Mubadalah.id – Pemikiran KH. Husein Muhammad tentang gender dan Islam telah memberi pijakan kuat bagi aktivis perempuan untuk menjadi pejuang kemaslahatan manusia.
Hal itu diungkapkan Ketua Pengurus Wilayah (PW) Fatayat Nahdhatul Ulama (NU) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Khotimatul Husna saat dihubungi Mubadalahnews, Selasa, 19 Maret 2019.
“Buya Husein bisa menjadi role model bagi ulama lainnya dan publik umumnya untuk konsisten dalam memperjuangkan dan menyebarkan Islam ramah. Kususnya keberpihakan pada kelompok minoritas, termasuk perempuan dan anak,” kata Mbak Khotim sapaan akrabnya.
Oleh sebab itu, kata Mbak Khotim, sudah selayaknya Buya Husein mendapatkan penganugerahan Doctor Honoris Causa (DR HC) bidang Tafsir Gender dari Universitas Agama Islam Negeri (UIN) Walisongo, Semarang.
“Saya turut bangga dan menyambut baik atas penganugerahan DR HC untuk Buya Husein,” imbuhnya.
Ia menilai, sudah selayaknya Buya Husein mendapatkan penghargaan DR HC. Sebab, Buya Husein telah memberikan dedikasinya untuk keilmuan Islam dan sosial, khususnya tentang isu gender dalam Islam.
“Termasuk dalam buku-buku karya Buya Husein tentang isu gender yang telah memberikan pengaruh luar biasa pada cara pandang tentang relasi gender dalam Islam,” ucapnya.
Sosok Buya Husein dan pemikirannya, lanjut Mbak Khotim, pernah ditulis oleh Nouruzzaman dalam buku yang berjudul Kiai Husein Membela Perempuan. Sedangkan, buku karya Buya Husein yang pertama kali dibaca adalah Fiqh Perempuan.
“Buku ini memberi pengaruh yang luar biasa pada cara pandang saya tentang relasi gender dalam Islam. Dari karya-karyanya, saya mengenal Buya Husein secara dekat,” tambahnya.
Selain itu, Mbak Khotim juga mengaku, sangat bahagia bisa diberikan kesempatan berguru kepada Buya Husein. Karena menurutnya, Buya Husein merupakan sosok yang alim, rendah hati dan meneduhkan.
“Saya sangat bersyukur bisa berguru kepada Buya Husein secara langsung di forum-forum Rahima, Fahmina dan juga di forum lainnya,” tuturnya.
Ia mengenal Buya Husein sebagai sosok yang alim tapi tidak berjarak dengan santri-santrinya. Karena, Buya Husein sangat rendah hati dan meneduhkan, baik dalam sikap maupun pernyataan.
“Saya berharap penghargaan ini juga bisa memicu lahirnya pemikiran baru yang mencerahkan dan membawa kepada perubahan yang lebih baik,” tandasnya. (RUL)