Mubadalah.id – Masyarakat masih banyak melihat perempuan sebagai sumber fitnah. Begitu pun panggung hiburan masih banyak dilihat sebagai sarang ma’shiat. Maka, perempuan terjun di dunia hiburan kerap dipandang sebagai a BIG NO!
Tetapi benarkah selalu demikian?
Al-Quran mengingatkan bahwa laki-laki, dan perempuan sama-sama diberi kecenderungan berbuat buruk (fujur) sehingga menjadi sumber fitnah. Namun, juga sama-sama diberi kecenderungan berbuat baik (taqwa, sehingga menjadi sumber anugerah.
Artinya, laki-laki, dan perempuan sama-sama punya potensi menjadi sumber fitnah sekaligus anugerah. Siapapun yang berbuat baik menjadi sumber anugerah dan yang berbuat buruk menjadi sumber fitnah/ masalah.
Sampai sini kita bisa menyimpulkan bahwa perempuan mungkin menjadi sumber anugerah. Begitu pun laki-laki mungkin menjadi sumber fitnah. Di mana pun berada, termasuk di panggung, jika keduanya berbuat baik menjadi sumber anugerah, dan kalau berbuat buruk menjadi sumber fitnah.
Bagaimana dengan panggung hiburan? Panggung, seperti tempat lainnya, adalah media yang bisa digunakan untuk kebaikan, atau sebaliknya disalahgunakan untuk keburukan. Jadi baik buruknya panggung tergantung dipakai untuk apa.
Bagaimana dengan hiburan? Menghibur orang pada dasarnya adalah kebaikan. Seperti juga seni dalam arti umum, seni hiburan mungkin jadi media mengajak kebaikan seperti media untuk melawan kezaliman, tapi mungkin juga sebaliknya.
Namun panggung hiburan, seperti seni lain, yang masuk dalam pusaran industri punya situasi khusus yang perlu dicermati Misalnya adanya kecenderungan untuk melipatkangandakan modal ekonomi dengan berbagai cara ilegal. Hal yang sebetulnya juga bisa terjadi pada panggung dakwah.
Dalam pusaran industri, penghibur maupun pendakwah bisa, walau tidak selalu, diperlakukan sebatas komoditas yang nilainya tergantung pasar. Materi hiburan, dan dakwah rentan ditundukkan pada selera pasar. Jadi tantangannya adalah bagaimana tontonan bisa mengandung tuntunan dan sebaliknya, bagaimana tuntunan bisa dikemas sebagai tontonan yang tidak kehilangan aspek tuntunannya. []