• Login
  • Register
Rabu, 22 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Buku

Tentang Hidup, yang Harus Hidup

Hidup harus hidup, kita harus selalu mewarnai hidup dengan cita-cita dan harapan, apalagi perempuan bisa lebih melakukan banyak hal, kita bisa lebih banyak melukis dengan banyak warna. (Sinta Ridwan)

Sarifah Mudaim Sarifah Mudaim
08/07/2021
in Buku
0
Hidup

Hidup

81
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Judul Buku       : Berteman dengan kematian catatan gadis lupus

Penulis             : Sinta Ridwan

Penerbit          : Penerbit Ombak Yogjakarta

Tahun terbit    : 2010

Mubadalah.id – Saya tidak bisa membayangkan jika saya terlahir dari keluarga broken home. Di mana besar dengan kesedihan, kesendirian, kesunyian,  menginginkan segera keluar dari kota kelahiran. Serta memutuskan untuk melanjutkan pendidikan sarjana di kota besar seorang diri yang kemudian divonis menderita sakit lupus berjuang melawan rasa sakit sendirian.

Buku berjudul ” Berteman dengan Kematian” catatan gadis lupus merupakan sebuah buku auto biografi memoar sharing tentang kehidupan. Buku catatan harian seorang gadis bernama Sinta yang dilahirkan dari keluarga Ayah dan Ibu yang  kurang harmonis, sibuk bekerja, kerap bertengkar setiap hari.  Sinta diasuh dan lebih banyak menghabiskan waktu dengan Nenek, ditulis dengan bergitu rinci sebagaimana catatan harian yang ditulis setiap hari mulai dari lahir hingga dewasa

Sinta seorang gadis pendiam, penyendiri yang tidak memiliki banyak teman dekat. Bahkan, lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah dengan berbagai kegiatan ekstrakulikuler di sekolah maupun di luar sekolah. Dia ingin lebih banyak melakukan aktivitas di luar rumah daripada harus diam di rumah menyaksikan orang tua bertengkar,  meributkan jatuh bangun mendirikan usaha sampai perselingkuhan.

Di saat menjelang ujian akhir SMA, orang tua Sinta bertengkar hebat lantaran orang ketiga. Malam itu Sinta sedang belajar untuk esok pagi ujian, kedua orangtuanya tidak memperduliakannya. Mereka sibuk bertengkar sehingga membuat Sinta marah  dengan membanting gitar. Sinta termasuk murid yang pintar sejak SD hingga SMA. Nilainya bagus juga aktif sebagai anggota paskibra dan tim softball juga sebagai vocalis band indie.

Setelah lulus SMA, Sinta memilih melanjutkan kuliahnya di Bandung dan ibunya melarang keras. Akan tetapi, Sinta memaksa ingin kulaih di Bandung. Dia berjanji  menjaga diri baik-baik dan tidak perlu terlalu mengkhawatirkannya. Pada saat kuliah di Bandung orang tuanya jadi bercerai. Singkat cerita, Sinta mengetahui mengidap penyakit lupus, berawal dari kegiatan donor darah yang diadakan PMI di kampus.  Awalnya Sinta ingin berdonor hingga akhirnya disarankan untuk periksa darah.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Dalam Catatan Sejarah, Perempuan Kerap Dilemahkan
  • Perempuan Juga Wajib Bekerja
  • Webinar Zakat Peduli Perempuan Korban Kekerasan akan Digelar Nanti Malam
  • Poligami Banyak Merugikan Kaum Perempuan

Baca Juga:

Dalam Catatan Sejarah, Perempuan Kerap Dilemahkan

Perempuan Juga Wajib Bekerja

Webinar Zakat Peduli Perempuan Korban Kekerasan akan Digelar Nanti Malam

Poligami Banyak Merugikan Kaum Perempuan

Tak pernah ia duga sebelumnya jika lupus mengunjungi tubuhnya. Tak kalah dengan HIV/AIDS, penyakit ini belum ada obatnya. Lupus membuat tubunya melemah dari hari ke hari. Saat mengetahui dirinya mengidap lupus, yang terbayang di benaknya adalah kematian yang terus tersenyum dan seakan melambaikan tangan di depan. Baginya kematian bukanlah sesuatu yang menakutkan, tetapi serupa teman akrab yang diajak berbincang dan berteman sehari-hari.

Justru pada saat itu, Sinta yang berasal dari keluarga broken home dan membiayai hidup dan kuliahnya sendiri selepas SMA. Mampu memberikan makna lebih pada hidupnya dan memberikan senyum. Serta semangat pada orang-orang di sekitarnya. Terutama penderita seperti dirinya: Bahwa hidup harus disyukuri, bahwa hidup harus dihidupi. Sebab pada akhirnya, menghidupi hidup adalah obat sesungguhnya dari setiap makhluk di dunia.

Lulus lebih cepat dari teman-teman seangakatanya dengan nilai yang lumayan memuaskan. Kuliah sambil bekerja dengan kondisi sakit, dan tidak lupa sesekali memberikan hadiah kepada ibunya sebagai bentuk terima kasih, bahkan setelah lulus ia tetep bekerja dan membiyai kuliah adiknya. Buku ini dilauching bertepatan dengan Hari Lupus sedunia yakni pada 10 Mei. Buku ini juga diterbitkan oleh penerbit Ombak di tahun 2011, dan sudah mencapai sekitar dua puluh ribu eksemplar, serta memasuki cetakan ke tiga

Membaca buku ini bukan saja untuk memberi semangat kepada para odapus (sebutan untuk pengidap sakit lupus). Melainkan juga  bagi kita semua yang membaca bukunya, bagaimana mereka tetap semangat dalam menjalani dan memberi arti hidup lebih dari orang sehat kebanyakan. Apalagi bagi seorang perempuan, yang harus bisa mandiri, berdaya setara dalam hal pendidikan dan berkarakter, tidak berpangku tangan, merasa lemah dan mengharapkan dikasihani orang lain.

Belajar berdamai dan mengenali diri sendiri karena sebab sebaik-baiknya motivator adalah diri sendiri. Jangan mau dikendalikan oleh penyakit, yang seharusnya justru kita sebagai pengendali rasa sakit. Sebagaimana Sinta katakan ada satu obat mujarab buat para odapus yakni kebahagiaan.  Lupus saat ini belum ditemukan obatnya, yang perlu dilakukan mengontrol terus lupus untuk tertidur, bisa mengatur waktu kedisiplinan diri, mulai dari pola makan dan istirahat.

Sinta perempuan yang haus akan ilmu. Dia selalu belajar, menggali apa yang ingin diketahui. Keterbatasan bukan lagi halangan  justru penyakit lupus ia lawan dengan berteman dan beraktivitas yang ia sukai. Dengan segala keterbatasan penyakitnya dia bisa melakukan lebih daripada kita yang sehat, apalagi kita yang diberi nikmat sehat masa sih tidak mau memberikan arti apa-apa pada hidup kita yang hanya sekali.

“Ketika hidup cuman hanya dijalani aja akan berbeda dengan ketika hidup harus dihidupi” (Sinta Ridwan)

“Hidup harus hidup, kita harus selalu mewarnai hidup dengan cita-cita dan harapan, apalagi perempuan bisa lebih melakukan banyak hal, kita bisa lebih banyak melukis dengan banyak warna”  ( Sinta Ridwan) []

 

 

 

 

 

 

Tags: bukuKesehatan MentalliterasiLupusPenulis Perempuanperempuansastrawan
Sarifah Mudaim

Sarifah Mudaim

Sarifah Mudaim perempuan yang lahir di kota Indramayu penikmat kopi, tanpa senja dan puisi apalagi filosofi. Saat ini tercatat sebagai mahasiswa STKIP Pangeran Dharma Kusuma, segeran, Juntinyuat, Indramayu juga sebagai salah satu anggota dari Perempuan Membaca, Puan Menulis dan Waderlis (wadon dermayu menulis). Bisa disapa-sapa melalui akun instagram @sarifah104 atau email [email protected]

Terkait Posts

Korban Kekerasan Seksual

Luka yang Tidak akan Sembuh: Beban Psikis Korban Kekerasan Seksual dalam Novel Scars and Other Beautiful Things

12 Maret 2023
Isu Gender

Etin Anwar: Isu Gender dalam Pandangan Filsafat Islam

4 Maret 2023
Women’s March

Relasi Mubadalah Muslim dengan Umat Berbeda Agama Part III-Habis

13 Januari 2023
Dongeng dari Gus Mus

Awas, Manusia! Dongeng dari Gus Mus untuk Gen Alpha

10 Januari 2023
Relasi Mubadalah

Relasi Mubadalah Muslim dengan Umat Berbeda Agama Part II

4 Januari 2023
Relasi Mubadalah

Relasi Mubadalah: Muslim dengan Umat Berbeda Agama Part I

31 Desember 2022
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Menjadi Minoritas

    Refleksi: Sulitnya Menjadi Kaum Minoritas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nilai Inklusif dalam Perayaan Nyepi 2023

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ramadan dan Nyepi; Lagi-lagi Belajar Toleransi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Pembagian Kerja Istri dan Suami

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Adalah Agama yang Menjadi Rahmat Bagi Seluruh Alam Semesta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rahmat Allah Swt Untuk Orang Islam dan Orang Kafir
  • Islam Adalah Agama yang Menjadi Rahmat Bagi Seluruh Alam Semesta
  • Ramadan dan Nyepi; Lagi-lagi Belajar Toleransi
  • Nilai Inklusif dalam Perayaan Nyepi 2023
  • Pentingnya Pembagian Kerja Istri dan Suami

Komentar Terbaru

  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Kemandirian Perempuan Banten di Makkah pada Abad ke-20 M - kabarwarga.com pada Kemandirian Ekonomi Istri Bukan Melemahkan Peran Suami
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist