• Login
  • Register
Minggu, 8 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Featured

Persahabatan dalam Keluarga

Dalam konteks keseimbangan, perempuan juga memiliki tanggung jawab untuk mendidik suami, mendidik keluarga besar dan lingkungan

Listia Listia
30/12/2022
in Featured, Keluarga
0
Persahabatan dalam Keluarga

Persahabatan dalam Keluarga

431
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Setiap suami-istri-anak dalam keluarga memiliki sejarah pertumbuhan pribadi masing-masing, diantaranya dalam lingkungan yang berbeda. Ragam perbedaan ini umumnya mendatangkan tantangan sendiri saat keluarga menjadi satu tim persahabatan dalam keluarga.

Di mana dalam kondisi ini, mau tidak mau kita membutuhkan soliditas agar kesimbangan dalam pertumbuhan bersama terjaga, sebagai hal yang sangat fundamental dalam situasi masyarakat yang berubah. Ketenangan, saling mengasihi dan kebahagiaan adalah buah dari saling menjaga keseimbangan dalam. Tapi mungkin tidak semua keluarga mengupayakan, karena berbagai situasi.

Tidak adanya upaya untuk menjaga keseimbangan adakalanya membuat seseorang tidak menjadi diri sendiri, biasanya mereka yang kita posisikan sebagai pihak yang tidak penting, misalnya anak-anak.

Anak -anak tumbuh tanpa mendapatkan kesempatan menjadi diri sendiri. Karena pilihan-pilihan terkait tumbuh kembangnya ditentukan oleh selera orang tua, lingkungan. Sehingga anak akan kesulitan menemukan diri sendiri.

Banyak anak sekolah (bahkan hingga kuliah) yang menjalani aktivitas belajar demi ambisi orang tua. Bila kebetulan selera, minat dan kemampuan selaras, mungkin anak akan bahagia dengan pilihan orang lain. Tetapi  sebagai pribadi dengan pikiran dan sejarah hidup berbeda, bagaimana pun anak memiliki harapan dan pikirannya sendiri.

Baca Juga:

Perspektif Heterarki: Solusi Konseptual Problem Maraknya Kasus Kekerasan Seksual di Lembaga Pendidikan Agama  

Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)

Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga

Fenomena Inses di Indonesia: Di Mana Lagi Ruang Aman bagi Anak?

Beda Generasi

Banyak orang mengatakan generasi sekarang memiliki daya juang lemah, mudah menyerah, mudah depresi. Seandainya kita lakukan penelitian mendalam pada anak-anak yang kita nilai lemah ini, jangan-jangan karena mereka hidup dan terdidik tidak menjadi diri sendiri. Tidak kita biasakan untuk menghadapi resiko pilihannya, sedikit mendapat kesempatan belajar dari kesalahan atau kesulitan.

Bulliying, perundungan di rumah seringkali tidak kita cermati sebagai kejadian yang menghancurkan pribadi yang di posisi lemah dan merusak keseimbangan. Pihak yang mendapat perundungan biasanya kehilangan daya untuk tampil menjadi diri sendiri. Mampu untuk berargumentasi atas pendapat dan pilihannya. Bertahan dalam kesulitan hidup, atau memendam luka yang menjadi hambatan mental untuk tumbuh dengan gembira.

Keseimbangan akan sulit terealisasi bila sejak awal keluarga kita bangun dengan menjadikan salah satu pihak yang diunggulkan semata-mata. Karena dia laki-laki, semata-mata karena kaya, atau semata berasal dari kelompok sosial tertentu.

Seperti fenomena sosial akhir-akhir ini angka perceraian makin tinggi. Bahkan banyak terjadi pula di kalangan aktivis. Hal ini menjadi gambaran makin banyak keluarga yang tidak berhasil mewujudkan keseimbangan. Karena minimnya kesadaran bahwa keseimbangan itu harus kita upayakan.

Laki-laki Korban Patriarki

Sebagaimana telah banyak kita pahami, masyarakat yang mempertahankan cara hidup patriarkis, tidak hanya melemahkan perempuan dan anak, juga pada laki-laki sendiri. Di mana mereka dimanja oleh sistem sosial sehingga banyak kita temukan laki-laki yang tidak memiliki daya juang, malas belajar, malas berkreasi, malas beradaptasi.

Namun ketika mendapatkan dirinya penuh kelemahan, tidak menerima diri sebagai orang yang penuh kekuarangan itu. Bentuk tidak menerima kekurangan diri bermacam-macam, dari menjadi pribadi yang sulit berkomunikasi, sulit bekerjasama, selingkuh atau melakukan berbagai bentuk kekerasan. Perundungan dalam keluarga, tidak hanya terjadi pada anak, juga pada perempuan, bisa oleh suami atau mertua perempuan.

Oleh karena itu saya sepakat dengan pandangan Kiai Faqih Abdul Kodir dalam tadarus subuh dua minggu lalu, bahwa dalam konteks keseimbangan ini perempuan juga memiliki tanggung jawab untuk mendidik suami, mendidik keluarga besar dan lingkungan. Mengajak berpikir terbuka dan berbagai keterampilan hidup dalam suasana saling menghargai satu dengan yang lain.

Berat sekali ya? Mungkin akan lebih mudah bila saling mendidik ini kita lakukan bersama-sama dalam komunitas. Namun ada yang membuat banyak hal menjadi lebih ringan, yaitu persahabatan dalam keluarga. Semua bisa kita bicarakan dengan nyaman. []

Tags: anakkeluargaparentingpersahabatanRelasi
Listia

Listia

Pegiat pendidikan di Perkumpulan Pendidikan Interreligus (Pappirus)

Terkait Posts

Najwa Shihab dan Ibrahim

Najwa Shihab dan Ibrahim: Teladan Kesetaraan dalam Pernikahan

26 Mei 2025
Program KB

KB: Ikhtiar Manusia, Tawakal kepada Allah

23 Mei 2025
Alat KB

Dalil Agama Soal Kebolehan Alat KB

22 Mei 2025
Kekerasan Seksual Sedarah

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

19 Mei 2025
Keberhasilan Anak

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

17 Mei 2025
Pendidikan Seks

Pendidikan Seks bagi Remaja adalah Niscaya, Bagaimana Mubadalah Bicara?

14 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Jam Masuk Sekolah

    Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fenomena Walid; Membaca Relasi Kuasa dalam Kasus Kekerasan Seksual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Spirit Siti Hajar dalam Merawat Kehidupan: Membaca Perjuangan Perempuan Lewat Kacamata Dr. Nur Rofiah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • 7 Langkah yang Dapat Dilakukan Ketika Anda Menjadi Korban KDRT
  • Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan
  • Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban
  • Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi
  • 3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID