• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Film

Empat Alasan Kenapa Kamu Harus Nonton Burka Avenger

Dalam berjuang, perempuan memiliki hak untuk memakai apa yang ingin ia pakai. Burqa Avenger sebagai alter ego dari Jiya, seorang guru sekolah telah menginspirasi saya sebagai penonton untuk tidak ragu menggunakan hak kita memakai pakaian yang kita inginkan dalam berjuang.

Fina Nihayatul Fina Nihayatul
14/04/2021
in Film
0
burka avenger

burka avenger

241
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Sadar atau tidak ketika bicara mengenai film animasi super hero dan action figure, sebagian dari kita pasti membayangkan karakter utamanya laki-laki.  Karakter super hero ini biasanya juga digambarkan  memiliki badan besar dan kekar, serta selalu memenangkan pertarungan. Padahal, ada juga karakter super hero perempuan yang menarik untuk diulas.

Beberapa karakter superhero perempuan yang barangkali sering kita jumpai di layar kaca adalah hero perempuan ala DC Comics atau  Marvel. Sebut saja, Wonder Women, Black Widow, Captain marvel, The Invisible Women, Batgirl, Scarlet Witch, Phoenix, Storm, Emma Frost hingga Supergirl.

Mereka digambarkan sebagai sosok yang tangguh dalam pertarungan, memiliki kemampuan khusus yang melengkapi tokoh utama laki-laki, hingga sebagai tandem tokoh utama. Selain itu, sebagian besar super hero perempuan digambarkan dengan perempuan cantik, berpakaian ketat atau terbuka, hingga bertopeng

Di Indonesia, karakter super hero perempuan bisa kita lihat melalui persona Sri Asih yang diperankan oleh Pevita Pearce dalam film Gundala. Karakter ini merupakan sosok yang digambarkan oleh Raden Ahmad Kosasih melalui Majalah Komik tahun 1994. Dalam akhir scene film Gundala tersebut, Sri Asih mencuri perhatian penonton ketika menyelamatkan Gundala dari aksi anak buah Pengkor yang membawa serum amoral untuk disebarluaskan ke perempuan yang sedang hamil. Sri Asih dianggap merepresentasikan Girl Power dalam adegan tersebut.

Tapi, pernahkah kalian membayangkan bagaimana jika super hero perempuan memiliki visual berbeda? Misalnya menggunakan gamis, tudung kepala, dan bahkan bercadar. Visual seperti itu jarang sekali muncul sebagai girl power alias super hero. Saya tidak hendak membandingkan visual super hero perempuan satu dengan lainnya, melainkan  ingin berbagi cerita tentang enam alasan kenapa kamu harus menonton animasi Burka Avenger. Meskipun bukan tergolong animasi baru, serial yang sarat akan pesan sosial ini sangat layak untuk ditonton.

Baca Juga:

Ketika Sejarah Membuktikan Kepemimpinan Perempuan

Qiyas Sering Dijadikan Dasar Pelarangan Perempuan Menjadi Pemimpin

Membantah Ijma’ yang Melarang Perempuan Jadi Pemimpin

Tafsir Hadits Perempuan Tidak Boleh Jadi Pemimpin Negara

 

Film

Pertama, Burka Avenger bisa membuka pikiran kita bahwa pakaian panjang dan tudung kepala, yang seringkali dianggap sebagai simbol agama tidak sedikitpun membatasi perempuan menjadi agen perubahan. Burka bahkan itu menjadi simbol pergerakan bagi Burka Avenger ketika bertarung melawan musuh.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa dalam berjuang, perempuan memiliki hak untuk memakai apa yang ingin ia pakai. Burqa Avenger sebagai alter ego dari Jiya, seorang guru sekolah telah menginspirasi saya sebagai penonton untuk tidak ragu menggunakan hak kita memakai pakaian yang kita inginkan dalam berjuang.

Kedua, mengangkat isu pendidikan dan perempuan. Dalam episode pertamanya yang tayang di 2013, animasi ini mengangkat isu pendidikan mengenai wacana penutupan sekolah perempuan di Kota Halwapur. Burka Avenger merupakan alter ego dari Jiya, seorang guru yang mengecam penutupan sekolah tersebut. Ia berjuang melawan Vadero Pajero, walikota Halwaphur, dan Baba Bandook, tokoh masyarakat yang diilustrasikan seperti penyihir yang berniat menutup sekolah perempuan demi memperkaya diri. Kedua tokoh ini menganggap bahwa pendidikan tidak penting bagi perempuan. Perempuan hanya boleh diam di rumah untuk memasak roti dan membersihkan rumah.

Dalam adegan penutupan sekolah itu muncullah Ashu, sidekick dari Jiya. Anak perempuan ini dengan lantang menolak penutupan sekolah perempuan tersebut. Menurutnya mendapatkan pendidikan adalah hak setiap orang, termasuk anak-anak perempuan. Baginya, perempuan merupakan ibu untuk generasi mendatang. Apabila perempuan tidak mendapatkan literasi dengan baik, bagaimana nasib anak-anaknya mendatang.

Meskipun penolakan itu diterima oleh kerumunan warga yang menyaksikan penutupan, lagi-lagi tokoh masyarakat seperti Baba Bandook mengambil kendali atas persepsi mereka. Adegan demi adegan tentang penutupan sekolah ini memperlihatkan bagaimana perempuan juga mendapatkan tantangan struktural, baik oleh pemerintahannya sendiri bahkan juga lingkungannya.

Ketiga, dalam setiap episodenya, kita akan disuguhi scene breaking news yang akan membuat kita bertanya-tanya apa maksudnya. Awalnya saya pun tak menyadari mengapa adegan ini diselipkan. Setelah berpikir panjang, menurut saya adegan ini menunjukkan bagaimana media memberitakan peristiwa yang berhubungan dengan perempuan. Pasalnya ada dua reporter yang akan menyajikan berita, mereka adalah laki-laki dan perempuan.

Sang reporter laki-laki membuka dengan suara yang terdengar malas-malasan tanpa semangat. Sementara sang reporter perempuan memberitakan penutupan sekolah itu dengan intonasi tinggi dan penuh semangat. Metafora ini menggambarkan pada kita bagaimana media melakukan pembingkaian peristiwa yang terjadi, yang mana seringkali tidak sensitif terhadap isu gender.

Selain mengangkat isu pendidikan dan perempuan, animasi asal Pakistan ini juga mengangkat isu perdamaian. Hal ini menjadi alasan keempat yang menjadikan serial animasi ini layak untuk ditonton. Di akhir episode pertama, Burka Avenger memberikan pesan kepada penontonnya tentang pentingnya “Inner Peace”. Sebenarnya pesan itu sudah diselipkan berulang kali.

Jika kita amati, di scene awal kita disuguhi bagaimana Kabbadi, orang tua angkat Jiya mengatakan untuk tetap berlatih Di kesempatan lain, Kabbadi juga mengatakan kepada Jiya untu terus melatih kemampuan inner peace-nya, karena keseimbangan jiwa dan raga akan membuat kita tenang dalam bertindak.

Di samping itu, penggunaan pensil dan buku sebagai senjata utama menjadi bagian menarik yang penting untuk diperhatikan. Hal ini menjelaskan bahwa ada korelasi antara buku dan pensil sebagai senjata untuk memerangi diskriminasi gender dengan pendekatan halus. Seperti yang disampaikan Kabbadi, keep your hands soft and your sense sharp! []

 

 

Tags: Burqa AvengerFilmPahlawan Perempuanperempuan
Fina Nihayatul

Fina Nihayatul

Terkait Posts

Film Pendek Memanusiakan Difabel

Film Pendek Memanusiakan Difabel: Sudahkah Inklusif?

7 Mei 2025
Film Aku Jati Aku Asperger

Komunikasi Empati dalam Film Aku Jati Aku Asperger

5 Mei 2025
Film Pengepungan di Bukit Duri

Film Pengepungan di Bukit Duri: Bagaimana Sistem Pendidikan Kita?

3 Mei 2025
Otoritas Agama

Penyalahgunaan Otoritas Agama dalam Film dan Drama

25 April 2025
Film Indonesia

Film Indonesia Menjadi Potret Wajah Bangsa dalam Menjaga Tradisi Lokal

17 April 2025
Film Bida'ah

Film Bida’ah: Ketika Perempuan Terjebak Dalam Dogmatisme Agama

14 April 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version