Mubadalah.id – Inaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun, kabar duka kembali datang dari warga Nahdlatul Ulama. Salah satu Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) 1991-1992, Prof. Dr. KH. Ali Yafie dikabarkan wafat pada Sabtu, 25 Februari 2023, pukul 22:13 WIB.
KH. Ali Yafie merupakan sosok kiai yang lahir di Donggala, Sulawesi Tengah, pada 1 September 1926 atau 23 Safar 1345. Selama hidupnya, Kiai Ali Yafie pernah mengemban amanah sebagai dekan di Fakultas Ushuluddin IAIN Ujung Pandang, Makassar, Sulawesi Selatan.
Selain itu, Kiai Ali Yafie juga pernah menjabat Rektor Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta dan menjabat anggota DPR sampai 1987.
Pada Muktamar NU 1971 di Surabaya terpilih menjadi salah seorang Rais Syuriyah PBNU. Lalu pada Muktamar NU di Semarang (1979) dan Situbondo (1984), Kiai Ali Yafie kembali menjabat sebagai Rais Syuriyah PBNU.
Kemudian pada Muktamar NU di Krapyak 1989, Kiai Ali Yafie menjabat sebagai Wakil Rais Aam PBNU. Beliau menjadi Penjabat (Pj) Rais Aam PBNU pada tahun 1991-1992 setelah KH. Ahmad Shiddiq sebagai Rais Aam PBNU kala itu wafat.
Di Mata Ulama KUPI
Kepergian KH. Ali Yafie turut dirasakan oleh Ketua Majelis Musyawarah Keagamaan KUPI, Nyai. Hj. Badriyah Fayumi. Nyai Badriyah mengatakan hari ini kita kehilangan guru kita, guru bangsa kita semua, beliau adalah KH. Ali Yafie.
Menurut Nyai Badriyah, KH. Ali Yafie merupakan sosok ulama yang luar biasa. Tidak pernah kuliah, tapi mendirikan Fakultas Ushuluddin. Tidak belajar ke luar negeri tapi penguasaan ilmu agamanya dalam, luas, kontekstual. Sekaligus kosmopolitan dengan kearifan tingkat tinggi.
Kemudian, Nyai Badriyah juga menyebutkan, Kiai Ali Yafie sangat mumpuni dalam bidang Ushul Fiqh, Mantiq dan Balaghah. Serta ilmu-ilmu yang mengantar ulama mampu berfatwa sesuai keilmuan Islam dengan logika yang terstruktur dan sistematis. Bahkan dengan bahasa dan pilihan diksi yang indah, dalam, dan penuh makna.
Kehilangan KH. Ali Yafie membuat Nyai Badriyah merenung, ternyata para ulama yang allamah, progresif, kontekstual, dan sekaligus arif adalah beliau-beliau yang memang menguasai tiga ilmu tersebut (Ushul Fiqh, Mantiq dan Balaghah). []