• Login
  • Register
Sabtu, 5 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Jalan Tengah Pengasuhan Anak

Kita perlu ada perubahan paradigma yang menjadi jalan tengah dalam menghargai keseimbangan peran ibu dan ayah dalam pengasuhan anak

Hamdan Juhannis Hamdan Juhannis
28/03/2023
in Personal
0
Pengasuhan Anak

Pengasuhan Anak

518
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Kali ini tentang parenting. Saya menulis ini karena “diusik” oleh seorang kawan, aktifis perempuan dan tokoh penting bagi konsolidasi Ulama Perempuan di Indonesia, Nyai Badriyah Fayumi. Nyai Badriyah rupanya terganggu dengan sodoran jalan tengah saya yang mungkin dianggapnya masih sebatas “jalan pinggiran”. Beliau meminta saya membentangkan sebuah argumen jalan tengah dalam hal pengasuhan anak (parenting).

Pertanyaannya, betulkah pengasuhan anak masih saja didominasi oleh peran ibu dibanding ayahnya? Pertanyaan ini saya angkat karena ketika berbicara tentang pengasuhan, ada kecenderungan pemahaman yang sudah terset tentang ketidakseimbangan peran.

Mari menengok beberapa realitas sosial yang terjadi saat ini yang menunjukkan bahwa persepsi itu sebenarnya sudah bergeser. Di kampus tempat saya bekerja, sudah menjadi pemandangan biasa anak ikut kepada ayahnya di tempat kerja. Misal di tempat anak bungsu saya bersekolah, sudah lebih dominan ayah mengantar anaknya ke sekolah. Lalu, di tempat jogging saya, rata-rata teman yang terlambat ikut karena menjadi “tukang ojek” istilah para ayah yang rutin mengantar anaknya ke sekolah.

Yang menarik juga, ketika penerimaan rapor, banyak anak yang ditemani oleh kedua orangtua mereka. Tidak jarang juga saya melihat ayah yang menemani anaknya menghadap ke guru kelas. Tentu saya tidak ingin menggeneralisir kasus di sekitar saya. Namun pembagian peran orangtua dalam mengurus anak sudah sangat maju.

Membangun Kesadaran Kolektif Masyarakat

Paling tidak, sudah menjadi bagian dari kesadaran kolektif masyarakat ketika ayah mengerjakan pekerjaan yang dulunya dianggap “tabu”. Saya bahkan menduga, ketika beberapa kaum ayah membaca coretan ini, mereka bergumam dalam hati kalau mereka melakukan kegiatan pengasuhan lebih dari yang saya gambarkan.

Baca Juga:

Siapa Pemimpin dalam Keluarga?

Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

Pertanyaan berikutnya, mengapa Nyai Badriyah “memaksa” saya  untuk mengulas aspek jalan tengah pengasuhan ini? Karena menurutnya ada bangunan tradisi yang masih sangat berpihak pada peran simbolik ayah yang cenderung mencederai rasa keadilan banyak ibu. Misalnya, efek dari tradisi “nama kedua” anak yang selalu ternisbatkan kepada ayahnya bukan ke ibunya. Tradisi ini berkonsekuensi pada pemanggilan anak di ruang publik, misalnya pemberian penghargaan. Yang selalu dipanggil adalah ayahnya, sementara bisa saja ibunya yang berjibaku terhadap hadirnya prestasi anaknya.

Dalam kaitan ini perlu ada jalan tengah menuju keadilan parenting, keseimbangan fathering dan mothering. Perlu melakukan pengarusutamaan kesadaran dunia pendidikan bahwa kalau ada pemberian apreasiasi atau apa saja yang terkait dengan publisitas nama anak, sejatinya menyebut nama ayah dan ibu. Bahkan konsep “ladies first” dalam layanan umum harus kita budayakan menjadi “mothers first” dalam dunia pendidikan.

Jalan Tengah: Peran Ibu dan Ayah

Termasuk yang Nyai Badriyah suarakan, perlunya perubahan paradigma yang menjadi jalan tengah dalam menghargai keseimbangan peran ibu dan ayah dalam pengasuhan anak. Misalnya, dalam hal yang bersifat selebrasi prestasi anak, rekognisi terhadap peran Ibu sejatinya menjadi prioritas. Jangan ada pengabaian terhadap peran salah satu orangtua dalam pembentukan jati diri anak.

Minimal tidak terjadi seperti cerita wisuda di sebuah perguruan tinggi di Makassar. Pada saat anaknya diwisuda, ayah dan ibunya bersitegang siapa yang mendampinginya, karena panitia hanya mengizinkan satu orang pendamping. Ibunya mengatakan, dia yang berhak karena dialah yang melahirkan anaknya. Ayahnya juga bertahan bahwa dia yang harus mendampingi anaknya, karena dialah yang membiayainya sampai sarjana. Untung panitia menawarkan jalan tengah, keduanya bergantian masuk jadi pendamping.

Saya mengakhiri catatan ini dengan menegaskan kepada Nyai Badriyah dan pembaca. Sebagai orang yang pernah menjadi anak, saya sama sekali tidak merasakan indikasi konflik pengasuhan anak oleh orangtua. Saya yatim sejak kecil, Nyai.  Saya dibesarkan ibu yang menjadi single parent. Ibu mengambil semua jenis peran pengasuhan orangtua terhadap anaknya dengan segala keterbatasannya.

Yang saya paham betapa beratnya peran Ibu yang juga harus menjadi ayah. Yang saya alami, betapa berat beban psikologis hidup sebagai anak tanpa pernah tangannya dijinjing oleh ayah, minimal hari pertama masuk sekolah. Itulah, selagi semua masih hidup sebagai orangtua, mari membagi peran secara fair. Ngomong-ngomong, pada puncak perayaan hari Ibu tahun lalu, Ibu saya dinobatkan sebagai salah satu  tiga wanita tangguh Sulawesi Selatan. Keren kan? []

Tags: anakayahIbukeluargaorang tuaparentingPengasuhan Anakrumah tangga
Hamdan Juhannis

Hamdan Juhannis

Rektor UIN Alauddin Makassar

Terkait Posts

Hidup Tanpa Nikah

Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

5 Juli 2025
Ruang Aman, Dunia Digital

Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

3 Juli 2025
Vasektomi

Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?

2 Juli 2025
Narasi Pernikahan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

1 Juli 2025
Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Second Choice

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

30 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Gerakan KUPI

    Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ISIF akan Gelar Halaqoh Nasional, Bongkar Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kholidin, Disabilitas, dan Emas : Satu Tangan Seribu Panah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Bekerja itu Ibadah
  • Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi
  • Jangan Malu Bekerja
  • Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID