Mubadalah.id – Kita mungkin pernah mendengar pribahasa, keluarga adalah madrasah pertama bagi anaknya. Peran keluarga (orang tua) dalam mendidik, mengasuh dan membesarkan, menjadi guru abadi bagi anak-anaknya.
Dalam salah satu hadis, menyebutkan bahwa peran orang tua dalam mengasuh anaknya, mendapatkan apresiasi dari Nabi Muhammad Saw, yaitu mereka mendapatkan jaminan surga dan dijanjikan akan dijauhkan dari neraka.
Hadis tersebut diriwayatkan oleh Aisyah Ra yang menuturkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “barangsiapa yang mengasuh anak-anak perempuan (menjadi wali atas mereka), lalu benar-benar berbuat baik untuk mereka, maka mereka akan menjadi perisai yang menghalanginya dari api neraka.” (Shahih al-Bukhari).
Dari hadis di atas, seperti dikutip dalam buku 60 Hadis Shahih karya Faqihuddin Abdul Kodir, bahwa hadis yang diucapkan oleh Nabi Muhammad Saw kepada Aisyah Ra sesaat setelah kehadiran seorang perempuan yang membawa dua putrinya dan mengeluhkan kesusahan hidup mereka.
Kemudian, Aisyah Ra memberikan mereka makanan yang tersedia di rumah Nabi Muhammad Saw.
“Artinya, Nabi Muhammad Saw mengakui posisi perempuan yang mengasuh dan bertanggung jawab atas kedua putri tersebut,” tulis Kang Faqih.
Bahkan, menurut Kang Faqih, kerja-kerja orang tua untuk anaknya yang perempuan, baik itu mengasuh, membesarkan, mendidik, dan menyediakan segala kebutuhan hidup mereka, dicatat Nabi Muhammad Saw sebagai amal kebaikan yang akan diapresiasi oleh Allah Swt.
“Pahalanya, seperti disebutkan dalam teks, bahwa anak-anak perempuan tersebut kelak akan menjauhkan orang tua pengasuhnya dari siksa api neraka,” lanjutnya.
“Jika jauh dari neraka, berarti sang pengasuh dijanjikan akan masuk surga.
Bisa dikatakan, perempuan yang mengasuh anak dan bertanggung jawab, ia akan memperoleh surga,” tegasnya.
Bahkan, Kang Faqih menyampaikan, bahwa anak-anak perempuan yang diasuh dan dididik akan menjadi jalan menuju surga bagi pengasuh mereka.
“Ini merupakan apresiasi atas perempuan kepala keluarga yang bertanggungjawab atas anggota keluarga,” jelasnya.
Dengan demikian, maka segala perbuatan, perilaku untuk kebaikan hidup perempuan adalah amal yang dicatat oleh Allah SWT dan diapresiasi oleh Nabi Muhammad Saw.
Tentu saja, lanjut kata Kang Faqih, ketika yang bertandang membesarkan, mendidik, dan mengasuh anak-anak adalah laki-laki, juga memperoleh apresiasi dan pahala yang sama.
“Sebab, Islam adalah agama meritokrasi, bertumpu pada iman dan amal shalih, bukan pada jenis kelamin. Semua ini adalah bagian fundamental dari syariat Islam,” tukasnya. []