Mubadalah.id – Sukainah adalah putri tercinta Imam Husein bin Ali, cucu Imam Ali bin Abi Thalib-Siti Fathimah, dan cicit Rasulullah Saw. Lahir tahun 669 M di Madinah. la salah satu orang yang ikut bersama ayahnya di Karbala.
Ia dan Sayyid Ali bin Husein al-Sajjad, menyaksikan dengan mata kepalanya saat ayahnya dibantai oleh pasukan tentera Yazid bin Muawiyah. la juga pernah ditawan.
Nama Sukainah amat populer di dunia Arabia Islam saat itu. Ia menjadi buah bibir publik luas, lantaran parasnya yang cantik jelita dengan rambutnya yang tersisir indah. Bahkan ia membiarkan rambut indahnya itu terbuka. Dengan kata lain dia sering tak mengenakan kerudung atau jilbab/ hijab.
Abu al-Faraj al-Isfahani, penulis buku “Al-Aghani” sebuah ensiklopedia sastra, kisah dan puisi, menulis :
“Sukainah adalah perempuan dengan rambut paling indah. Dia menyisir dan merapikan rambutkan begitu apik. Tak ada perempuan dengan rambut seindah dia. Hingga menjadi mode tersendiri bagi kaum perempuan zamannya yang disebut dengan namanya “mode Sukainah”. Umar bin Abdul Aziz menghukum laki-laki yang menyisir rambutnya ala Sukainiyah dengan mengguntingnya”.
Ridha Kahalah, penulis “A’lam al-Nisa”, ensiklopedia Ulama Perempuan di Dunia Arab-Islam, menulis hal yang sama.
Sukainah bin al Husein juga populer karena kecerdasannya dan pengetahuannya yang luas dan mendalam yang meliputi banyak disiplin ilmu. Antara lain tafsir, hadits dan sastra.
Puisi Indah
Kemudian, Ahmad Syauai, raja penyair Nil terkenal menulis puisi indah:
“Lihatlah Rasulullah tak pernah mencatut hak-hak perempuan beriman. Ilmu pengetahuan menjadi cara hidup keluarga Nabi yang cerdas. Mereka berdagang dan aktivis politik. Dan beragam aktivitas lain. Lihatlah, Sukainah namanya menjulang menebarkan harum di seluruh pojok bumi. la mengajarkan kata-kata Nabi Dan menafsirkan kitab suci.”
Bahkan ia sering bertemu dan berdiskusi di rumahnya tentang sastra prosa maupun puitik dengan para begawan sastra pada masanya. Antara lain : Jarir, Farazdaq, Jamil Butsainah. Di rumahnya ada ruang untuk pengajian publik dan salon sastra. Bahkan hadir dalam pengajiannya para sarjana, laki-laki dan perempuan, serta masyarakat umum.
Cicit Rasulullah saw itu wafat di Madinah tahun 681 M dan dimakamkan di Baqi. Bahkan ada riwayat lain menyebut beliau wafat di Damaskus dan dimakamkan di Bab al-Shaghir. []
Sumber : Buku Jilbab dan Aurat Karya KH. Husein Muhammad