Mubadalah.id – Sore itu aku membuka ponselku, sekedar menghilangkan rasa penat setelah rentetan kerja domestic yang katanya menjadi tugas perempuan. Namun yang aku lihat bukanlah sebuah hiburan melainkan berbagai peristiwa pilu dan mengerikan.
Tak kurang dari dua bulan sudah aku hanya bisa menyaksikan kengerian ini. Bahkan lama-lama aku jadi terbiasa, aku tak lagi memejamkan mataku saat melihat adegan-adegan itu. Seperti halnya menonton sebuah film, emosiku menjadi naik-turun. Terkadang menangis, tertawa, marah bahkan sesekali mengumpat.
Bukan sebuah Film
Aku tidak sedang menonton film thriller ataupun horor. Tapi aku sedang menyaksikan kejadian tragis di sebuah negeri nan jauh di sana. Saat ini berandaku penuh dengan darah, mayat, suara tembakan, sirine ambulance, tangisan anak-anak juga suara orang-orang lapar yang berebut makanan. Oh ya, hampir saja aku lupa. Bagaimana aku hendak mencari hiburan di tengah tragedi kemanusiaan.
Meski begitu, sesekali aku masih terhibur saat menonton siaran para jurnalis yang selalu berkata kata I’m still alive”, nyanyian sendu para pemuda, senyum anak-anak yang bermain di sekitar tenda atau sekedar adegan memasak ala kadarnya di tenda pengungsian.
Terkadang aku juga merasa malu dengan mereka yang masih bisa tersenyum dan berkata “hamdallah” setelah kehilangan banyak hal. Mereka bahkan masih mau berbagi dengan hewan di tengah kesulitan.
Terinspirasi dari puisi seorang perempuan yang berjudul “I will never forget”, Aku menuliskannya kembali dalam bahasa Indonesia sembari mengingat hal-hal mengerikan yang aku lihat di layar kaca.
We Will Never Forget (Kami tidak akan pernah lupa)
Kami tidak akan pernah lupa dengan gedung dan bangunan yang mereka hancurkan tanpa target jelas di dalamnya. Dan, kami tidak akan pernah lupa dengan para pengungsi yang diserang saat mencoba berpindah ke tempat yang aman katanya
Kami tidak akan pernah lupa dengan tenaga medis yang tetap bertahan dan menyayikan kesedihan dibawah reruntuhan rumah sakitnya. Pun, kami tidak akan pernah lupa dengan para dokter yang terpaksa melakukan operasi tanpa anastesi untuk pasiennya
Kami tidak akan perah lupa dengan orang-orang yang sekarat dan berbaring di lantai yang dingin saat mengambil nafas terakhirnya. Lalu, kami juga tidak akan pernah lupa dengan bayi-bayi premature yang dibiarkan mati di ranjangnya
Kami tidak akan pernah lupa dengan rumah sakit yang berubah menjadi pemakaman masal di halamannya. Bahkan, kami tidak akan pernah lupa dengan truk es krim yang penuh jasad anak-anak dan balita.
Delapan Belas Ribu Bukan Sekadar Angka
Kami tidak akan pernah lupa dengan Baby Syam yang tetap tenang saat dokter membersihkan luka dan wajahnya yang jelita. Dan, kami tidak akan pernah lupa dengan yusuf kecil yang gemetar dan menahan ketakutan di wajahnya.
Kami tidak akan pernah lupa dengan teriakan seorang dokter yang terkejut melihat jasad putrinya, saat ia sibuk menyelamatkan banyak nyawa. Dan, kami tidak akan pernah lupa dengan seorang ayah yang membawa jasad sang anak dalam tasnya.
Juga, kami tidak akan pernah lupa dengan seorang laki-laki yang melawan banjir untuk membawa jasad saudaranya. Dan, kami tidak akan pernah lupa dengan seorang ibu yang menolak mencuci tangan dari darah anaknya, sebab hanya itulah yang tersisa.
Kami juga tidak akan pernah lupa dengan seorang kakak yang berteriak di bawah reruntuhan sambil menggendong adiknya bayinya. Pun, kami tidak akan pernah lupa dengan seorang kakek yang menangis setelah 40 tahun membangun rumah, lalu dihancurkan begitu saja
Kami tak akan lupa dengan para jurnalis yang bertaruh nyawa demi kebenaran media. Dan, kami tidak akan pernah lupa dengan delapan belas ribu yang bukan sekadar angka
We Will Never Forgive (Kami tidak akan pernah memaafkan)
Kami juga tidak akan pernah memaafkan tentara yang menembak bayi dalam gendongan seorang ibu, hanya karena tangisannya. Kami tidak akan pernah memaafkan penghancuran rumah sakit dengan tuduhan bodoh yang tak terbukti kebenaranya.
Lalu, kami juga tidak akan pernah memaafkan mereka yang menghancurkan gedung hanya demi mengucapkan selamat belaka. Kami pun tidak akan memaafkan media yang menutupi kebenaran dari mata dunia
Dan, kami tidak akan pernah memaafkan para penguasa yang hanya diam begitu saja. Kami tidak akan memaafkan siapapun yang tidak mendukung gencatan senjata.
Kami juga tidak akan memaafkan persatuan dunia yang sangat terlambat hingga merenggut ribuan nyawa. Dan kami tidak akan memaafkan siapapun yang tidak setuju menyebut semua ini sebagai genosida.
We will never forget, We will never forgive for Gaza and Palestine. []