• Login
  • Register
Senin, 9 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Tiga Ulama Besar Menolak Perkawinan Anak

Ketiga ulama yang menolak kawin anak ini menyebutkan, perkawinan adalah tindakan berupa tanggungjawab kehidupan yang hanya bisa orang dewasa pikul. Mereka yang masih anak-anak tidak sah untuk menikah, meskipun wali atau orang tua mereka yang menikahkan.

Redaksi Redaksi
25/10/2022
in Hikmah, Pernak-pernik
0
menolak kawin anak

menolak kawin anak

487
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Jika merujuk pandangan tiga ulama besar, Utsman al-Batti (w. 43 H/663 M), Ibn Syubrumah (w. 144 H/761 M), dan Abu Bakr al-Ashamm (w. 279 H/892 M), maka secara tegas mereka menolak perkawinan anak baik laki-laki maupun perempuan.

Ketiga ulama yang menolak kawin anak ini menyebutkan, perkawinan adalah tindakan berupa tanggungjawab kehidupan yang hanya bisa orang dewasa pikul.

Mereka yang masih anak-anak tidak sah untuk menikah, meskipun wali atau orang tua mereka yang menikahkannya. Karena pernikahan bukanlah sesuatu yang dibutuhkan mereka yang masih di usia anak.

Lebih lanjut, dengan logika tiga ulama klasik ini, menurut Dr. Faqihuddin Abdul Kodir dalam buku Fikih Hak Anak, maka bisa disimpulkan, bahwa pernikahan bukanlah hak dasar anak.

Malah, bisa sebaliknya, bisa menjadi penghalang bagi anak-anak untuk bisa menikmati hak-hak dasarnya untuk tumbuh kembang dalam kehidupan yang menyenangkan, bisa belajar, bermain, dan menguatkan karkater diri dan kesiapan hidup yang relevan.

Baca Juga:

Bagaimana Akhlak Karimah dalam Memilih dan Melamar Pasangan Pernikahan?

Fenomena Inses di Indonesia: Di Mana Lagi Ruang Aman bagi Anak?

Alarm Kekerasan Terhadap Anak Tak Lagi Bisa Diabaikan

Kafa’ah yang Mubadalah: Menemukan Kesepadanan dalam Moral Pasutri yang Islami

Sementara itu, jika merujuk fatwa KUPI juga telah mengimplementasikan kerangka maqashid al-syari’ah dengan reinterpretasi al-kulliyyat al-khams demi melindungi mereka yang masih di usia anak dari pernikahan yang nyata-nyata tidak maslahat bagi mereka.

Dengan tegas, fatwa KUPI menyatakan bahwa melindungi anak dari pernikahan adalah wajib hukumnya. Anak di sini adalah konsepsi pertama, yaitu anak yang masih di bawah umur pernikahan. Bukan konsepsi kedua tentang posisi seseorang yang berhak dari kedua orang tuanya.

Dengan demikian, penjelasan ini tidak menghalangi pandangan seseorang yang menyatakan bahwa tanggungjawab pernikahan seseorang masih bisa menjadi tanggungjawab kedua orang tuanya.

Namun yang pasti, perkawinan tidak bisa lagi untuk menjadi hak anak dalam pembahasan fikih kontemporer. Pasalnya fikih kontemporer ini berbasis kerangka maqashid al-syari’ah, pendakatan Makruf, Mubadalah, dan Keadilan Hakiki. (Rul)

Tags: anakDr. Faqihuddin Abdul Kodirkawin anakmenolakperkawinanulama besar
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

KDRT

Bagaimana Sikap Masyarakat Jika Terjadi KDRT?

8 Juni 2025
Kursi Lipat

Kursi Lipat dan Martabat Disabilitas

8 Juni 2025
Anda Korban KDRT

7 Langkah yang Dapat Dilakukan Ketika Anda Menjadi Korban KDRT

7 Juni 2025
KDRT

3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

7 Juni 2025
Apresiasi Kepada Perempuan yang Bekerja di Publik

Islam Berikan Apresiasi Kepada Perempuan yang Bekerja di Publik

6 Juni 2025
Wuquf Arafah

Makna Wuquf di Arafah

5 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Jam Masuk Sekolah

    Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Siti Hajar dan Kritik atas Sejarah yang Meminggirkan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kursi Lipat dan Martabat Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jalan Tengah untuk Abah dan Azizah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Bagaimana Sikap Masyarakat Jika Terjadi KDRT?
  • Siti Hajar dan Kritik atas Sejarah yang Meminggirkan Perempuan
  • Kursi Lipat dan Martabat Disabilitas
  • Jalan Tengah untuk Abah dan Azizah
  • 7 Langkah yang Dapat Dilakukan Ketika Anda Menjadi Korban KDRT

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID