• Login
  • Register
Rabu, 23 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Hak Anak untuk Beragama

Anak harus diberi kesempatan secara penuh untuk tumbuh kembang dalam suasana sosial-kultural keagamaan kedua orang tuanya.

Redaksi Redaksi
27/10/2022
in Hikmah, Pernak-pernik
0
agama anak

agama anak

449
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Jika merujuk pada pembahasan hukum Islam klasik, memeluk agama, baik Islam maupun yang lain, adalah keputusan sangat besar yang memerlukan kesadaran penuh dan perhatian utuh. Karena itu, pilihan seorang anak yang masih di bawah umur, untuk masuk atau keluar dari agama tertentu tidak diperhitungkan.

Pilihan mereka dianggap minor dan tidak memiliki kekuatan legal. Sesuai dengan pernyataan suatu teks hadits yang menjadi kaidah umum bahwa semua perbuatan anak di bawah umur sampai ia menjadi dewasa tidak memiliki tanggungjawab legal (Sunan Abu Dawud, No. 4400).

Pilihan seorang anak dalam beragama mengikut pada agama orang tuanya. Keputusan hukum ini dberdasarkan pada ayat al-Qur’an (QS. at-Thur: 21) dan teks hadits yang sangat populer tentang agama anak yang akan ikut agama kedua orang tuanya (Shahih al-Bukhari. No. 1373).

Detailnya, di dalam hukum fikih, menurut Dr. Faqihuddin Abdul Kodir dalam buku Fikih Hak Anak, memang ada banyak perbedaan pandangan, yaitu antara anak di bawah umur yang belum bisa membedakan kebaikan dan keburukan (ghair mumayyiz) dengan yang sudah bisa membedakan (mumayyiz).

Perbedaan Agama

Perbedaan pandangan juga terjadi, ketika kedua orang tua memeluk agama yang berbeda. Katakanlah, yang satu beragama Islam, yang lain beragama selain Islam. Anak akan mengikuti agama siapa?. Apakah mengikuti agama ayahnya? Ibunya?.

Baca Juga:

Membentuk Karakter Anak Lewat Lingkungan Sosial

Jangan Biarkan Fondasi Mental Anak Jadi Rapuh

Pentingnya Membentuk Karakter Anak Sejak Dini: IQ, EQ, dan SQ

Ketika Perempuan Tak Punya Hak atas Seksualitas

Begitupun mengenai seorang anak di bawah umur yang tertangkap sebagai tawanan perang. Apakah beragama seperti agama kaumnya atau kedua orang tuanya.

Sekalipun terjadi berbagai perbedaan dalam berbagai kasus di atas, kecenderungan umumnya adalah bahwa seorang anak di bawah umur, terutama yang ghair mumayyiz, tidak memiliki cukup kesadaran untuk memilih agama tertentu secara mandiri dan bertanggungjawab.

Sehingga anak harus mendapatkan kesempatan secara penuh untuk tumbuh kembang dalam suasana sosial-kultural keagamaan kedua orang tuanya. (Rul)

Tags: agamaanakBeragamaFaqihuddin Abdul KodirhakHak anak
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Saling Mengenal

Laki-laki dan Perempuan Diperintahkan untuk Saling Mengenal, Bukan Saling Merendahkan

22 Juli 2025
sharing properti keluarga

Menguatkan Praktik Sharing Properti Keluarga di Tengah Budaya Patriarki

22 Juli 2025
properti keluarga

Ketika Properti Keluarga Menjadi Sumber Ketidakadilan

22 Juli 2025
Konflik Keluarga

Manajemen Konflik Keluarga

21 Juli 2025
Ekonomi

Mengapa Istri Paling Rentan secara Ekonomi dalam Keluarga?

21 Juli 2025
Lingkungan Sosial

Membentuk Karakter Anak Lewat Lingkungan Sosial

19 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • properti keluarga

    Ketika Properti Keluarga Menjadi Sumber Ketidakadilan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menguatkan Praktik Sharing Properti Keluarga di Tengah Budaya Patriarki

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fenomena Sibling Rivalry dalam Rumah: Saudara Kandung, Tapi Rasa Rival?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Refleksi Difabel dalam Narasi Film Sore: Istri dari Masa Depan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perselingkuhan, Nikah Siri dan Sexually Discipline

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menuju Pesantren Inklusif: Sebuah Oto-kritik
  • Laki-laki dan Perempuan Diperintahkan untuk Saling Mengenal, Bukan Saling Merendahkan
  • Fenomena Sibling Rivalry dalam Rumah: Saudara Kandung, Tapi Rasa Rival?
  • Menguatkan Praktik Sharing Properti Keluarga di Tengah Budaya Patriarki
  • Refleksi Difabel dalam Narasi Film Sore: Istri dari Masa Depan

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID