• Login
  • Register
Minggu, 18 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Buku

Tetap Kecewa, Apa yang Salah dengan Self Healing Kita?

Alih-alih terus menghakimi. Menerima dan memberikan apa yang kita punya adalah kuncinya.

Indah Fatmawati Indah Fatmawati
17/12/2024
in Buku
0
Self Healing

Self Healing

1.1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Mendengar kata self healing seakan mengingatkan kita pada kemampuan diri untuk menghilangkan tekanan hidup dan menumbuhkan perasaan bahagia. Ya, begitulah kiranya kata yang pas untuk mengungkapkanya.

Di sini, sedikit saya akan bercerita. Beberapa hari yang lalu dengan tanpa kesengajaan, saya menjumpai sebuah buku yang menarik hati saya. Buku ini berjudul Whats So Wrong About Your Self Healing karangan Ardhi Mohamad.

Meskipun dengan sedikit tawar menawar, akhirnya saya bisa meminang buku ini. Buku dengan sampul yang penuh tanda tanya ini akhirnya saya persilahkan kepada penjualnya untuk ikut masuk ke keranjang.

Seusai membeli buku, saya berlalu melewati deratan kios penjual buku lainnya. Para penjual kios buku terus memanggil-manggil dan menawarkan buku-bukunya dengan sedikit mengeraskan suara “mbak cari buku apa mbak? “mbak mampir lihat buku sini mbak”, kata beberapa penjual buku.

Namun, saya tetap memantapkan langkah untuk melewatinya setelah mendapatkan buku ini. Sesampainya di rumah, akhirnya saya membukanya, dan baiklah akan saya coba bagikan sedikit ulasannya di sini.

Baca Juga:

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an

Tidak Ada Cinta bagi Arivia

Mengapa Waktu Berlalu Cepat dan Bagaimana Mengendalikannya?

Berkisah Bagaimana Ulasan Pertama

Saat memiliki waktu luang untuk membaca, akhirnya saya memutuskan untuk mulai membaca buku ini. Tak sabar rasanya ingin segera membuka plastik yang menyegel buku.

Membuka halaman pertama, saya merasa sangat terkesima. Entah karena saya merasa bakalan menemukan obat yang cocok dengan kondisi mental saya, atau hanya karena ini buku baru, sehingga saya hanya penasaran saja. Membaca baris-baris kata yang tertulis di buku ini membuatku mengangguk-anggukan kepala, seakan membenarkan semua argumen penulisnya.

Pertama, mengapa kita sering kali merasa kecewa? Sebuah pertanyaan yang saya dapatkan setelah membacanya. Jawaban dalam buku tersebut adalah karena sejak kecil kita sudah dituntut menjadi sempurna.

Lingkungan seakan menuntut kita untuk menjadi luar biasa. Saat kecil, kita sudah diajarkan untuk mengenal dunia dan harus menjadi seorang yang sempurna dalam menghadapinya.

Kita tidak boleh menangis. Kita terpaksa mengesampingkan rasa penasaran kita agar tidak berulah. Tak sedikit pula yang membanding-bandingkan kita dengan anak-anak lain. Kita harus bisa menjadi ini dan itu.

Apakah Semua itu Pantas Kita Salahkan?

Saat masih kecil kita tidak pernah diajarkan untuk menerima keburukan-keburukan dunia ini. Orang tua dan lingkungan kita hanya menerima kesempurnaan, semisal kita tidak boleh gagal.

Dalam buku Whats So Wrong About Your Self Healing tersebut, Penulis buku kemudian menglasifikasikan bagaimana macam-macam pola asuh orang tua yang akhirnya berpengaruh pada self esteem kita.

Self esteem yang buruk pada akhirnya mempengaruhi diri kita dalam menghadapi masalah ketika dewasa. Lantas apakah kita harus menyalahkan orang tua atau juga lingkungan kita?.

Menyalahkan orang tua dan lingkungan kita pada akhirnya akan membuat kita semakin kecewa. Terlebih jika kita memendamnya dan menjadikanya sebuah dendam. Jika sudah demikian, piknik, jalan-jalan dengan mobil mewah, menginap di hotel dan makan di restoran yang mewah pun tidak akan mampu menyembuhkan luka itu semua.

Bagaimana Self Healing yang Benar?

Alih-alih terus menghakimi. Menerima dan memberikan apa yang kita punya adalah kuncinya. Maafkanlah orang tua kita yang mana mereka juga masih belajar ketika mengasuh kita.

Tentu karena itu pengalaman pertama mereka, akan sangat wajar jika beliau-beliau masih seringkali salah. Nyatanya setiap orang tua selalu berharap yang terbaik untuk anaknya.

Begitu pula dengan lingkungan kita yang kadang kala memberikan kita tekanan, rasa sakit, penolakan dan perasaan-perasaan yang membuat kita merasa sedih dan sendiri.

Sebetulnya banyak tips-tips self healing yang bisa menyembuhkan luka diri dalam buku tersebut. Pada bagian akhir, Penulis buku juga menjelaskan bagaimana menyembuhkan luka dengan membangun mental dan cara bersikap terhadap gejolak dunia.

Salah satu tipsnya adalah menentukan sikap kita dalam memaknai dunia ini. Tidak ada yang pasti, apalagi ketika mengkhawatirkan masa depan. Self healing terbaik ialah dengan menyerahkan semua urusan kita kepada Tuhan.

Tips tersebut rasanya juga selaras dengan pandangan hidup yang mubadalah ajarkan. Saling memaafkan dan memberi meskipun kepada orang tua, serta mengarahkan tujuan hidup kita untuk kemakrufan dengan hanya berharap kepada Tuhan. []

Tags: Anak MudaGen ZKesehatan Mentalpola asuhRelasiSelf Healing
Indah Fatmawati

Indah Fatmawati

Sebagai pembelajar, tertarik dengan isu-isu gender dan Hukum Keluarga Islam

Terkait Posts

Herland

Herland: Membayangkan Dunia Tanpa Laki-laki

16 Mei 2025
Neng Dara Affiah

Islam Memuliakan Perempuan Belajar dari Pemikiran Neng Dara Affiah

10 Mei 2025
Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati

Falsafah Hidup Penyandang Disabilitas dalam “Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati”

25 April 2025
Buku Sarinah

Perempuan dan Akar Peradaban; Membaca Ulang Hari Kartini Melalui Buku Sarinah

23 April 2025
Toleransi

Toleransi: Menyelami Relasi Ketuhanan, Kemanusiaan, dan Keberagaman

23 Maret 2025
Buku Syiar Ramadan Menebar Cinta untuk Indonesia

Kemenag RI Resmi Terbitkan Buku Syiar Ramadan, Menebar Cinta untuk Indonesia

20 Maret 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kehamilan Tak Diinginkan

    Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menghindari Pemukulan saat Nusyuz
  • Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami
  • Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial
  • Memperhatikan Gizi Ibu Hamil
  • Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version