Kerja domestik rumah tangga adalah segala aktivitas yang dilakukan di dalam rumah untuk kepentingan keluarga. Seperti membersihkan rumah, mencuci baju, memasak, menjaga, menemani main, dan mendidik anak-anak. Tentu saja, kerja-kerja ini menjadi tanggung jawab seluruh anggota keluarga yang tinggal bersama di dalam rumah.
Islam mengakui tanggung jawab bersama ini sebagai bagian dari kemitraan pasutri (zawaj) dan kerjasama dalam berkeluarga (musyarakah). Setidaknya, ada 7 argumentasi dalam Islam, bahwa kerja-kerja domestik rumah tangga ini, tidak melulu tanggungbjawab perempuan, sebagai istri, ibu, atau anak. Melainkan, juga kewajiban laki-laki, sebagai suami, ayah, atau anak.
1. Tauhid (Keesaan Tuhan). Beriman kepada Allah Swt sebagai Tuhan yang Esa, meniscayakan untuk tidak menganggap selain-Nya sebagai Tuhan (laa ilaaha illallaah). Laki-laki dan perempuan sama-sama hamba-Nya. Tidak boleh salah satu memperhamba atau menjadi hamba pada yang lain.
Melainkan, sebagai sesama hamba harus bekerja sama, dalam semua kerja-kerja keimanan dan kebaikan, baik di dalam rumah, maupun di luar rumah. Orang yang berbicara tauhid di publik, tetapi menindas dan memaksa di rumah, adalah melanggar tauhid itu sendiri.
2. Mandat ke-khalifahan. Dalam Islam, manusia, baik laki-laki maupun perempuan, memperoleh mandat sebagai khalifah Allah Swt, untuk memakmurkan bumi dan mewujudkan kesejeahteraan bagi penduduknya. Mandat ini merupakan tanggung jawab bersama, perempuan maupun laki-laki, yang tentu saja, kerja-kerja di dalam rumah adalah bagian dari wilayah mandat khilafah ini, sebagai kehidupan awal bagi setiap orang di muka bumi.
3. Amal Shalih. Ribuan ayat dan hadits mendorong Umat Islam untuk selalu melakukan amal shalih. Yaitu segala perbuatan yang baik dan mendatangkan manfaat bagi manusia dan seluruh makhluk-Nya. Ini adalah kewajiban bersama, laki-laki dan perempuan.
Segala kerja-kerja domestik adalah wilayah yang sama, bagi perempuan dan laki-laki, untuk berburu amal shalih di mata Allah Swt, yang akan dicatat dan dibalas-Nya dengan pahala yang lebih baik. Amal baik di luar rumah bisa sia-sia jika di dalam rumah yang terjadi sebalknya.
4. Mu’syarah bil Ma’ruf. Salah satu wujud amal shalih dalam relasi pasutri, adalah saling memperlakukan secara baik, nyaman, menyenangkan, dan bermartabat. Kesalingan dalam kebaikan ini (mu’syarah bil ma’ruf) ini hanya bisa terwujud jika kerja-kerja rumah tangga ditanggung bersama, laki-laki dan perempuan. Adalah melanggar ajaran mu’asyarah bil ma’ruf jika salah satu anggota terbebani kerja rumah tangga, sementara yang lain hanya menikmati semata.
5. Sakinah, atau ketenangan dan kebahagiaan. Hal ini, dalam al-Qur’an (QS. Ar-Rum, 30: 21), merupakan tujuan dan harapan laki-laki dan perempuan yang mengikatkan diri pada pernikahann. Kerjasama dalam menanggung beban domestik di dalam rumah akan lebih membuat keduanya bisa sakinah, tenang, dan bahagia. Menanggung dan berbagi bersama lebih mudah untuk bahagia bersama.
6. Ta’awun atau tolong menolong. Ini ajaran pokok dalam Islam, yang harus diwujudkan sejak di dalam rumah. Sehingga, seseorang tidak dibiarkan menanggung sendirian tanggung jawab dan kerja-kerja rumah tangga. Tolong menolong, tentu saja, dalam Islam adalah bagian dari ajaran akhlak mulia, yang dianjurkan Nabi Muhammad Saw. “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya”, kata hadits.
7. Uswah Hasanah, atau teladan baik dari Nabi Muhammad Saw. Dalam berbagai hadits, tercatat Nabi Saw biasa melakukan kerja kerja domestik di dalam rumah. Seperti menjahit, memperbaiki sepatu, dan membantu keluarga. Siapapun yang mencintai Nabi Saw dan ingin meneladani perilaku Nabi Saw, baik ia laki-laki maupun perempuan, harus terlibat aktif dalam kerja-kerja di dalam rumah tangga.
Suatu masyarakat dianggap berakhlak mulia dan berbudaya luhur, jika semua individu di dalam keluarganya masing-masing sudah bisa menerapkan nilai-nilai kesalingan dan kerjasama dalam semua kerja-kerja rumah tangga. Berat sama dipikul dan ringan sama dijinjing. Hanya dengan inilah kebahagiaan bersama bisa dicapai dan akhlak mulia bisa diwujudkan. Wallahu a’lam.