Mubadalah.id – Dalam bincang via Webinar, bertema Ulama Perempuan Dalam Perjalanan Sejarah, kemarin 08.03.21, yang diselenggarakan Rahima, aku ditanya tentang perempuan dan Tasawuf (mistisisme).
Pertanyaan ini sungguh menarik dan tak banyak dibicarakan atau didiskusikan publik. Belakangan tema spiritualitas dan ritual-ritual keagamaan tampaknya menjadi trend.
Aku lalu antara lain menyampaikan : Guru terbesar (Al-Syekh al-Akbar) Muhyiddin ibn Arabi dari Andalusia, memeroleh pengetahuan Ketuhanan termasuk gagasannya tentang “Wahdah al-Wujud;” (Kesatuan Eksistensi/ Unity in Being) justru dari (paling tidak) tiga orang perempuan.
Pertama, Fakhr al-Nisa. Perempuan ini adalah sufi terkemuka dan idola para ulama baik berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan. Ibnu Arabi mengatakan :
“Aku datang menemuinya untuk mendengarkan tutur katanya, karena riwayat haditsnya berkualitas tinggi, atau terpercaya. Ketika pertama kali aku mendengarnya aku menulis surat kepadanya :
حالى وحالك فى الرواية واحد
ما القصد الا العلم واستعماله
“Keadaanku dan keadaanmu dalam soal riwayat adalah sama. Tujuanku ke sini hanyalah untuk menambah ilmu dan mengamalkannya”.
Kedua, Qurrah al-Ain (cahaya mata). Pertemuannya dengan perempuan ulama ini terjadi ketika Ibn Arabi tengah asyik tawaf, memutari Ka’bah. Katanya, “Hubunganku dengannya sangat dekat. Aku mengaji kepadanya. Aku memandang dia seorang perempuan yang sangat kaya pengetahuan ketuhanan”.
Perempuan ketiga adalah Sayyidah Nizham (Lady Nizham). Ia biasa dipanggil “Ain al-Syams” (mata matahari), dan “Syaikhah al-Haramain” (Guru Besar untuk wilayah Mekah dan Madinah). Ibn Arabi sangat mengaguminya sambil mengatakan :
“Ia adalah matahari di antara ulama, taman indah di antara para sastrawan. Wajahnya cantik jelita, tutur bahasanya lembut, otaknya sangat cemerlang, kata-katanya bagai untaian kalung yang gemerlap cahaya penuh keindahan dan penampilannya benar-benar anggun. Jika dia bicara semua yang ada menjadi bisu”.
Aku tercenung. Betapa di dalam diri perempuan tersimpan potensi intelektual dan spiritual yang luar biasa.
Sumber: Ibn Arabi, Tarjuman al-Asywaq”, hlm. 8.