Mubadalah.id – Islam hadir sebagai agama yang ramah dan toleran terhadap perbedaan yang ada. Sejak pertama kali dibawa oleh Nabi saw., Islam tampil sebagai agama yang tidak membedakan siapapun. Saat itu, masyarakat Quraisy yang terkenal dengan solidaritas kesukuan yang berlebihan menjadi tantangan tersendiri bagi Nabi Muhammad saw. untuk menjembatani hal tersebut. Berikut adalah 6 hadis Nabi saw. yang menggambarkan toleransi dalam kehidupan. Sekaligus mengajarkan bahwa Islam tampil sebagai agama yang ramah dan toleran kepada siapapun.
Islam Sebagai Agama yang Toleran
Dalam sebuah riwayat, Nabi saw. bersabda: “beragama yang paling dicintai oleh Allah swt. adalah sikap yang hanif (lurus) dan samhah (toleran)”. Kata lurus di sini Alqasthalani menterjemahkan dalam Irsyadus Sari sebagai sikap yang condong kepada kebaikan; kebenaran dan meninggalkan kebatilan.
Term ini sering kali bersanding dengan term samhah. Yaitu sikap beragama yang mudah yang berasal (mirip) dengan agama yang Nabi Ibrahim As ajarkan. Identik dengan Nabi Ibrahim, karena agama yang beliau ajarkan berbanding terbalik dengan ajaran para pendeta bani Israil. Di mana mereka mengajarkan agama sebagai sebuah keyakinan dengan penuh kesulitan yang membelenggu.
Islam dan Kebebasan Beragama
Islam semenjak awal didakwahkan oleh Nabi Muhammad saw. membawa ajaran untuk tauhid atau mengesakan Tuhan. Ia tidak menerima keyakinan multi ketuhanan bagaimanapun bentuknya. Kaum Quraisy sebagai objek dakwah pertama saat itu, justru merupakan komunitas yang menuhankan banyak objek. hal ini terlihat dari banyaknya berhala yang dimiliki oleh Quraisy baik yang berada di sekitar Kakbah maupun di tempat-tempat lainnya.
Berbagai cara mereka lakukan untuk menjembatani perbedaan agama mereka dengan agama Nabi saw. Bahkan dengan mengajak kerjasama dalam beribadah. Namun Islam memberikan garis tegas bahwa agama Islam tidak hendak dicampuri oleh keyakinan luar, apapun itu. Indahnya, meski tidak mau menoleransi kerjasama dalam beragama, Islam tidak merongrong keyakinan agama lain dan membebaskan mereka dengan keyakinan mereka sendiri. Hal ini termaktub dalam Q.S. Alkafirun.
Islam dan Ajaran untuk Menghormati Non Muslim
Banyak sirah Nabi saw. yang menggambarkan betapa beliau sangat penyayang, pemaaf serta toleran kepada siapapun. Termasuk kepada mereka yang berbeda agama bahkan sembari mencaci dan memusuhi beliau. Beliau juga sering melakukan relasi sosial dengan orang-orang non muslim. Seperti menjenguk orang sakit, bertransaksi finansial bahkan membantu-memberi makan mereka yang notabene membenci dan mencaci beliau.
Suatu ketika, sahabat Anas r.a. meriwayatkan, bahwa salah satu pelayan milik orang Yahudi yang pernah menjadi pembantu Nabi saw. jatuh sakit. Beliau lalu menjenguk pelayan tersebut sembari bersabda: “Islamlah engkau!”. Lalu pelayan tersebut pun masuk Islam saat itu juga (Shahih Bukhari, 5657). Kisah lain, disebutkan bahwa ketika Abu Thalib hampir meninggal, Nabi saw. datang untuk menjenguknya.
Islam Anti Rasisme
Isu rasial yang selalu menjadi tantangan masyarakat yang hidup dalam lingkungan majemuk juga tak lepas dari perhatian Islam. Di antara sikap yang diberikan adalah pernyataan bahwa sedikitpun Islam tidak memperhitungkan perbedaan fisik dalam menilai tingkat kemuliaan seseorang.
Patokan satu-satunya dalam menentukan siapa lebih mulia dari yang lain hanyalah tingkat ketakwaan. Dari ketakwaan inilah kemudian muncul sikap positif seperti menghormati orang lain, enggan melakukan hal-hal batil serta sikap-sikap lainnya.
Di antara sekian banyak hadis tentang hal ini, adalah hadis riwayat Abu Hurairah: “sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk (fisikmu) dan tidak pula kepada hartamu. Namun Allah hanya melihat kepada hatimu dan amal perbuatanmu” (Sahih Muslim: hadis no. 2564).
Di antara kasus rasial yang sering terjadi adalah diskriminasi terhadap orang lain dengan alasan perbedaan warna kulit. Hadis yang secara eksplisit menolak hal ini adalah hadis riwayat Abu Dzar. Nabi saw. bersabda: “lihatlah! Sesungguhnya engkau tidaklah lebih baik dari mereka yang berkulit merah maupun hita, kecuali engkau melebihi mereka dalam hal ketakwaan!” (Musnad Ahmad: hadis no. 21407).
Toleransi Bertetangga
Relasi terdekat kita dalam lingkungan sosial adalah dengan tetangga. Mereka adalah orang-orang yang kita pastikan akan menjadi pihak pertama yang ada untuk membantu dan terlibat dengan kita selain keluarga. Oleh karena itu, Nabi saw. secara khusus menganjurkan kepada kita untuk bersikap baik dan mengutamakan sikap toleran kepada tetangga.
Salah satu bentuk keakraban dengan tetangga, adalah riwayat hadis riwayat Abu Dzar berikut ini: “Nabi saw. bersabda: “jika engkau memasak kuah, maka perbanyaklah airnya kemudian perhatikan tetanggamu. Ambillah sebagian dari kuah itu untuk mereka”. (Sunan Darimi: hadis no. 1319). Allahu A’lam. []