Mubadalah.id – Al-Qur’an menyebut semua hal yang bisa memalingkan manusia dari tauhid dan keimanan kepada Allah sebagai thaghut. Hanya mereka yang bisa mengingkari thaghut-lah yang bisa dikatakan sebagai manusia yang benar-benar beriman kepada Allah dan berpegang pada tali yang sangat kuat:
لَآ اِكْرَاهَ فِى الدِّيْنِۗ قَدْ تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ ۚ فَمَنْ يَّكْفُرْ بِالطَّاغُوْتِ وَيُؤْمِنْۢ بِاللّٰهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقٰى لَا انْفِصَامَ لَهَا ۗوَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam): sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari jalan yang sesat. Karena itu, barang siapa yang ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. al-Baqarah (2): 256).
Thaghut adalah sebutan untuk setiap yang diagungkan, yang disembah, ditaati, dan dipatuhi selain Allah. Baik itu berupa batu, manusia, ataupun setan.
Demikian dinyatakan oleh para mufassir, seperti Ibn Jarir ath-Thabari dan Ibn al-Katsir dalam kitab tafsirnya masing-masing. Keyakinan terhadap thaghut membuat manusia menjadi zalim dan terbelenggu oleh kezaliman.
Oleh sebab itu, manusia yang beriman harus kembali kepada Allah dan berlepas tangan dari thaghut agar bisa keluar dari kezaliman dan kegelapan. Allah SWT berfirman:
اَللّٰهُ وَلِيُّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا يُخْرِجُهُمْ مِّنَ الظُّلُمٰتِ اِلَى النُّوْرِۗ وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَوْلِيَاۤؤُهُمُ الطَّاغُوْتُ يُخْرِجُوْنَهُمْ مِّنَ النُّوْرِ اِلَى الظُّلُمٰتِۗ اُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ النَّارِۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ ࣖ
“Allah Pelindung orang-orang yang beriman, Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang kafir, pelindung-pelindungnya adalah thaghit (setan) yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS. al-Baqarah (2):257).
Membebaskan Manusia
Dengan tauhid, Allah membebaskan manusia dari belenggu thaghut dan kezaliman yang mengungkungnya. Baik yang diciptakan oleh kelompok manusia lain yang lebih kuat maupun yang secara tidak sadar telah diciptakannya sendiri. Agama tauhid sejak Nabi Adam hingga Nabi Muhammad selalu hadir di tengah kezaliman seperti itu.
Islam juga hadir ketika sebagian besar manusia berada di bawah kezaliman kelompok manusia lainnya. Mereka menjadikan pengaruh, kekuasaan, dan kekayaan. Bahkan kekuatan yang manusia miliki sebagai alat untuk menindas yang kecil dan lemah tak berdaya (mustad’afin).
Bahkan para budak, kaum miskin, rakyat jelata, perempuan, dan anak-anak adalah kelompok yang paling rentan terhadap kezaliman kelompok manusia yang kuat. []