karya Lauren Weisberger itu, ia suka sekali menindas bawahannya dengan mengajukan banyak permintaan yang tak masuk di akal hingga membuat staf perempuan di lingkungan kantornya merasa menderita dan tak menikmati kehidupan.

Meski diamini banyak pihak, teori sindrom ratu lebah ditolak oleh beberapa figure public perempuan, termasuk oleh Sheryl Sandberg yang bekerja sebagai chief operating perusahaan raksasa Facebook. Menurut pengamatan Sheryl, perempuan sejatinya tidak lebih kejam dari laki-laki. Konsep semacam sindrom ratu lebah ini muncul karena lingkungan sosial kita berekspektasi perempuan untuk lebih sopan, ramah dan ringan, dan suportif kepada sesama perempuan. Padahal dalam realitanya, tidak ada ekspektasi yang sama dalam dunia kaum adam.

Di sisi lain, walau dianggap kurang relevan saat ini karena isu-isu gender dapat didiskusikan lebih terbuka melalui media sosial. Tapi banyak pihak yang menganggap sindrom psikologis itu masih banyak ditemui, tak hanya sebatas pada lingkungan kerja semata.

Dalam lingkungan kekerabatan atau lingkaran sosial, perempuan dengan status lebih senior kerap berupaya menjatuhkan perempuan yang lebih muda atau dari segi kuasa lebih rendah dibanding dirinya, dengan tujuan untuk mempertahankan status sosial mereka.

Seperti gunung es, fenomena sejenis bukan kondisi yang serta merta terjadi. Banyak perempuan berlaku seperti tadi karena langgengnya seksisme yang mereka dapatkan sebelum meraih posisi puncak. Sehingga bisa disimpulkan, apa yang mereka tunjukkan sejatinya adalah bentuk balas dendam di masa lalu. Seperti yang diungkapkan oleh Naomi Ellemers, seorang profesor dari Universitas Utrecht di Belanda. Ia memperoleh kesimpulan tersebut berdasarkan riset yang melibatkan polisi wanita di Belanda.

Sikap-sikap bossy yang ditunjukkan mereka kepada bawahan nyatanya adalah bentuk diskriminasi lampau yang mendorong mereka melakukan hal yang sama di kemudian hari. Jadi seksisme yang mereka terima dijadikan tradisi yang dilanggengkan oleh sistem.

Dari sini, dapat disimpulkan bahwa bila kita tidak ingin seksisme dan diskriminasi terhadap sesama perempuan berlarut-larut, kita perlu membangun sikap suportif dan menghargai satu sama lain. Terlebih dalam Islam sendiri perintah untuk saling menghargai tersampaikan secara jelas dalam QS Al Hujurat 11:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik…”

Nah, tentu ke depan bila kita tidak ingin sindrom ratu lebah merajalela, yuk dari sekarang biasakan untuk saling mendukung sesama perempuan yang berbuat baik, bukan malah ramai-ramai menjatuhkan dan membuatnya rendah diri. []

Tags: GenderkeadilankerjasamaKesalinganKesetaraanperempuanSindrom Ratu LebahSisterhoodSolidaritas
Hasna Azmi Fadhilah

Hasna Azmi Fadhilah

Belajar dan mengajar tentang politik dan isu-isu perempuan

Terkait Posts

Penutupan Patung Bunda Maria

Kisah Abu Nawas dan Penutupan Patung Bunda Maria

26 Maret 2023
Target Ibadah Ramadan

3 Tips Jika Target Ibadah Ramadan Berhenti di Tengah Jalan

25 Maret 2023
Zakat bagi Korban

Pentingnya Zakat bagi Perempuan Korban Kekerasan Seksual

25 Maret 2023
Asy-Syifa Binti Abdullah

Asy-Syifa Binti Abdullah: Ilmuwan Perempuan Pertama dan Kepala Pasar Madinah

24 Maret 2023
Memilih Childfree

Salahkah Memilih Childfree?

24 Maret 2023
Rukhsah bagi Ibu Hamil dan Menyusui

Rukhsah bagi Ibu Hamil dan Menyusui Saat Ramadan

23 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Puasa dan Intoleransi

    Puasa dan Intoleransi: Betapa Kita Telah Zalim Pada Sesama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jangan Pernah Menyalahkan Agama Seseorang yang Berbeda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nabi Muhammad Saw Berpesan Jika Berdakwah Sampaikan Dengan Tutur Kata Lembut

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kebebasan Dalam Konstitusi NKRI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Zakat bagi Perempuan Korban Kekerasan Seksual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Ramadan Tiba, Kesehatan Gigi dan Mulut Harus Tetap Terjaga
  • Kisah Abu Nawas dan Penutupan Patung Bunda Maria
  • Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Nabi Saw Melarang Umatnya Merendahkan Perempuan
  • 3 Tips Jika Target Ibadah Ramadan Berhenti di Tengah Jalan
  • Kebebasan Dalam Konstitusi NKRI

Komentar Terbaru

  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Kemandirian Perempuan Banten di Makkah pada Abad ke-20 M - kabarwarga.com pada Kemandirian Ekonomi Istri Bukan Melemahkan Peran Suami
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist