• Login
  • Register
Kamis, 3 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Pentingnya Pendidikan untuk Perempuan dan Masa Depan Peradaban Manusia

Pendidikan adalah hak semua orang, tidak memandang laki-laki atau perempuan. Banyak kasus ketimpangan gender bermula dari rendahnya pendidikan perempuan

Khotimah Khotimah
17/04/2023
in Personal
0
Pentingnya Pendidikan untuk Perempuan

Pentingnya Pendidikan untuk Perempuan

828
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Saat ini perkembangan zaman begitu pesat, banyak tantangan dan peluang yang saat ini atau nanti kita hadapi. Seperti halnya perkembangan teknologi harus kita imbangi dengan kualitas sumber daya manusia. Ketika perkembangan zaman tidak kita imbangi denngan kualitas sumber daya manusia, sudah dipastikan bahwa kehidupan dan peradaban manusia di masa depan tidak akan berjalan dinamis.

Salah satu ruang untuk memupuk kualitas diri yaitu melalui pendidikan. Termasuk pentingnya pendidikan untuk perempuan. Namun, faktanya pendidikan saat ini belumlah seimbang dan merata. Tidak seperti di kota-kota besar, di mana hampir semua orang memiliki pemikiran bahwa pendidikan merupakan aktivitas yang wajib kita lakukan. Akan tetapi di daerah dan desa-desa pelosok kecil, pendidikan adalah suatu barang mahal yang tidak mampu mereka miliki. Khususnya perempuan yang seringkali menjadi golongan yang tidak diprioritaskan dalam pendidikan.

Ketika Data Berbicara

Menurut data UNICEF tahun 2019 lalu di seluruh dunia, terdapat 129 juta anak perempuan yang putus sekolah. Di mana 32 juta adalah anak perempuan yang putus di tingkat sekolah dasar. 30 juta anak perempuan yang putus di tingkat sekolah menengah pertama, dan 67 juta anak perempuan yang putus sekolah di tingat sekolah menengah ke atas.

Begitupun sama dengan di Indonesia. Melansir dari data Kemendikbutristek pada tahun 2021 terdapat 75.303 anak Indonesia yang putus sekolah. Di mana angka anak Indoensia yang putus sekolah tersebut terus meningkat hingga tahun 2022 kemarin. Hal ini menunjukkan bahwa pemerataan pendidikan di Indonesia belumlah maksimal. Masih banyak anak-anak Indonesia yang kehilangan harapannya untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya.

Hal mendasar dari tidak meratanya pendidikan di Indonesia ialah tidak lain karena faktor ekonomi. Orang-orang pedesaan pada umumnya hanya berprofesi sebagai buruh dan petani, penghasilan yang mereka dapatkan tidak bisa memenuhi untuk biaya pendidikan. Kemudian mind set orang tua yang menganggap bahwa sekolah tidak terlalu penting untuk anak-anaknya, yang terpenting bagi mereka adalah keberadaannya dapat membantu pekerjaan rumah tangga dan mendampingi sang Ayah berkebun.

Baca Juga:

Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?

Perceraian dalam Fikih: Sah untuk Laki-Laki, Berat untuk Perempuan

Fikih yang Kerap Merugikan Perempuan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

Pembenahan Mind Set, Pendidikan Adalah Investasi Masa Depan

Istilah investasi bukan hanya sekedar hal material akan tetapi non material justru tak kalah penting. Salah satu kawan saya pernah mengatakan “Jangan ragu untuk menghabiskan uangmu jika untuk kepentingan pendidikan, sebab pendidikan adalah investasi masa depan”. Ketika tujuan investasi kita untuk mendapatkan uang, sewaktu-waktu uang akan habis. Namun, jika kita berinvestasi untuk mendapatkan ilmu, ia tidak akan habis sampai kapanpun.

Sebab ilmu dan pengetahuanlah yang akan menuntun kita pada kehidupan yang lebih baik. Karena pada hakikatnya pendidikan adalah tentang pembenahan pola pikir seseorang. Orang yang memiliki pendidikan, ia mempunyai rencana masa depan yang lebih terukur.

Selaras yang diucapkan oleh pakar pendidikan Nurkholis, ia mengatakan bahwa pendidikan memiliki tujuan yang penting. Yakni untuk mengembangkan dan mengasah potensi seorang individu untuk menjadi manusia seutuhnya. Pendidikan memberikan sumbangsih yang besar terhadap perubahan zaman, karena pendidikan adalah pondasi dari peradaban. Maka dari itu kualitas pendidikan saat ini akan menentukan masa depan bangsa nanti.

Bahkan dalam ajaran Islam, sangat menganjurkan umatnya untuk memiliki pendidikan, sebagaimana hadis Rasulullah yang mengatakan bahwa “jika engkau ingin menguasai dunia dan akhirat maka tuntutlah ilmu,”. Ilmu dan pengetahuan adalah kunci segalanya. Masalah-masalah tentang ekonomi, politik bahkan agama bisa kita benahi mulai dari akarnya, yakni pendidikan.

Pentingnya Pendidikan Bagi Perempuan

Pendidikan adalah hak semua orang, tidak memandang laki-laki atau perempuan. Banyak kasus ketimpangan gender bermula dari rendahnya pendidikan perempuan. Bagi mereka yang tidak memiliki akses pendidikan yang layak menyebabkan perempuan menjadi objek yang dieksploitasi oleh budaya patriarki. Karena bicara pendidikan bukan hanya soal ijazah, pendidikan mengasah seseorang untuk memulai keberaniannya, untuk berbicara, berpendapat dan mengungkapkan kebenaran.

Sebagaimana salah satu tokoh pahlawan perempuan Indonesia, yakni Dewi Sartika, beliau pernah mengungkapkan tentang pentingnya pendidikan untuk perempuan dalam bukunya yang berjudul De Inlandsche Vrouw (Wanita Bumi Putra), ia menyatakan bahwa mundurnya martababat perempuan pada saat itu karena lemahnya pendidikan mereka. Banyak dari mereka mengalami kawin paksa, di kekang, dan sebagainya.

Berangkat dari hal itu, Dewi Sartika yang saat itu masih belia, bertekad untuk memberikan ruang bagi perempuan untuk memenuhi kewajibannya sebagai individu dengan memperoleh ilmu dan pengetahuan. Ia mendirikan lembaga pendidikan khusus perempuan yang dinamai “Sakola Istri” yang kurang lebih berjumlah 20 murid. Meskipun banyak mendapat cemoohan karena menentang budaya bangsawan, Dewi Sartika terus mengembangkan pendidikannya hingga akhirnya hangus terbakar karena peristiwa Bandung lautan api.

Dari tekad Dewi Sartika yang melakukan penyadaran awal, tentang pentingnya pendidikan bagi perempuan ialah menyadari bahwa dirinya adalah rahim peradaban. Karena pondasi dari sebuah peradaban adalah pendidikan. Seorang ibu adalah pendidikan pertama bagi anak-anaknya, tentu seorang perempuan harus memiliki ilmu dan pengetahuan yang cukup untuk membangun peradaban kecil yang ia mulai dari keluarga. Maka ada istilah menyekolahkan anak perempuan sama dengan menyelamatkan peradaban. []

 

Tags: emansipasiGenderkeadilanKesetaraanpendidikanperempuan
Khotimah

Khotimah

Khotimah. Saat ini, ia tengah menjalani studi pasca sarjananya di Universitas Pendidikan Indonesia. Selain bercita-cita sebagai pendidik, ia juga ingin menjadi seorang penulis.

Terkait Posts

Ruang Aman, Dunia Digital

Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

3 Juli 2025
Vasektomi

Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?

2 Juli 2025
Narasi Pernikahan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

1 Juli 2025
Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Second Choice

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

30 Juni 2025
Tradisi Ngamplop

Tradisi Ngamplop dalam Pernikahan: Jangan Sampai Menjadi Beban Sosial

29 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Konten Kesedihan

    Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim
  • Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama
  • Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID