• Login
  • Register
Minggu, 1 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Dampak Peringatan Hari Anak Perempuan Sedunia Terhadap Kiprah Perempuan di Masa Depan

Kelak di masa depan anak perempuan memiliki potensi untuk mengubah dunia, dan menjadi perempuan yang berdaya. Baik sebagai pekerja, sebagai ibu, pengusaha, kepala rumah tangga, pemimpin politik atau bahkan pejabat negara

Indi Ardila Indi Ardila
14/10/2022
in Publik, Rekomendasi
0
Hari Anak Perempuan Sedunia

Hari Anak Perempuan Sedunia

492
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Peringatan Hari anak perempuan sedunia adalah salah satu bentuk yang memperlihatkan bahwa perempuan masih dalam ketimpangan. Anak perempuan memiliki hak atas kehidupan yang aman, terdidik, sehat, layak dan juga tidak terkekang dan tidak tertekan.

Untuk itu peran orangtua sangatlah penting sejak anak perempuan masih dalam tahap pengasuhan, masa remaja, hingga dewasa sekalipun. Karena kesadaran orangtua merupakan faktor utama yang bisa mendorong langkah setiap anak untuk masa depannya. Selain itu juga faktor yang bisa membentuk bagaimana kehidupan anak di masa depan.

Maka, orangtua harus berorientasi terhadap anak perempuannya di mulai sejak dalam asuhan, dengan menerapkan pikiran yang terbuka tidak terperangkap dalam pikiran yang jadul, atau adat-adat yang pada akhirnya menjadikan anak perempuan tertekan, terkekang, dan ternomor duakan.

Contohnya seperti anak perempuan dilarang bermain kelereng karena itu permainan laki-laki, dilarang membeli robot karena itu mainan anak laki-laki dengan berdalih “pamali”, gak cocok dan alasan yang timpang lainnya. Dari ketimpangan inilah yang nantinya akan berpengaruh terhadap pola pikirnya di masa depan.

Orangtua yang berpikiran terbuka dan tak terbelenggu oleh stigma negatif

Di era modernitas, peran perempuan sangatlah penting terhadap kemajuan negara maupun dunia. Untuk kehidupannya, setiap orangtua sebagai guru pertama di kehidupan anak harus memiliki pikiran-pikiran demokratis dengan tetap normatif, tidak terkungkung oleh pikiran kolot atau usang yang serba mistis dan tidak kritis.

Baca Juga:

Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga

Najwa Shihab dan Ibrahim: Teladan Kesetaraan dalam Pernikahan

Membangun Keluarga Sakinah: Telaah Buku Saku Keluarga Berkah

KB: Ikhtiar Manusia, Tawakal kepada Allah

Selain itu juga, mampu mengarahkan kehidupan anak ke dalam ranah yang positif serta mampu memenuhi kebutuhan emosional dan spiritual. Dengan begitu peluang anak perempuan untuk menjajak kemerdekaan dirinya sangatlah besar. Karena mereka sejak dini sudah memiliki keterbukaan dan bebas dari keterkekangan atas ketimpangan.

Contoh sederhana yang mungkin menerapkan pikiran terbuka kepada anak perempuan sejak dalam masa pengasuhan antara lain, membebaskannya bermain dengan teman sebaya mau dia laki-laki apalagi perempuan. Membiarkan mereka mengeksplorasi diri mereka sendiri, dengan cara memberikan mereka waktu untuk belajar dari hal yang sederhana, memberikan pendidikan seusianya untuk menentukan dan langkah awal mengenal potensi apa yang ia miliki juga contoh lainnya.

Dengan begitu, keterkekangan tidak akan ia rasakan. Sehingga anak perempuan saat beranjak remaja sampai dewasa sudah memiliki daya pikir yang tidak terkungkung pada keterbelakangan. Kemnudian mampu mendobrak stigma negatif dan ketimpangan. Sehingga pada akhirnya, kesadaran akan potensi diri, tidak akan menjadikannya perempuan yang menoton, atau tertinggal. Justru akan menjadikan semua itu langkah dan modal awal untuk terus berdaya, berpengetahuan dan terus mengeksplorasi dan mengekspresikan diri sebagaimana mestinya.

Dukungan untuk mencapai jiwa visioner

Jika anak perempuan dari saat kecil mendapatkan dukungan secara efektif, maka saat remaja pikiran-pikiran terbuka akan mulai aktif. Kelak di masa depan anak perempuan memiliki potensi untuk mengubah dunia, dan menjadi perempuan yang berdaya. Baik sebagai pekerja, sebagai ibu, pengusaha, kepala rumah tangga, pemimpin politik atau bahkan pejabat negara. Maka dari itu kesadaran diri orangtua menjadi faktor utama untuk menentukan arah kehidupan anak.

Finansial bukan tolak ukur keberhasilan

Lalu apakah pola pikir dan kesadaran diri mampu mengubah dunia, ketika keadaan Finansial tak memadai? Mungkin sebagian dari kita berpikir bahwa keadaan ekonomi yang kurang hanya akan membuat kita tertinggal, entah dalam berpendidikan ataupun pemenuhan gaya hidup.

Hidup yang kita rasa pas-pasan membuat seseorang kadang berpikir bahwa yang wajib kita dapatkan hanyalah sebuah kebutuhan material. Karena mungkin itu salah satu cara untuk menyelamatkan keberlangsungan, mereka tidak memiliki harapan apapun selain mencari pendapatan untuk keperluan materil. Hal itu tidaklah salah, karena setiap orang berdaya sesuai kemampuannya.

Tetapi, kekurangan finansial tidak melulu menjadi tolak ukur untuk tidak memiliki harapan, atau menganggap semuanya tidak ada yang bisa kita lakukan. Kkarena kemampuan tidak kita ukur dari seberapa kaya atau miskinnya kita. Tetapi faktor utama kala kita menginjak remaja atau saat mampu menggunakan pikiran kita, adalah kesadaran diri yang mampu menumbuhkan semangat untuk berpengetahuan dan bagaimana pola pikir atas diri kita.

Dan yang namanya perempuan pengubah dunia bukan hanya mereka yang berpendidikan tinggi. Sebab hal ini juga tidak menjadi tolak ukur. Karena setiap perempuan apapun pendidikannya, warna kulitnya, agamanya, latar belakanya punya potensi memajukan kehidupan. Setiap perempuan yang berkiprah di semua ranah kehidupan mereka sejatinya sudah menumbuhkan peradaban.

Untuk itu, kesadaran diri dan cara berpikir menjadi kunci utama setiap perempuan untuk mencapai titik kemerdekaan diri. Dengan kesadaran diri kita menyadari kapasitas diri, keinginan diri. Sehingga jiwa kita tidak terjebak dalam kenyamanan yang mungkin membuat kita tertinggal.

Ketika kesadaran dan peran diri sendiri lebih dari pendukung efektif

Tetapi bagaimana dengan anak perempuan yang tidak memiliki orangtua atau pendukung efektif sedari kecil? Apakah ada potensi atau mampu menjadi perempuan berdaya? Tidak ada kata terlambat untuk kesadaran dan menyadarkan diri kita, karena apapun peran perempuan selagi itu bukan merusak diri dan merugikan orang lain semuanya harus kita hargai dan itu termasuk langkah memajukan kehidupan.

Sebagaimana seorang perempuan menyadari keberhargaan dirinya, kualitas dirinya di usia yang sudah tua, tanpa dukungan dari siapapun dan atas kesadaran dirinya sendiri. Ia akhirnya memilih peran atau pekerjaan yang mungkin lebih ke arah positif dari sebelumnya, sehingga dia mampu berkontribusi terhadap kehidupan yang lebih membangun. Itu bisa kita sebut buah dari kesadaran diri.

Seorang guru dia berdaya memberi pengetahuan. Seorang penjual dia berdaya menyediakan berbagai macam kebutuhan. Seorang buruh dia berdaya memajukan keberlangsungan finansial. Seorang ibu rumah tangga dia berdaya mengolah kehidupan, dan keberdayaan setiap peran perempuan lainnya. Itu menunjukkan bahwa tidak satupun keberdayaan perempuan yang tidak ada kontribusinya terhadap kemajuan dan kehidupan beragama maupun bernegara. Tanpa terkecuali keberdayaan merusak diri sendiri.

Berpengetahuan adalah modal utama untuk mencapai perubahan

Sebagaimana adanya peringatan hari anak perempuan sedunia, sebagai kiprah masyarakat dunia untuk memenuhi hak-hak anak perempuan agar terbebas dari ketertinggalan. Selain itu, sebagai upaya menghindari bentuk kekerasan dan perlakuan tidak adil terhadap anak perempuan. Mungkin upaya ini juga akan berpengaruh terhadap kiprah perempuan di masa depan.

Dengan membentuk perempuan yang terpenuhi hak-hak-nya sejak dini sehingga akan menjadikan perempuan pewaris visi masa depan. Dan kalau kita kembali pada sejarah Raden Ajeng Kartini yang mengangkat derajat kaum perempuan dari ketertinggalan, hingga menjadikan perempuan mendapatkan ruang pendidikan dan pekerjaan yang layak.

Untuk itu, kita sebagai Kartini masa kini, saya rasa bukan lagi menuntut kesetaraan (feminisme). Toh rasa-rasanya negara tidak lagi membatasi perempuan untuk tidak boleh mengambil porsi yang sama dengan laki-laki. Tetapi pola pikir masyarakatnya yang dogmatis, misoginis dan kurangnya pengetahuan akan kemajuan jaman.

Meski patriarki hampir sepenuhnya menjadi budaya kita di Indonesia, setidaknya sejarah mencatat di dunia politik negara kita pernah dipimpin oleh seorang perempuan. Kata lain perempuan juga bisa melakukan hal yang sama dengan laki-laki jika perempuan itu sadar akan potensi diri dan berpengetahuan.

Dan saya rasa tugas berat kita sebagai kartini-kartini hari ini adalah bagaimana kita bisa menjaga martabat kita. Bagaimana kita supaya tidak dilecehkan, bagaimana kita dapat merubah stereotip, bahwa perempuan bukan semata soal syahwat dan pemuas bagi laki-laki. Ttapi perempuan adalah tiangnya negara juga suri dapur kehidupan yang mampu membuat perubahan membangun peradaban.

Dan tugas penting lainnya adalah, bagaimana menjadi perempuan yang tidak hanya cantik parasnya tetap cerdas isi kepalanya, yang terpuji attitude-nya, mengenal diri dan mencintai dirinya apapun bentuknya, serta menjadi support sistem bagi perempuan lainnya. []

Tags: Anak PerempuanHak anakkeluargaorang tuaPeringatan Hari Anak Perempuan SeduniaUU Perlindungan Anak
Indi Ardila

Indi Ardila

Bukan apa dan siapa tidak sekedar apalagi sebagai. Satu yang nyata, aku cuma seseorang yang suka melahap.

Terkait Posts

Ketuhanan

Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila

1 Juni 2025
Perempuan Penguasa

Sejarah Para Perempuan Penguasa Kerajaan Wajo, Sulawesi Selatan

31 Mei 2025
Disabilitas dan Seni

Kreativitas tanpa Batas: Disabilitas dan Seni

31 Mei 2025
Ruang Aman bagi Anak

Fenomena Inses di Indonesia: Di Mana Lagi Ruang Aman bagi Anak?

30 Mei 2025
Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Menilik Peran KUPI Muda dalam Momen Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

30 Mei 2025
Kasus Argo

Kasus Argo UGM dan Sampai Kapan Nunggu Viral Dulu Baru Diusut?

30 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pandangan Subordinatif

    Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Jilbab Menjadi Alat Politik dan Ukuran Kesalehan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tren Mode Rambut Sukainah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bagaimana Hukum Dokter Laki-laki Memasangkan Kontrasepsi IUD?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Ketika Jilbab Menjadi Alat Politik dan Ukuran Kesalehan
  • Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila
  • Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)
  • Tren Mode Rambut Sukainah
  • Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID