Mubadalah.id – Dalam mengusung gagasan nilai-nilai dasar Islam, KH. Husein Muhammad sangat berpegang pada fundamen atau landasan agama Islam, yakni tauhid atau monoteisme.
KH. Husein Muhammad memahami tauhid sebagai manifestasi atas penghargaan terhadap hak-hak manusia dari penindasan, dan semua pembawa agama tauhid hadir di tengah-tengah masyarakat yang mengalami krisis kemanusiaan.
Kiai Husein juga menjelaskan posisinya sebagai pengusung gagasan-gagasan keadilan, dan penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan dengan landasan teologis.
Kiai Husein mengatakan bahwa tauhid makna literalnya adalah meng-Esa-kan, menunggalkan atau menyatukan segala sesuatu.
Para ahli Islam kemudian merumuskannya sebagai sebuah paham tentang ke-Esa-an Tuhan (monoteisme).
Soal menyatakan bahwa Tuhan (Allah) adalah Satu, bukanlah sekadar sebuah pernyataan verbal individual semata, melainkan juga seruan untuk menjadikan ke-Esa-an itu sebagai basis utama bagi pembentukan tatanan sosial-politik kebudayaan.
Dimensi Individual
Pada dimensi individual, tauhid pertama-tama haruslah berarti pembebasan manusia dari segala bentuk belenggu perbudakan.
Dalam arti yang luas perbudakan manusia atas manusia, perbudakan diri dari benda-benda dan perbudakan diri dari segala bentuk kesenangan diri, kebanggaan dan kebesaran (kesombongan) diri yang semuanya menjadi kecenderungan egoistik manusia.
Kalimat la ilaha merupakan bentuk penegasian atau penafian segala hal yang diagungkan, dipuja atau disembah.
Semua bentuk pengagungan terhadap diri sendiri atau atas benda-benda, sama artinya dengan menuhankan diri sendiri atau benda-benda itu oleh Al-Qur’an justru dianggap akan menyesatkan.
Hal ini terjadi ketika seseorang hanya mementingkan dirinya sendiri dan menolak kepentingan orang lain. Kemudian membenarkan diri sendiri dan menolak kebenaran orang lain, membesarkan diri sendiri dan merendahkan orang lain, dan seterusnya.
Sebaliknya, dalam waktu yang sama, menurut Kiai Husein, tauhid (illallah) berarti menegaskan bahwa hanya Allah sendiri yang memiliki kebesaran, kekuasaan, dan kebenaran itu.
Allah adalah pemilik kekuasaan (kerajaan) di langit dandi bumi. Kebenaran adalah dari Tuhanmu.
Allah juga menyatakan: Apakah kamu tahu, (wahai Muhammad) tentang orang yang menjadikan keinginannya sendiri sebagai Tuhannya. Kemudian Allah menjadikan mereka sesat, lalu Allah menutup pendengaran dan hatinya dan pandangannya. Maka siapa yang bisa memberi petunjuk selain Allah. Apakah kamu tidak merenungkannya? (QS. al-Jatsiyah (45:23).*
*Sumber: tulisan karya M. Nuruzzaman dalam buku Kiai Husein Membela Perempuan.