• Login
  • Register
Selasa, 29 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Urusan Seks seharusnya Dinikmati Suami Istri

Fachrul Misbahudin Fachrul Misbahudin
09/10/2022
in Personal
0
Urusan Seks seharusnya Dinikmati Suami Istri
150
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.Id- Berikut urusan seks seharusnya dinikmati suami istri.  Saat ini media sosial tengah ramai memperbincangan joke-joke yang menjadikan marital rape (perkosaan dalam pernikahan) sebagai bahan candaan. Seperti dalam poster yang dibawa oleh ibu-ibu pada aksi penolakan Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan (RUU-PKS) dan Rancangan  Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP). Kira-kira begini isi posternya “saya ikhlas diperkosa suami saya kapan pun suami saya minta, jujur enak !!! dapat pahala lagi”.

Tentu saja saya kaget sekaligus gereget membaca isi poster tersebut. Bagaimana tidak, kasus marital rape ini banyak sekali terjadi pada perempuan di Indonesia. Seperti dalam catatan tahunan Komnas Perempuan menyebutkan bahwa, sepanjang tahun 2018 ada sekitar 195 kasus perkosaan dalam perkawinan yang dilakukan oleh suami kepada istrinya. Dan kasus-kasus tersebut jelas mendatangkan mafsadat bagi korban.

Belum lama ini, pada bulan Juli 2019, kasus Anton Nuryanto, seorang suami warga Sunter Agung, Jakarta, membunuh istrinya sendiri, gara-gara ia menolak untuk berhubungan intim. Bahkan ia melakukannya di depan anaknya sendiri.

Atau masih dibulan yang sama, kasus Aminah, seorang perempuan di Sukabumi, Jawa Barat, membunuh suaminya saat tidur. Ia depresi gara-gara kerap kali dipaksa oleh suaminya untuk berhubungan intim. Padahal, Ia baru saja melahirkan anaknya. Hingga akhirnya, hal ini membuat Aminah kesal dan berujung dengan  membunuh sang suami.

Disamping itu semua, saya yakin masih banyak kasus marital rape yang tidak dilaporkan, karena masih dianggap tabu dan mustahil terjadi. Karena masyarakat umum masih menganggap bahwa perkosaan dalam pernikahan itu sebuah mitos.

Baca Juga:

Mengapa Politik Inklusif bagi Disabilitas Penting? 

‘Aisyiyah Bojongsari Rayakan HAN dan Milad ke-108 Lewat Lomba dan Diskusi

Perempuan Melawan Lupa terhadap Upaya Penghapusan Sejarah

Buka Perspektif Geopolitik Kader Perempuan, KOPRI Bedah Buku 75 Tahun Indonesia Tiongkok

Selain itu, narasi-narasi keagamaan yang berkembang selama ini juga menimbulkan relasi yang timpang. Misalnya, salah satu kewajiban istri terhadap suami ialah melayani kebutuhan seksualnya, dan tidak boleh menolak dengan alasan apapun. Padahal urusan seks seharusnya dinikmati oleh pasangan suami dan istri dengan saling memperhatikan kebutuhan dan kondisi tubuh satu sama lain.

Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam al-Qur’an surat al-Baqarah [2]:187 bahwa relasi antara suami dan istri dalam masalah seks mengandung prinsip kesalingan (mubadalah); suami adalah pakaian istri dan istri adalah pakaian suami (hunna libaasun lakum wa antum libaasun lahum).

KH. Husein Muhammad dalam buku Fiqh Perempuan juga menjelaskan bahwa perkawinan itu jalinan hubungan kasih sayang, cinta dan tanggung jawab suami dan istri. Maka keduanya harus dibangun secara bersama-sama dengan cara-cara yang baik, bukan dengan penindasan, kebencian dan kekerasan.

Wujudkan Perkawinan yang Kokoh

Di dalam ajaran agama Islam, baik suami maupun istri, keduanya dituntut untuk menjaga pernikahan agar tetap kokoh, sehat dan harmonis. Dimana hal itu bisa dilakukan dengan menjalankan empat pilar sebagai berikut;

Pertama, pasangan suami-istri harus menyadari dan memahami bahwa hubungan perkawinan adalah perjanjian yang kokoh (mitsaaqan ghalidha), kedua, perkawinan perlu dibangun dengan sikap dan hubungan yang baik (mua’asyarah bil ma’ruf).

Ketiga, perkawinan adalah saling berpasangan (zawaj), dan terkahir, perkawinan dikelola dengan prinsip musyawarah.

Dengan empat pilar inilah, hubungan yang kokoh antara pasangan suami dan istri bisa terbangun, dan tentu saja bisa mewujudkan visi dan misi kehidupan perkawinan yang sakinah, mawaddah, wa rahmah.

Sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’an surat ar-Rum ayat 21 bahwa tujuan perkawinan adalah mewujudkan ketenteraman jiwa (sakinah) yang hanya bisa diperoleh melalui relasi atas dasar cinta kasih sayang.

Sehingga ketika suami maupun istri saling memperlakukan satu sama lain dengan cara yang baik, saya yakin tujuan mulia pernikahan yaitu kebahagiaan hakiki itu bisa dirasakan sepenuhnya oleh keduanya.

Islam Menolak Kekerasan

Islam secara tegas mengajarkan untuk selalu memberikan penghormatan kepada seluruh manusia. Islam sangat melarang untuk berbuat kezaliman kepada siapa pun, termasuk pada perempuan.

Jadi, ketika terjadi suatu tindakan yang melukai dan menyakiti istri sama halnya ia telah melukai prinsip kemanusiaan yang telah diajarkan oleh Islam. Karena dalam prinsipnya Islam mendorong umatnya untuk tidak melukai diri sendiri, dan diri manusia yang lain.

Seperti yang terdapat dalam hadis Nabi saw “Tidak boleh mencederai diri sendiri maupun mencederai orang lain” (Muwatha’ Malik).

Dengan begitu, segala bentuk kekerasan dengan alasan apapun tidak bisa dibenarkan, dan siapapun yang merasa akan didzalimi berhak untuk menolaknya, termasuk menolak ajakan suami untuk berhubungan seksual dengan cara yang brutal atau kasar, karena dapat melukai organ tubuh istrinya.

Oleh karena itu, al-Qur’an memiliki konsep-konsep kunci yang seharusnya bisa menjadi pondasi spritual dan etis bagi hubungan pasangan suami istri. Seperti konsep saling ridho, baik (ma’ruf), berusaha menciptakan kondisi yang lebih baik (ihsan), tulus (nihlah), saling memberi kenyamanan, kemuliaan (fadl), kebahagiaan (sakinah), cinta (mawaddah), dan kasih sayang (rahmah).

Dengan demikian, diharapkan baik suami dan istri kehidupanya penuh dengan kasih sayang dan cinta, saling mengasihi, tidak saling menyakiti dan masing-masing tidak saling mengabaikan hak serta kewajiban termasuk dalam relasi seksual.

Demikian penjelasan terkait urusan seks seharusnya dinikmati suami istri, bukan justru saling menimbulkan kesakitan di antara keduanya. []

Fachrul Misbahudin

Fachrul Misbahudin

Lebih banyak mendengar, menulis dan membaca.

Terkait Posts

Pengalaman Perempuan

A Letter for 23: Pengalaman Perempuan Menjadi Sehat, Cerdas, dan Berdaya

28 Juli 2025
Tren S-Line

Refleksi Tren S-Line: Bagaimana Jika Dosa Kita Terlihat Jelas Atas Kepala?

27 Juli 2025
Fomo Trend S-Line

Mari Membahas Bersama Fomo Trend S-Line

26 Juli 2025
Menikmati Proses

Pentingnya Menikmati Proses, Karena yang Instan Sering Mengecewakan

26 Juli 2025
Menemukan Arah Hidup

Rewire Otakmu dengan Secarik Kertas: Cara Sederhana untuk Menemukan Arah Hidup yang Hilang

25 Juli 2025
Simone de Beauvoir

Tubuh, Cinta, dan Kebebasan: Membaca Simone de Beauvoir Bersama Rumi dan al-Hallaj

25 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Selir

    Ulasan Buku Concubines and Courtesans: Kisah Para Selir yang Mengubah Sejarah Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membangun Rumah Tangga Ideal: Belajar dari Keseharian Rasulullah Saw

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • A Letter for 23: Pengalaman Perempuan Menjadi Sehat, Cerdas, dan Berdaya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Buka Perspektif Geopolitik Kader Perempuan, KOPRI Bedah Buku 75 Tahun Indonesia Tiongkok

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Sekolah Rakyat Menggusur SLB: Potret Pendidikan Inklusi yang Semu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Mengapa Politik Inklusif bagi Disabilitas Penting? 
  • ‘Aisyiyah Bojongsari Rayakan HAN dan Milad ke-108 Lewat Lomba dan Diskusi
  • Perempuan Melawan Lupa terhadap Upaya Penghapusan Sejarah
  • Buka Perspektif Geopolitik Kader Perempuan, KOPRI Bedah Buku 75 Tahun Indonesia Tiongkok
  • Ulasan Buku Concubines and Courtesans: Kisah Para Selir yang Mengubah Sejarah Islam

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID