Mubadalah.id – Ibu adalah sosok yang paling berjasa dalam setiap kehidupan. Menjadi ibu artinya menjadi manusia yang fleksibel. Mengapa? Karena tidak ada ilmu pengetahuan yang menjelaskan secara sistematis bagaimana cara menjadi seorang ibu. Seseorang tidak bisa menduga akan menjadi ibu yang seperti apa dan bagaimana. Selain itu, ibu juga tidak bisa mengontrol akan diberi amanah seperti apa, baik suami, keturunan dan rezeki yang akan menemani setiap langkahnya menjadi ibu.
Adapaun pelajaran yang bisa dijadikan referensi menjadi seorang ibu yakni sebuah pengalaman dari apa yang disaksikan dan apa yang dipelajari. Misal, pengalaman yang ia saksikan dari ibunya, pengasuhnya atau saudara perempuannya. sedangkan dari ilmu pengetahuan, hanyalah menjelaskan mengenai pemecahan-pemecahan masalah terkait sebuah problematika.
Tidak heran, jika ibu adalah manusia yang paling fleksibel yang harus memposisikan dirinya sesuai dengan apa yang sudah diterimanya. Maka dari itu, ibu bisa menjadi sebab terbentuknya mental dan nasib dari para generasinya.
Sebuah penghargaan wajib diberikan kepada seorang ibu, yang selalu merelakan apapun yang ia punya demi melihat anak-anaknya tumbuh dan berkembang dengan sangat baik. Dengan segala pengetahuan dan pengamatan yang ia kuasai, ibu selalu menghadirkan suatu hal yang terbaik, yang ia bisa.
Ketulusan seorang ibu tiada duanya. Ibu adalah kunci dari setiap kesuksesan. Dari ucapannya terbentuk sebuah do’a, dari tirakatnya terjadilah asa, dari jeri payahnya terbentuk insan yang mulia. Oleh sebab itu, sebagai seorang anak, sudah sepantasnya kita menghormati dengan seluruh jiwa raga terhadap ibu kita.
Nabi Muhammad SAW ketika ditanya tentang siapa manusia yang berhak kami sikapi dengan baik, maka beliau menjawab ibu, ibu, ibu lalu ayah. Nama ibu diucapkan tiga kali lalu ayah karena kedudukannya yang sangat mulia. Ungkapan Rasulullah tersebut diperkuat dengan Firman Allah SWT dalam surah Al-Luqman ayat 14:
وَوَصَيْنَا الْإنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَ الِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيْرُ
Yang artinya: “Dan kami perintahkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada dua orang ibu-bapaknya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah dan bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”
Dari ungkapan Rasulullah di atas dan diperkuat dengan firman Allah semakin jelas bahwa ibu adalah manusia yang sudah sepantasnya dimuliakan. Dari proses menuju kelahiran sampai pada pertumbuhan anak, ibu adalah sosok yang turut serta di dalamnya. Lebih dari itu, ibu membekali anak-anaknya dengan segenap jiwa raganya.
Setinggi apapun pendidikan anak, bukan jadi alasan untuk berbuat atau berkata semena-mena kepada seorang ibu apalagi merasa lebih tinggi darinya. Bagaimanapun keadaannya, kita tidak boleh melupakan siapa madrasah pertama kita. Bahkan sebanyak apapun materi yang kita berikan tak akan bisa membalas jasa ibu.
Lantas bagaimana cara kita membalas jasa ibu? Mungkin setiap ibu memiliki ungkapan yang berbeda. Tetapi, berdasarkan pengalaman pribadi ditambah cerita dari kawan-kawan, bahwa ibu tak memerlukan materi sebagai balasan, melainkan dengan melihat kesuksesan dan kebahagiaan anak-anaknya, sudah menjadi kebahagiaan tersendiri bagi seorang ibu. Di sisi lain, berbakti, berbuat baik dan mendoakan ibu adalah hal yang harus selalu dilakukan oleh seorang anak.
Peran seorang ibu amatlah banyak. Setiap anak pasti memiliki versi tersendiri dalam mengartikan atau menggambarkan sosok ibunya. Hal ini sejalan dengan bagaimana ibu menjalankan perannya. Secara umum, ibu selalu memiliki tempat khusus yang terbaik di hati anak-anaknya.
Pada tanggal 22 Desember, diperingati hari ibu. Peringatan ini dilaksanakan di seluruh dunia. Dengan adanya peringatan hari ibu ini, sudah jelas bahwa di seluruh penjuru dunia menyepakati dan menyadari akan mulianya ibu dengan seluruh jasa dan cintanya.
Untuk itu, di manapun kita berpijak, ibu tetap menjadi seorang yang pantas untuk dihormati. Ibu adalah tempat kita untuk pulang, tentang cinta yang tak dinistakan dan alasan untuk selalu bertahan. Bahkan, ridla Allah terletak pada ridla orang tua, wallahua’alam bisshowab. []