Judul : Re;Nkarnasi
Pengarang : Maman Suherman
Penerbit : PT. Gramedia
Cetakan : 1, 2020
Tebal : 120
Genre Buku : Sastra
ISBN : 9786024813765
“Di dalam atau di luar rumah, perempuan:
Bukan semata obyek limpahan keputusan
tapi subyek pembuat keputusan”
(Maman Suherman, 2020)
Mubadalah.id – Sajak-sajak kisah tentang Perempuan oleh Maman Suherman atau sapaan akrabnya Kang Maman, dalam karyanya ini menyiratkan kepada pembaca bahwa dalam diri dan keberadaan perempuan, ia bukanlah sebagai obyek, ia adalah subjek sebagaimana laki-laki. Pandangan lingkungan terhadap perempuan di beberapa wilayah masih menganggap manusia nomor dua setelah laki-laki. Kita pun sering menyadari demikian.
Menjadi perempuan adalah anugerah terindah yang harus disadari. Tanpanya generasi tidak akan terlahir. Disadari atau tidak, perempuan dan laki-laki memiliki hak yang sama, sama-sama berhak menikmati dunia, menjalani hidup, berkarir, dan mendapat penghormatan. Beragam kewajiban dari tradisi menempatkan perempuan, bila ia berperilaku yang tidak sesuai norma maka sangsi yang diterimanya, yaitu dikucilkan. Seakan-akan ia makhluk yang tak layak dihormati, tidak mempunyai nilai, seperti Pekerja sex komersial (PSK).
Tulisan Kang Maman dan cerita tentang sosok perempuan (sebut saja Re) dalam buku Re;nkarnasi ini telah mewakili suara perempuan yang mengalami keadaan berbeda dari manusia pada umumnya. “Harus seperti itukah perempuan?” (hal.6). Kenyataan pahit dan beragam persoalan pelik dari kehidupan perempuan seperti dia digambarkan secara rinci dalam buku ini.
Cara menghadapi kenyataan, berusaha terlihat tegar dan melindungi keluarga menyiratkan bahwa seperti apapun profesi perempuan meski ia pelacur, ia bukan makhluk yang najis dan tetap layak mendapat penghormatan sebagaimana manusia pada umumnya. Mereka justru membutuhkan peran dan pembelaan kita ditengah keadaan dan pilihan yang sulit, antara melanjutkan perannya atau berhenti berarti memilih mati.
Buku ini berisi tentang pengalaman hidup seorang perempuan. Bagian awal dimulai dengan kisah latar belakang tokoh yang menjadi subjek di buku ini. Berasal dari keluarga terpandang, terlahir tanpa seorang ayah, katanya ia anak haram. Kisah perempuan si anak haram yang tumbuh berkembang tanpa kasih sayang keluarga besar, bahkan ditinggal orang tercinta yakni Ibunya.
Kenyataan yang digambarkan oleh penulis dalam kisah Re membuka wawasan kita untuk lebih memahami bagaimana para perempuan seperti Re bertahan di tengah hujatan keluarga bahkan laki-laki jahanam yang merenggut kehormatan serta mengubah fase hidupnya, “Lelaki Jahanam tak cuma satu, jumlahnya beribu-ribu” (hal.12). Perempuan yang menjadi korban pemuas hasrat seks laki-laki hingga akhirnya ia “hamil.” Kenyataan yang dialaminya tidak jauh berbeda dari pengalaman Ibunya.
Dalam penggalan kutipan lain “Aku tidak meminta dilahirkan, kenapa dihidangkan penderitaan?” (hal.6). Apapun keadaan dan kenyataan hidup seseorang, ia tidak berhak dikucilkan, dihina, atau diberi label pembawa sial, begitu juga anak haram. Sejatinya manusia terlahir di dunia adalah anugerah, hanya melalui cara yang berbeda, dan lebih-lebih pandangan budaya dan perspektif syariat agama. Namun mereka tetap saudara kita.
Sosok perempuan yang diceritakan oleh penulis merupakan korban keadaan. Pilihan yang dihadapkan sering berlawanan dari kenyataan yang diharapkan. Ia terjebak dalam keadaan. Perempuan yang sering disebut kaum lelaki sebagai makhluk yang susah dipahami, sebenarnya ia berhati lembut. Seperti apapun profesinya perempuan tetap layak mendapat penghormatan. “Bagaimana ajaran moral akan punya makna bila tak memandang hormat pada mereka yang mengais hidup demi anak-anaknya juga tak pernah melupakan Tuhannya” (hal. 59).
Beberapa nilai yang bisa kita ketahui tentang sosok perempuan dari buku Re;nkarnasi ini: Ketegaran perempuan korban keadaan, Kasih sayang dan tanggung jawab seorang Ibu terhadap anaknya meski terjebak dalam realita yang tidak diinginkan, perempuan yang cerdas tapi tidak bisa berontak, dan perempuan sebenarnya berhak menjadi subjek bukan objek limpahan keputusan.
Memahami sosok perempuan memang tidak mudah, namun hal yang pasti bahwa setiap perempuan, mereka memiliki cinta. Kesimpulan pengalaman masing-masing perempuan tidak dapat digeneralkan kecuali pengalaman yang tidak jauh berbeda. Bagian akhir Kang Maman menyisipkan kalimat “Perempuan, Bagaimana dunia di matamu, aku ingin tahu” (hal.108) disitulah kesimpulan jawaban bersumber dari pengalaman yang berbeda.
Kita diajak menalar tentang perempuan dan suara tentang hak-haknya. Memahami perempuan, lebih baik apabila mengenalnya terlebih dahulu , menyelami kehidupannya, sebagaimana penulis yang menulis kisah Re berdasarkan pengalaman hingga ia memiliki kesimpulan sendiri tentang penilaian perempuan misal pekerja seks komersial (PSK) bukanlah manusia hina. Ia juga manusia, ia pun membutuhkan kita sebagai saudara sesama manusia. Membela dan membebaskannya dari jeratan germo. Pada dasarnya apapun pilihan hidup manusia, kita harus tetap saling menghormati, menyayangi dan tetap merangkulnya.
Pada bagian penutup, penulis mengajak kita untuk kembali merenungi hidup dan keadaan realita saat ini, “Hidup ini penuh dengan jutaan harta karun. Bertebaran di sekeliling kita dan bisa kita nikmati dengan segala kelezatannya” (hal. 108). Membaca buku ini menyadarkan kita tentang sosok perempuan, jati dirinya dan bagaimana seharusnya lingkungan berperan baik sebagai pelindung atau tempat berteduh. Wallahua’lam. []