Mubadalah.id – Sebelum mengulas tentang laudatoSi dan prinsip mubadalah, saya ingin membincang tentang fenomena alam kian terjadi di berbagai sudut penjuru bumi. Cuaca yang tidak menentu bahkan kerap menjadi bencana yang tidak terelakkan bagi umat manusia. Hingga kini, isu perubahan iklim masih jarang kita diskusikan oleh banyak kalangan masyarakat. Padahal fenomena ini bisa menjadi malapetaka apabila terus kita abaikan.
Laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) pada Februari lalu mengatakan bahwa dunia tengah menghadapi konsekuensi nyata dari perubahan iklim. Peristiwa ini turut memakan banyak korban jiwa, memperburuk produksi pangan, menghancurkan alam, serta menghambat pertumbuhan ekonomi. Beberapa dari kerusakan tersebut bahkan sudah terjadi dan tidak dapat kita ubah lagi. Selanjutnya, laporan ini juga mendesak adanya aksi global antisipatif bersama.
Semakin maraknya kerusakan lingkungan, bencana alam, serta ancaman perubahan iklim membuat semua pihak dituntut untuk berkontribusi nyata dalam menjaga dan merawat bumi. Hal inilah yang sedang diperjuangkan oleh Paus Fransiskus dengan mengeluarkan sebuah Ensiklik ‘LaudatoSi’ pada tahun 2015 lalu.
Mengenal LaudatoSi
LaudatoSi memuat seruan agar umat manusia merawat lingkungan dan bertanggung jawab terhadap kerusakan alam. Ensiklik ini memuat realitas yang manusia hadapi. Saat ini kita semua sedang menghadapi krisis lingkungan dan ekologi. Berangkat dari fenomena bencana alam, perubahan iklim, dan pemanasan global, Paus Fransiskus menyerukan kepada umat manusia untuk menjaga rumah kita bersama (Our Common Home).
LaudatoSi merupakan ajaran sosial Agama Katolik yang sangat komprehensif pendekatannya serta menyapa bukan hanya umat Katolik, namun semua umat agama lain. Ia sangat menjawab persoalan jaman, yakni persoalan ekologi yang sangat penting bagi umat manusia.
LaudatoSi memiliki ciri khas dengan bahasa yang inklusif, sehingga semua kalangan bisa mencernanya dengan baik. Ensiklik ini ditujukan untuk masyarakat luas yang memiliki niat baik untuk merawat bumi dan menjaga lingkungan. Sehingga pesan untuk menyampaikan persoalan lingkungan harus kita angkat dalam tataran global maupun nasional.
Pertobatan Ekologis
Di dalam ensiklik LaudatoSi terdapat istilah pertobatan ekologis. Berbicara tentang pertobatan, artinya beralih dari kesalahan menuju kebaikan, atau dari masa lalu ke masa yang baru. Sehingga pertobatan bisa juga kita sebut dengan istilah memperbaharui.
Manusia yang tidak menghargai lingkungan tentunya berdosa. Merusak lingkungan termasuk dalam kategori dosa yang kita namakan dengan dosa ekologis. Sehingga kita memerlukan pertobatan ekologis untuk pengampunan dosa ekologis yang telah kita perbuat.
Kerusakan lingkungan dan eksploitasi alam secara berlebihan yang disebabkan oleh manusia termasuk dalam dosa ekologis. Karena telah membuat bumi menjadi rusak dan tidak terawat. Manusia dianjurkan untuk menebus kesalahan dan dosa tersebut dengan melakukan aksi peduli lingkungan, berkomitmen dengan tidak merusak alam, menjaga kelestarian hutan dari penebangan liar, dan lain sebagainya. Aksi demikian bisa kita sebut dengan istilah pertobatan ekologis.
Kita semua mempunyai kewajiban untuk menciptakan kebaikan bersama dan salah satu cara untuk menghidupkan kebaikan bersama yakni dengan menjaga lingkungan. Sehingga ajaran terkait dengan ekologi menjadi sangat penting.
Mandat Manusia
Semua agama tentunya menjunjung tinggi solidaritas. Bukan hanya dengan sesama manusia, namun juga dengan alam. Alasan yang lebih teologis dan spiritual yakni bahwa Gusti Allah menciptakan sesuatu baik adanya dan manusia memiliki tugas untuk memelihara, mengelola dan merawatnya.
Dari mandat itulah kita sebagai umat manusia harus memberikan kontribusi terhadap semua ciptaanNya. Manusia dengan alam merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan untuk itu harus saling menjaga.
Sebagai akhir dalam tulisan ini, setidaknya ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan. Hendaknya kita berpikir dan berlaku secara adil, baik kepada sang pencipta, kepada manusia maupun kepada alam, yang di media ini biasa kita kenal sebagai prinsip Mubadalah. Berikutnya, penting bagi kita untuk menjunjung tinggi perdamaian.
Artinya kita harus menjalin relasi yang harmonis dengan alam. Relasi yang harmonis akan mudah kita lakukan jika hati, pikiran, dan perkataan kita damai. Dan terakhir, kita semua harus menyadari bahwa bumi adalah rumah kita bersama. Maka tanggung jawab memelihara bumi adalah tanggung jawab kita bersama. []