• Login
  • Register
Sabtu, 5 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

7 Dalil Kerja Domestik Rumah Tangga Tanggung Jawab Bersama

Faqih Abdul Kodir Faqih Abdul Kodir
01/03/2020
in Keluarga
0
kerja domestik
110
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Baca Juga:

Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

Kholidin, Disabilitas, dan Emas : Satu Tangan Seribu Panah

ISIF akan Gelar Halaqoh Nasional, Bongkar Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

Kerja domestik adalah segala aktivitas yang dilakukan di dalam rumah untuk kepentingan keluarga. Seperti membersihkan rumah, mencuci baju, memasak, menjaga, menemani main, dan mendidik  anak-anak. Tentu saja, kerja-kerja ini menjadi tanggung jawab seluruh anggota keluarga yang tinggal bersama di dalam rumah. Ini adalah nilai budaya luhur yang bisa menguatkan relasi marital dan parental. Relasi yang berbasis nilai budaya bersama ini akan mudah menghadirkan kebahagiaan bagi isitri dan suami, dan segenap anggota keluarga.

Islam mengakui tanggung jawab bersama ini sebagai bagian dari kemitraan pasutri (zawaj) dan kerjasama dalam berkeluarga (musyarakah). Setidaknya, ada 7 argumentasi dalam Islam, bahwa kerja-kerja domestik ini, tidak melulu tanggungbjawab perempuan, sebagai istri, ibu, atau anak. Melainkan, juga kewajiban laki-laki, sebagai suami, ayah, atau anak.

  1. Tauhid (Keesaan Tuhan). Beriman kepada Allah Swt sebagai Tuhan yang Esa, meniscayakan untuk tidak menganggap selain-Nya sebagai Tuhan (laa ilaaha illallaah). Laki-laki dan perempuan sama-sama hamba-Nya. Tidak boleh salah satu memperhamba atau menjadi hamba pada yang lain. Melainkan, sebagai sesama hamba harus bekerja sama, dalam semua kerja-kerja keimanan dan kebaikan, baik di dalam rumah, maupun di luar rumah. Orang yang berbicara tauhid di publik, tetapi menindas dan memaksa di rumah, adalah melanggar tauhid itu sendiri.
  2. Mandat ke-khalifahan. Dalam Islam, manusia, baik laki-laki maupun perempuan, memperoleh mandat sebagai khalifah Allah Swt, untuk memakmurkan bumi dan mewujudkan kesejeahteraan bagi penduduknya. Mandat ini merupakan tanggung jawab bersama, perempuan maupun laki-laki, yang tentu saja, kerja-kerja di dalam rumah adalah bagian dari wilayah mandat khilafah ini, sebagai kehidupan awal bagi setiap orang di muka bumi.
  3. Amal Shalih. Ribuan ayat dan hadits mendorong Umat Islam untuk selalu melakukan amal shalih. Yaitu segala perbuatan yang baik dan mendatangkan manfaat bagi manusia dan seluruh makhluk-Nya. Ini adalah kewajiban bersama, laki-laki dan perempuan. Segala kerja-kerja domestik adalah wilayah yang sama, bagi perempuan dan laki-laki, untuk berburu amal shalih di mata Allah Swt, yang akan dicatat dan dibalas-Nya dengan pahala yang lebih baik. Amal baik di luar rumah bisa sia-sia jika di dalam rumah yang terjadi sebalknya.
  4. Mu’syarah bil Ma’ruf. Salah satu wujud amal shalih dalam relasi pasutri, adalah saling memperlakukan secara baik, nyaman, menyenangkan, dan bermartabat. Kesalingan dalam kebaikan ini (mu’syarah bil ma’ruf) ini hanya bisa terwujud jika kerja-kerja rumah tangga ditanggung bersama, laki-laki dan perempuan. Adalah melanggar ajaran mu’asyarah bil ma’ruf jika salah satu anggota terbebani kerja rumah tangga, sementara yang lain hanya menikmati semata.
  5. Sakinah, atau ketenangan dan kebahagiaan. Hal ini, dalam al-Qur’an (QS. Ar-Rum, 30: 21), merupakan tujuan dan harapan laki-laki dan perempuan yang mengikatkan diri pada pernikahann. Kerjasama dalam menanggung beban domestik di dalam rumah akan lebih membuat keduanya bisa sakinah, tenang, dan bahagia. Menanggung dan berbagi bersama lebih mudah untuk bahagia bersama.
  6. Ta’awun atau tolong menolong. Ini ajaran pokok dalam Islam, yang harus diwujudkan sejak di dalam rumah. Sehingga, seseorang tidak dibiarkan menanggung sendirian tanggung jawab dan kerja-kerja rumah tangga. Tolong menolong, tentu saja, dalam Islam adalah bagian dari ajaran akhlak mulia, yang dianjurkan Nabi Muhammad Saw. “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya”, kata hadits.
  7. Uswah Hasanah, atau teladan baik dari Nabi Muhammad Saw. Dalam berbagai hadits, tercatat Nabi Saw biasa melakukan kerja kerja domestik di dalam rumah.  Seperti menjahit, memperbaiki sepatu, dan membantu keluarga. Siapapun yang mencintai Nabi Saw dan ingin meneladani perilaku Nabi Saw, baik ia laki-laki maupun perempuan, harus terlibat aktif dalam kerja-kerja di dalam rumah tangga.

Suatu masyarakat dianggap berakhlak mulia dan berbudaya luhur, jika semua individu di dalam keluarganya masing-masing sudah bisa menerapkan nilai-nilai kesalingan dan kerjasama dalam semua kerja-kerja rumah tangga. Berat sama dipikul dan ringan sama dijinjing. Hanya dengan inilah kebahagiaan bersama bisa dicapai dan akhlak mulia bisa diwujudkan. Wallahu a’lam.

Faqih Abdul Kodir

Faqih Abdul Kodir

Founder Mubadalah.id dan Ketua LP2M UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon

Terkait Posts

Pemimpin Keluarga

Siapa Pemimpin dalam Keluarga?

4 Juli 2025
Marital Rape

Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

2 Juli 2025
Anak Difabel

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

1 Juli 2025
Peran Ibu

Peran Ibu dalam Kehidupan: Menilik Psikologi Sastra Di Balik Kontroversi Penyair Abu Nuwas

1 Juli 2025
Geng Motor

Begal dan Geng Motor yang Kian Meresahkan

29 Juni 2025
Keluarga Maslahah

Kiat-kiat Mewujudkan Keluarga Maslahah Menurut DR. Jamal Ma’mur Asmani

28 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Gerakan KUPI

    Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja
  • Kholidin, Disabilitas, dan Emas : Satu Tangan Seribu Panah
  • ISIF akan Gelar Halaqoh Nasional, Bongkar Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia
  • Ahmad Dhani dan Microaggression Verbal pada Mantan Pasangan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID