Mubadalah.id – Pengasuh Pondok Pesantren Mahasina Darul Qur’an wal Hadits, Nyai Hj. Badriyah Fayumi, Lc. MA menjelaskan bahwa tradisi berpakaian perempuan juga tidak sama.
Misalnya, Nyai Badriyah mencontohkan, perbedaan tradisi pemakaian jilbab di Indonesia dan Saudi Arabia.
Muslimah Indonesia yang berjilbab (dalam arti khimar/kerudung yang menutup kepala hingga ke dada) akan tetap berjilbab di mana pun.
Termasuk saat menghadiri acara khusus perempuan di tempat yang tertutup, atau bahkan saat di kolam renang khusus perempuan. Saat menerima tamu sesama perempuan di rumah pun jilbab tetap dipakai.
Di Saudi Arabia, menurut Nyai Badriyah, tidaklah demikian. Saat keluar rumah, muslimah Saudi menggunakan jilbab (dalam arti baju kurung warna hitam dan cadar yang menutup seluruh tubuhnya).
Namun, saat sudah berada di tempat acara sesama perempuan atau saat menerima tamu perempuan di rumah, baju kurung dan melepas cadarnya hingga tampak rambut, dada (atas), tangan, dan telapak kaki lengkap dengan perhiasan dan make up-nya mulai rambut hingga ujung kuku.
Di Indonesia, kata Nyai Badriyah, jilbab dalam arti khimar modelnya bermacam-macam. Ada yang berupa bergo yang pada umumnya berbahan kaus.
Kemudian, ada yang seperti kerudung segi empat yang dilipat jadi segitiga saat dikenakan. Lalu, ada seperti kerudung panjang, lalu diputar dan dililitkan sedemikian rupa saat mengenakannya.
Baju pun demikian. Ada yang berupa atasan dan bawahan. Ada yang berupa gamis.
Perbedaan desain terkadang juga tidak selalu menunjukkan latar belakang ideologis pemakainya.
Ada yang hanya mau mengenakan gamis berbahan tebal warna gelap tanpa pernak-pernik dan aksesori, tapi ada pulan yang menyukai gamis longgar yang berwarna cerah dan ada sentuhan fashion-nya. (Rul)