• Login
  • Register
Sabtu, 7 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Hak Anak untuk Beragama

Anak harus diberi kesempatan secara penuh untuk tumbuh kembang dalam suasana sosial-kultural keagamaan kedua orang tuanya.

Redaksi Redaksi
27/10/2022
in Hikmah, Pernak-pernik
0
agama anak

agama anak

445
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Jika merujuk pada pembahasan hukum Islam klasik, memeluk agama, baik Islam maupun yang lain, adalah keputusan sangat besar yang memerlukan kesadaran penuh dan perhatian utuh. Karena itu, pilihan seorang anak yang masih di bawah umur, untuk masuk atau keluar dari agama tertentu tidak diperhitungkan.

Pilihan mereka dianggap minor dan tidak memiliki kekuatan legal. Sesuai dengan pernyataan suatu teks hadits yang menjadi kaidah umum bahwa semua perbuatan anak di bawah umur sampai ia menjadi dewasa tidak memiliki tanggungjawab legal (Sunan Abu Dawud, No. 4400).

Pilihan seorang anak dalam beragama mengikut pada agama orang tuanya. Keputusan hukum ini dberdasarkan pada ayat al-Qur’an (QS. at-Thur: 21) dan teks hadits yang sangat populer tentang agama anak yang akan ikut agama kedua orang tuanya (Shahih al-Bukhari. No. 1373).

Detailnya, di dalam hukum fikih, menurut Dr. Faqihuddin Abdul Kodir dalam buku Fikih Hak Anak, memang ada banyak perbedaan pandangan, yaitu antara anak di bawah umur yang belum bisa membedakan kebaikan dan keburukan (ghair mumayyiz) dengan yang sudah bisa membedakan (mumayyiz).

Perbedaan Agama

Perbedaan pandangan juga terjadi, ketika kedua orang tua memeluk agama yang berbeda. Katakanlah, yang satu beragama Islam, yang lain beragama selain Islam. Anak akan mengikuti agama siapa?. Apakah mengikuti agama ayahnya? Ibunya?.

Baca Juga:

Perspektif Heterarki: Solusi Konseptual Problem Maraknya Kasus Kekerasan Seksual di Lembaga Pendidikan Agama  

Fenomena Inses di Indonesia: Di Mana Lagi Ruang Aman bagi Anak?

Alarm Kekerasan Terhadap Anak Tak Lagi Bisa Diabaikan

Kasus Inses di Kudus: Pentingnya Membangun Ruang Aman bagi Anak

Begitupun mengenai seorang anak di bawah umur yang tertangkap sebagai tawanan perang. Apakah beragama seperti agama kaumnya atau kedua orang tuanya.

Sekalipun terjadi berbagai perbedaan dalam berbagai kasus di atas, kecenderungan umumnya adalah bahwa seorang anak di bawah umur, terutama yang ghair mumayyiz, tidak memiliki cukup kesadaran untuk memilih agama tertentu secara mandiri dan bertanggungjawab.

Sehingga anak harus mendapatkan kesempatan secara penuh untuk tumbuh kembang dalam suasana sosial-kultural keagamaan kedua orang tuanya. (Rul)

Tags: agamaanakBeragamaFaqihuddin Abdul KodirhakHak anak
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Wuquf Arafah

Makna Wuquf di Arafah

5 Juni 2025
Kritik Asma Barlas

Iduladha sebagai Refleksi Gender: Kritik Asma Barlas atas Ketaatan Absolut

5 Juni 2025
Aurat

Aurat Perempuan: Antara Teks Syara’ dan Konstruksi Sosial

5 Juni 2025
Batas Aurat

Menelusuri Perbedaan Pendapat Ulama tentang Batas Aurat Perempuan

5 Juni 2025
Fikih Ramah Difabel

Menggali Fikih Ramah Difabel: Warisan Ulama Klasik yang Terlupakan

5 Juni 2025
Batas Aurat Perempuan

Dalil Batas Aurat Perempuan

5 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Berkurban

    Berkurban: Latihan Kenosis Menuju Diri yang Lapang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Narasi Hajar dalam Spiritualitas Iduladha

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3 Solusi Ramah Lingkungan untuk Pembagian Daging Kurban

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memaknai Istilah “Kurban Perasaan” Pada Hari Raya Iduladha

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Khutbah Iduladha: Teladan Nabi Ibrahim, Siti Hajar, dan Nabi Ismail tentang Tauhid dan Pengorbanan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • 3 Solusi Ramah Lingkungan untuk Pembagian Daging Kurban
  • Pentingnya Narasi Hajar dalam Spiritualitas Iduladha
  • Berkurban: Latihan Kenosis Menuju Diri yang Lapang
  • Makna Wuquf di Arafah
  • Iduladha sebagai Refleksi Gender: Kritik Asma Barlas atas Ketaatan Absolut

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID