Mubadalah.id – Salah satu Ketua Majelis Musyawarah Kongres Ulama Perempuan Indonesia (MM KUPI), Nyai Hj. Badriyah Fayumi, Lc. MA memberikan tiga caranya agar kita mudah menjadi pribadi yang selalu bersyukur dan bahagia.
Pertama, terus bersyukur karena selain uang punya masih sangat banyak nikmat Allah yang jika diuangkan tidak bisa diniali.
Kedua, melangkahlah menuju bentuk kebahagiaan yang lebih dalam, yakni kebahagiaan mental melalui penyikapan positif atas keadaan kita.
Misalnya, ketiadaan uang kita sikapi sebagai tantangan untuk mengeluarkan kreativitas agar mendapatkan uang.
Dengan sikap positif itu, hati akan tetap dipenuhi rasa syukur, bukan marah, kecewa, dan menyalahkan Allah Swt.
Ketiga, jadikanlah ketiadaan uang sebagai “kesempatan” untuk meraih kebahagiaan yang lebih tinggi. Tidak banyak uang berarti lebih banyak waktu untuk membaca, belajar, dan berbagi ilmu (kebahagiaan intelektual).
Kemudian untuk berdedikasi dan bersedekah apa yang kita punya selain uang (kebahagiaan moral).
Lalu, hal itu untuk berdzikir, beribadah, membaca al-Qur’an, berpuasa, dan lain-lain yang menjadikan hati kita tentram karena kita “bertemu dengan Allah” (kebahagiaan spiritual).
Jika kebahagiaan mental, intelektual, moral, dan spiritual ini sudah memenuhi hati, Insya Allah, hati tidak dibelenggu oleh rasa resah dan kesal lantaran tidak punya uang.
Dengan begitu, Nyai Badriyah mengungkapkan, usaha kita untuk mendapatkan uang pun harus melakukannya dengan hati yang bersyukur.
Saat kita berusaha dengan penuh rasa syukur itulah, Insya Allah, peluang mendapatkan uang lebih mudah, maka syukur akan menambah kebahagiaan.
Tatkala belum mendapat uang, syukur akan menjaga kebahagiaan karena kita mampu menikmati kebahagiaan yang lebih dalam, di luar kebahagiaan materiel-ekstenal.
Maha benar Allah yang berjanji bahwa syukur akan menambah nikmat. (QS. Ibrahim ayat 7). Rasa bahagia dalam segala keadaan, bukankah itu nikmat yang bertambah. (Rul)