• Login
  • Register
Sabtu, 7 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Toleransi Ala Gus Dur

Karena itulah, sebagai masyarakat yang hidup di era sekarang, tugas kita hanya merawat dan melestarikan keragaman dengan menghiasinya dengan toleransi sebagaimana yang telah dilakukan oleh Gus Dur.

Siti Ulfah Siti Ulfah
24/01/2024
in Publik
0
Toleransi Gus Dur

Toleransi Gus Dur

782
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Di bulan Januari yang bertepatan dengan rangkaian haul Gus Dur, aku ingin menulis tentang toleransi menurut Gus Dur yang penting dipelajarai. Gus Dur begitu hangat dan sangat terbuka bagi siapapun, sehingga jiwa toleransi yang diterapkan Gus Dur sangat tinggi.

Sebelumnya, aku emang tidak tahu toleransi itu apa dan bagaimana pelaksanaannya. Tetapi ketika kuliah di menjadi mahasantriwa SUPI ISIF aku mulai memahamai tentang toleransi.

Selain iu, dalam rangka belajar soal toleransi aku juga pernah diajak ke salah satu gereja di Cirebon karena ada acara di sana. Awalnya aku merasa takut karena aku baru pertama kali masuk gereja.

Dari kecil, aku dididik di lingkungan pondok dan keluarga yang cukup agamis, sehingga aku sering diajarkan untuk tidak boleh bergaul dengan non-muslim, apalagi masuk ke gereja. Katanya kalau aku masuk gereja, akan secara otomatis murtad dan pindah agama. Berbekal didikkan ini lah, aku tidak pernah mau untuk berkunjung dan masuk ke gereja.

Berdialog dengan Orang Beda Agama

Tetapi selama di ISIF aku selalu belajar untuk tidak mudah berprasangka buruk pada orang lain. Termasuk pada orang yang berbeda agama. Oleh karena itu, aku memilih untuk mencoba untuk mau bertemu dan dialog dengan teman-teman yang beda agama.

Baca Juga:

Pentingnya Menanamkan Moderasi Beragama Sejak Dini Ala Gus Dur

Kontekstualisasi Ajaran Islam terhadap Hari Raya Waisak

Pesan Toleransi dari Perjalanan Suci Para Biksu Thudong di Cirebon

Temu Keberagaman 2025: Harmoni dalam Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

Ternyata bertemu dengan orang yang bebeda agama tak seperti yang aku bayangkan sebelumnya. Ternyata mereka tidak menakutkan, justru sebaliknya mereka sangat ramah dan menyabutku dengan baik.

Karena itu dari kunjungan tersebut aku jadi belajar bahwa perbedaan itu hal yang biasa dan tidak perlu menjadi alasan untuk saling membenci. Ini lah nilai toleransi yang sesunguhhnya.

Dalam hal menerima dan menghargai orang yang beda agama, ternyata Gus Dur juga sudah sering meneladankan. Menurut Gus Dur kita harus membangun relasi aktif dengan orang yang bebeda agama. Hal ini untuk menciptakan kehidupan damai, setara, dan saling menghargai.

Semasa hidupnya Gus Dur telah banyak melakukan gerakan besar soal toleransi, misalnya ketika semua orang ramai-ramai mengharamkan perayaan Natal, Gus Dur justru malah ikut mendatangi perayaan Natal di gereja, hal ini beliau lakukan tidak lama setelah ia menjadi presiden.

Menjaga Gereja saat Natal

Tidak hanya itu, Gus Dur pula orang pertama yang memberikan perintah kepada Banser untuk menjaga gereja-geraja pada saat perayaan Natal. Peran penting lain yang sangat kita kenang terhadap nilai-nilai pluralisme Gus Dur adalah pengakuan terhadap agama Konghucu.

Teladan-teladan Gus Dur ini menurut aku penting banget untuk terus kita lanjutkan. Karena seperti yang aku alami langsung, ruang perjumpaan dan dialog dengan umat yang beda agama itu bisa mengantarkan aku pada sikap menerima dan terbuka.

Dengan begitu, rasa curiga dan prasangka buruk pada orang yang berbeda agama tidak lagi terjadi. Justru sebaliknya, aku jadi punya banyak teman yang beragam dan tidak merasa takut untuk bergaul serta datang ke tempat ibadah mereka.

Karena itulah, sebagai masyarakat yang hidup di era sekarang, tugas kita hanya merawat dan melestarikan keragaman dengan menghiasinya dengan toleransi sebagaimana yang telah dilakukan oleh Gus Dur.

Gus Dur telah meneladankan, saatnya kita melanjutkan. []

Tags: gus durtoleransi
Siti Ulfah

Siti Ulfah

Saya adalah mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan Indonesia (SUPI) Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon.

Terkait Posts

Jam Masuk Sekolah

Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan

7 Juni 2025
Masyarakat Adat

Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi

7 Juni 2025
Toleransi di Bali

Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

7 Juni 2025
Siti Hajar

Spirit Siti Hajar dalam Merawat Kehidupan: Membaca Perjuangan Perempuan Lewat Kacamata Dr. Nur Rofiah

7 Juni 2025
Relasi Kuasa

Fenomena Walid; Membaca Relasi Kuasa dalam Kasus Kekerasan Seksual

7 Juni 2025
Pembagian Daging Kurban

3 Solusi Ramah Lingkungan untuk Pembagian Daging Kurban

6 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • KDRT

    3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fenomena Walid; Membaca Relasi Kuasa dalam Kasus Kekerasan Seksual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Spirit Siti Hajar dalam Merawat Kehidupan: Membaca Perjuangan Perempuan Lewat Kacamata Dr. Nur Rofiah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan
  • Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi
  • 3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT
  • Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali
  • Spirit Siti Hajar dalam Merawat Kehidupan: Membaca Perjuangan Perempuan Lewat Kacamata Dr. Nur Rofiah

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID