Mubadalah.id – Metode mubadalah didasarkan pada tiga premis dasar: pertama, Islam hadir untuk laki-laki dan perempuan. Sehingga teks-teksnya juga harus menyasar keduanya.
Kedua, prinsip relasi antara keduanya adalah kerja sama dan kesalingan, bukan hegemoni dan kekuasaan. Ketiga, teks-teks Islam terbuka untuk dimaknai ulang untuk memungkinkan kedua premis sebelumnya tecermin dalam setiap interpretasi.
Berpijak pada tiga premis dasar ini, kerja metode mubadalah berproses untuk menemukan gagasan utama dari setiap teks yang kita baca agar selalu selaras dengan prinsip Islam yang universal dan berlaku bagi semua orang, baik laki-laki maupun perempuan.
Kaidah Islam itu sesuai dan cocok untuk kebutuhan zaman apa pun dan di tempat mana pun (al-Islam shalih li kulli zaman wa makan). Juga berarti bahwa Islam sesuai dan memenuhi kebutuhan laki-laki dan perempuan (al-Islam shalih li talbiyat hajat al-rijal wa mutathallabat al-nisa).
4 Langkah Kerja Metode Mubadalah
Kerja interpretasi metode mubadalah adalah memastikan keselarasan teks al-juz’iyyat dengan pesan utama dari nilai dan prinsi al-mabadi‘ maupun al-Qawa’id. Secara sederhana, ada empat langkah yang perlu kita perhatikan.
Pertama, pastikan teks yang akan diinterpretasi berbicara tentang relasi antara laki-laki dan perempuan, baik dalam keluarga (anak, saudara, suami-istri, orangtua, dan lain-lain), sebagai anggota masyarakat maupun komunitas sosial yang lebih luas. Karena mubadalah lebih fokus pada isu relasi.
Kedua, pastikan teks secara implisit menyebut laki-laki dan perempuan, yang salah satu menjadi subjek, dan lainnya sebagai objek, atau secara eksplisit hanya menyebut salah satu pihak. Tetapi secara implisit juga terkait dengan pihak lainnya.
Teks yang sudah eksplisit berperspektif mubadalah tidak memerlukan kerja-kerja metode mubadalah. Ia akan menjadi dasar bagi pemaknaan mubadalah untuk teks yang implisit.
Ketiga, perhatikan apakah teks tersebut mengandung pesan yang berkaitan dengan hal-hal prinsip, baik al-mabadi’ maupun al-Qawa’id, atau tentang perilaku yang bersifat juz’iyyat, atau mungkin keduanya.
Pesan eksplisit teks yang terkait prinsip (menarik kebaikan atau menolak keburukan), maka dapat langsung diterapkan pada pihak yang tidak disebutkan.
Sementara pesan-pesan eksplisit dari teks terkait perilaku, perlu kita tarik sampai pada pesan yang lebih umum. Baik tentang kebaikan yang harus didapat atau keburukan yang harus keduanya hindari.
Keempat, gunakan makna dari teks yang sudah selaras dengan prinsip fundamental dan norma tematik kepada laki-laki dan perempuan, untuk memastikan mereka semua terpanggil untuk melakukan kerja-kerja kebaikan dan akhlak mulia, memperoleh segala kemaslahatan hidup yang disarankan teks, dan terhindar dari segala keburukannya yang dilarang teks.
Perempuan dan laki-laki harus benar-benar secara nyata menerima kebaikan yang Islam anjurkan dan terhindar dari keburukan yang Islam larang. []