Mubadalah.id – Relasi Sayyidah Khadijah dan Nabi Muhammad SAW sudah tidak diragukan lagi. Jalinan cinta mereka sebagaimana yang diharapkan Al-Qur’an. Yakni saling mencintai, saling menyayangi, saling membantu, dan saling bekerjasama. Tak ada dominasi satu atas yang lain. Bahkan yang lebih bikin baper, ada 3 wasiat Sayyidah Khadijah pada Nabi Muhammad SAW. Meski sebagian ulama ada yang meragukan kualias riwayat tentang ini, namun ada sejumlah pelajaan yang dapat kita gali dari wasiat Sayyidah Khadijah pada Nabi Muhammad Saw.
Kisah Rumah Tangga Nabi Muhammad Saw. dengan Sayyidah Khadijah
Selama bersama Sayyidah Khadijah, Nabi tak pernah punya pikiran sedikit pun untuk mencari perempuan lain, meski tradisi di tanah Arab saat itu membolehkannya. Selama sekitar 25 tahun usia pernikahan mereka, menghasilkan keturunan dua orang putra, yakni Sayyid Qasim, dan Sayyid Abdullah. Sayang kedua putranya meninggal dunia pada usia masih anak-anak. Tapi bukan karena itu pula wasiat Sayyidah Khadijah pada Nabi Muhammad SAW disampaikan.
Lalu berikutnya, Nabi dikaruniai empat orang putri yang cantik, antara lain Sayyidah Zainab, Sayyidah Ruqayyah, Sayidah Ummi Kultsum, dan Sayyidah Fatimah Az Zahra. Melalui kelahiran putri-putrinya itu, Nabi memuji dan mengagumi kecantikan Sayyidah Khadijah.
“Allah tidak mengganti aku dengan orang sebaik ia (Khadijah). Ia telah beriman kepadaku ketika orang-orang mengingkariku. Ia telah membenarkanku ketika orang-orang mendustakan aku. Ia telah membantuku dengan hartanya manakala orang-orang menolakku. Dan, Allah menganugerahiku anak-anak perempuan, ketika mereka tidak menyukai anak-anak perempuan.”
Sayyidah Khadījah bukanlah istri biasa, beliau memiliki peran dalam perkembangan Islam. Bagaimana beliau berkorban dengan segala hal, termasuk harta untuk mendukung dakwah Nabi. Karena itu tidak heran jika Nabi membanggakan kecintaan beliau kepada Sayyidah Khadījah dengan mengatakan:
إِنِّي قَدْ رُزِقْتُ حُبَّهَا
“Sungguh Allah telah menganugerahkan kepadaku rasa cinta kepada Khadijah” (HR Muslim no 2435)
Imam An-Nawawi berkata, “Ini adalah isyarat bahwasanya mencintai Sayyidah Khadijah adalah kemuliaan.” (Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim 15/201)
Dengan kemuliaan mencintai Sayyidah Khadijah tersebut, sejak menikah, Nabi Muhammad SAW semakin dermawan kepada orang-orang fakir, miskin dan para budak. Nabi Muhammad SAW berumah tangga dengan Sayyidah Khadijah selama 25 tahun tidak mengambil istri lagi. Kehidupan rumah tangga mereka diliputi kebahagiaan dan kedamaian. Atau dalam bahasa populer, sakinah mawaddah wa rahmah. Mungkin hal ini terkait dengan wasiat Khadijah pada Nabi Muhammad SAW.
Khadijah radhiyallahu ‘anhaa menghembuskan nafas terakhirnya di pangkuan Rasulullah SAW, tepatnya pada hari ke 11 bulan Ramadan, tahun ke-10 masa kenabian. Yaitu 3 tahun sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Yatsrib atau Madinah. Kematian Sayyidah Khadijah merupakan hari duka cita mendalam bagi Nabi. Publik menyebut tahun ini sebagai “Am Al-Huzn”.
Sebutan tahun “Am Al-Huzn” bukan tanpa sebab. Sayyidah Khadijah merupakan orang yang paling dicintai dan pendukung paling utama perjuangan Nabi SAW. Saat itu usia Sayyidah Khadijah diperkirakan 65 tahun, sedangkan usia Nabi Muhammad SAW 50 tahun. Pada masa itu pula, ada informasi terkait wasiat Sayyidah Khadijah pada Nabi Muhammad SAW menjelang wafatnya. Meski validitasnya sampai hari ini masih diperdebatkan.
Isi 3 Wasiat Sayyidah Khadijah pada Nabi Muhammad SAW.
Pertama, selama aku bersamamu, mungkin aku sering lalai melaksanakan kewajibanku kepadamu. Maafkanlah aku. Nabi menjawab, “Aku tidak pernah melihatmu lalai menjalankan kewajiban. Engkau telah sungguh-sungguh melaksanakannya dengan baik, bahkan sering lelah. Engkau bahkan juga telah mengorbankan hartamu untuk kepentingan sosial kemanusiaan.”
Kedua, aku pesan, “Perhatikanlah Fatimah. Kelak, sepeninggalku ia akan menjadi anak yatim. Maka, tak boleh ada satu pun orang yang menyakiti hatinya. Tak boleh ada orang yang memukulnya, dan tak boleh ada orang yang mengecewakannya.”
Ketiga, aku sejatinya takut di kuburan. Aku berharap kain yang engkau pakai saat menetima wahyu pertama menjadi kain kafan yang membungkus tubuhku. Nabi Muhammad SAW berdiri mengambil kain tersebut dan menyerahkannya kepada istrinya itu. Ia tampak sangat berbahagia.
Manakala Sayyidah Khadijah kemudian wafat, Nabi Muhammad SAW memandikannya, dan mengenakan kain kafan kepada jenazahnya. [zah]
*)ditulis ulang dari buku “Perempuan Ulama di Atas Panggung Sejarah” karya KH Husein Muhammad