Mubadalah.id – Nabi Muhammad Saw telah memberikan banyak teladan bagi semua umat Islam. Misalnya Nabi memberikan teladan tentang larangan melakukan kekerasan, menyakiti dan menciderai kepada diri sendiri maupun orang lain.
Larangan untuk tidak melakukan kekerasan dan menyakiti itu diperintahkan Nabi Muhammad Saw dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Malik dalam kitab Muwaththa.
Isi hadis tersebut sebagai berikut, Yahya al-Mazini ra meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Tidak diperbolehkan mencederai diri sendiri maupun mencederai orang lain.”
Hadis Yahya al-Mazini ra memberikan pelajaran bagi kita, bahwa ucapan, perilaku maupun perbuatan yang menyakiti dan merusak merupakan perbuatan yang sangat dilarang.
Perintah di dalam hadis tersebut juga secara eksplisit berlaku bagi laki-laki maupun perempuan.
Seperti dikutip dari buku 60 Hadis Shahih karya Faqihuddin Abdul Kodir yang menyebutkan bahwa laki-laki maupun perempuan, harus terbebas dari segala tindakan buruk yang menyakiti dan merusak, baik dalam bentuk perilaku sehari-hari, misalnya dalam relasi keluarga antara suami-istri dan orang tua-anak, maupun dalam bentuk kebijakan negara.
Menurut Kang Faqih, setiap tindakan seseorang harus diupayakan dengan sangat maksimal agar dapat menghadirkan kebaikan dan kemaslahatan bagi banyak orang. Juga untuk menghindarkan segala bahaya, keburukan, dan kekerasan. Baik untuk diri, keluarga, maupun orang lain.
Begitu pun, lanjut kata Kang Faqih, kebijakan negara harus dipastikan dapat menghadirkan kemaslahatan bagi warga, perempuan maupun pria, dan menghentikan segala bentuk kekerasan dan kesewenang-wenangan.
Atau dalam bahasa kaidah fiqh, tasharruf ar-ra’i ‘ala ar-ra’iyyah manuthun bil-mashlahah (Kebijakan negara atas rakyatnya harus terkait dengan kemaslahatan warga).
Sehingga, jika ada kebijakan yang merusak atau menghadirkan kekerasan dan kemudharatan, harus dibatalkan demi prinsip kaidah ini.
“Sesungguhnya, prinsip kemaslahatan (jalbul mashdlih) dan anti-kemudharatan (dar’ul mafasid) ini sudah menjadi kaidah umum yang diterima ulama fiqh sepanjang zaman, baik dalam perilaku individual maupun relasi sosial secara umum,” jelasnya.
Dengan demikian, perintah yang telah ditegaskan di atas menjadi pondasi bahwa Islam adalah agama untuk kemaslahatan manusia.
Maka, perintah tersebut sebaiknya dapat diwujudukan dan dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari, baik bagi laki-laki maupun perempuan. []