Mubadalah.id – Bulan Dzulhijjah adalah salah satu bulan yang sangat dimuliakan oleh Allah Swt.
Bagi sebagian umat Islam dapat memanfaatkan bulan Dzulhijjah sebagai ladang untuk berbuat kebaikan kepada sesama.
Berikut enam amalan utama di bulan Dzulhijjah yang dapat dilakukan oleh umat Islam, guna memperoleh banyak pahala untuk bekal di akhirat kelak.
Enam amalan utama di bulan Dzulhijjah ini seperti dikutip di Bincangsyariah.com.
Pertama, memperbanyak ibadah pada sepuluh hari pertama Dzulhijah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aallam bersabda:
مَا مِنْ أَيَّامٍ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ أَنْ يُتَعَبَّدَ لَهُ فِيهَا مِنْ عَشْرِ ذِى الْحِجَّةِ يَعْدِلُ صِيَامُ كُلِّ يَوْمٍ مِنْهَا بِصِيَامِ سَنَةٍ وَقِيَامُ كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْهَا بِقِيَامِ لَيْلَةِ الْقَدْرِ
“Tidak ada hari-hari yang lebih disukai Allah untuk digunakan beribadah sebagaimana halnya hari-hari sepuluh Dzulhijjah. Berpuasa pada siang harinya sama dengan berpuasa selama satu tahun dan salat pada malam harinya sama nilainya dengan mengerjakan salat pada malam Lailatul Qadar. (HR. Tirmidzi)
Kedua, memperbanyak bacaan tasbih, tahmid dan takbir. Dari Ibnu Umar Ra, Nabi bersabda:
مَا مِنْ أَيَّامٍ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ وَلَا أَحَبُّ إِلَيْهِ الْعَمَلُ فِيهِنَّ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ الْعَشْرِ فَأَكْثِرُوا فِيهِنَّ مِنْ التَّهْلِيلِ وَالتَّكْبِيرِ وَالتَّحْمِيدِ
“Tidak ada hari-hari yang lebih agung di sisi Allah dan amal saleh di dalamnya lebih dicintai oleh-Nya daripada hari yang sepuluh (sepuluh hari pertama dari Dzulhijjah), karenanya perbanyaklah tahlil, takbir, dan tahmid di dalamnya.” (HR. Ahmad
Ketiga, sholat Idul Adha. Salat yang dilakukan dua rakaat pada hari raya Idul Adha. Amalan tersebut bersumber dari sabda Nabi Saw:
عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ قَالَتْ: أَمَرَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ نُخْرِجَهُنَّ فِي الْفِطْرِ وَاْلأَضْحَى الْعَوَاتِقَ وَالْحُيَّضَ وَذَوَاتِ الْخُدُوْرِ، فَأَمَّا الْحُيَّضُ فَيَعْتَزِلْنَ الصَّلاَةَ وَيَشْهَدْنَ الْخَيْرَ وَدَعْوَةَ الْمُسْلِمِيْنَ. قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، إِحْدَانَا لاَ يَكُوْنُ لَهَا جِلْبَابٌ؟ قَالَ: لِتُلْبِسْهَا أُخْتُهَا مِنْ جِلْبَابِهَا
Dari Ummu ‘Athiyyah ia mengatakan: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk mengajak keluar (kaum wanita) pada (hari raya) Idul Fitri dan Idul Adha yaitu gadis-gadis, wanita yang haid, dan wanita-wanita yang dipingit. Adapun yang haid maka dia menjauhi tempat salat dan ikut menyaksikan kebaikan dan dakwah muslimin. Aku berkata: “Wahai Rasulullah, salah seorang dari kami tidak memiliki jilbab?” Nabi menjawab: “Hendaknya saudaranya meminjamkan jilbabnya.” (HR. Bukhari)
Keempat, dianjurkan untuk berkurban bagi yang memiliki kelebihan rezeki. Dari Abu Hurairah Ra bahwa Rasulullah Saw bersabda:
مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا
“Barangsiapa yang memiliki kelapangan (rezeki) dan dia tidak berkurban, maka jangan dekati tempat salat kami.” (HR. Ibnu Majah)
Kelima, berzikir pada hari-hari Tasyriq. Hari tenang yang tidak diperbolehkan untuk berpuasa, namun kebahagian dan pesta kaum muslimin tetap dalam bingkai kebaikan, dan tidak berlebihan. Dalam riwayat Imam Muslim, dari Nubaisyah Al Hudzalli, bahwa Nabi Saw bersabda:
أَيَّامُ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ
Hari-hari Tasyriq adalah hari-hari makan dan minum. (HR. Muslim No. 1141), dan dalam riwayat Abu Al Malih ada tambahan: “Dan hari berzikir kepada Allah.” (HR. Muslim No. 1141).
Keenam, haji ke Baitullah. Menyempurnakan rukun Islam dengan berhaji ini wajib bagi yang mampu. Firman Allah:
وَلِلَّهِ عَلَى ٱلنَّاسِ حِجُّ ٱلْبَيْتِ مَنِ ٱسْتَطَا عَ إِلَيْهِ سَبِيلًۭا ۚ
“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.” (Rul)