• Login
  • Register
Jumat, 4 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Featured

Suluh Kebangsaan dari Semangat Para Pahlawan Nasional

Penting kiranya mengaktualisasikan kembali nilai-nilai patriotisme, nasionalisme dan cinta tanah air para pahlawan kepada generasi muda

Winarno Winarno
15/11/2019
in Featured, Publik
0
Pahlawan Nasional

Pahlawan Nasional

337
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Beberapa waktu yang lalu, kita telah memperingati Hari Pahlawan Nasional. Peringatan ini tentu mengingatkan kita akan jasa-jasa pahlawan dalam menjaga dan mempertahankan kedaulatan tanah air. Tanpa melihat latar belakang suku, agama, keyakinan, ras, jenis kelamin, antar etnis serta bahasa. Para pahlawan bersatu dan bahu membahu mengusir para penjajah dari bumi pertiwi.

Tak sedikit harta, keluarga bahkan nyawa dikorbankan. Baik pra kemerdekaan ataupun pascakemerdekaan. Semuanya terlibat dan berkontribusi demi terciptanya perdamaian di nusantara. Ya, kehidupan damai yang kita rasakan hingga saat ini. Ini semua tak lepas dari peran serta pahlawan kita dalam mempertahankan tanah air.

Semangat dan jiwa ksatria para pahlawan nasional, membuktikan bahwa para pahlawan adalah orang yang sangat mencintai tanah kelahirannya. Mencintai tradisi, budaya, adat istiadatnya serta keindahan alamnya. Itulah kenapa, para pahlawan sebagai garda terdepan berjuang menumpas bentuk-bentuk penindasan dan kedzaliman dari penjajah. Gangguan dan ancaman inilah, mereka halau demi tanah air yang mereka cintai.

Aktualisasi Nilai-nilai Nasionalisme

Atas dasar itulah, penting kiranya mengaktualisasikan kembali nilai-nilai patriotisme, nasionalisme dan cinta tanah air para pahlawan nasional kepada generasi muda. Hal ini agar anak muda tak mudah terpengaruh/terprovokasi oleh orang atau kelompok yang mengajak untuk bersikap anti Pancasila. Benci NKRI.

Apalagi kebencian yang berlebihan itu ditumpahkan pada sikap tak mau ikut upacara bendera, hormat bendera merah putih, gak berbaur sama kawan yang berbeda pemahaman atau keyakinan hingga menghujat, mencaci dan menyalahkan orang lain. Menganggap dirinya lah paling benar.

Baca Juga:

Egoisme dan Benih Kebencian Berbasis Agama

Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi

Benarkah Feminisme di Indonesia Berasal dari Barat dan Bertentangan dengan Islam?

Two State Solution: Solusi Perdamaian bagi Palestina-Israel atau Tantangan Integritas Nasional Terhadap Pancasila?

Ajakan dan perbuatan semacam itu tidak meneladani perjuangan dan spirit para pahlawan yang telah mempertaruhkan jiwa dan raganya demi bangsa ini. Padahal mencintai tanah air adalah sifat alamiyah yang melekat pada diri manusia.

Maka hal tersebut tentu tidak bertentangan dengan ajaran atau nilai-nilai Islam. Justru semakin memperkuat keislamannya. Sebagaimana para kiai, ibu nyai, ulama dan para santri terdahulu dalam menghalau penjajah ketika perang pada 10 November 1945 di Surabaya dan daerah-daerah lainnya.

Konsep Islam

Dalam Islam, ada tiga konsep ukhuwah, yakni ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama muslim), ukhuwah insaniyah (persaudaraan sesama manusia) dan ukhuwah wathaniyah (persaudaraan sesama anak bangsa). Ketiganya harus saling berkaitan, dan saling melengkapi satu sama lain.

Misalnya ukhuwah insaniyah tak akan tercapai jika kedua ukhuwah lainnya tak mendukung. Jika meniadakan ukhuwah wathaniyah, tentu akan menimbulkan fanatisme, taklid buta atau bahasa lain menurut Pengamat Timur Tengah, Dina Sulaeman sebagai bigot (bahasa Inggris), yang artinya fanatik buta.

Ukhuwah wathaniyah mengajarkan kita untuk selalu menjaga persatuan dan kesatuan bangsa yang bingkai cinta tanah air. Komitmen ini mesti dibagun dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dari lingkup terkecil (keluarga) hingga paling besar (masyarakat/ negara).

Suluh Kebangsaan Ala Nabi

Rasulullah Saw pun telah mempraktikkan ketiga konsep ukhuwah melalui Piagam Madinah. Dibuatnya piagam ini tentu untuk menjamin keamanan dan kebebasan bagi seluruh masyarakat untuk beribadah serta beraktivitas sesuai prinsip yang dianut agama masing-masing selama tidak berbuat zalim terhadap pihak lainnya.

Inilah suluh kebangsaan yang dipraktikkan Rasulullah Saw, sebagaimana dipraktikkan pula pendahulu kita, pahlawan negara kita. Nilai-nilai ini harus ditanamkan sejak dini kepada generasi muda agar kedepan tak terjadi lagi konflik-konflik atas nama agama.

Untuk itu diperlukan saling menghargai dan saling menghormati akan perbedaan. Anak muda pun mesti mengedepankan dialog agar sifat curiga dan prasangka satu sama lain sirna. Dari dialog ini juga sesama anak bangsa dan muslim dalam lingkup negara bisa saling berinteraksi dan komunikasi.

Jika saling menghargai, menghormati dan saling memahami terbangun. Maka kita bisa hidup tenang berdampingan dengan pola kerja sama, kemitraan. Tinggal memikirkan bagaimana kedepan membangun dan memajukan NKRI tanpa sekat yang menghalangi. Semoga. []

Tags: cinta tanah airHari PahlawanIndonesiaKebangsaankemerdekaanpahlawan nasional
Winarno

Winarno

Winarno, Alumni Pondok An-Nasucha, dan ISIF Cirebon Fakultas Usuluddin

Terkait Posts

Isu Iklim

Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

3 Juli 2025
KB sebagai

Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama

3 Juli 2025
Poligami atas

Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

3 Juli 2025
Konten Kesedihan

Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

3 Juli 2025
SAK

Melihat Lebih Dekat Nilai Kesetaraan Gender dalam Ibadah Umat Hindu: Refleksi dari SAK Ke-2

2 Juli 2025
Wahabi Lingkungan

Ironi: Aktivis Lingkungan Dicap Wahabi Lingkungan Sementara Kerusakan Lingkungan Merajalela

2 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Konten Kesedihan

    Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim
  • Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama
  • Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID