Mubadalah.id – Erich Fromm lahir di Frankfurt am Main Jerman Barat pada 23 Maret 1900. Ayahnya merupakan seorang pengusaha yang sangat tekun dalam menjalankan bisnis yang sedang ia kelola. Sehingga bisa kita katakan, penggagas konsep cinta ini memiliki waktu yang sangat terbatas untuk keluarga kecilnya. Fromm sendiri seakan tidak memiliki sebuah kedekatan yang harmonis dengan sang ayah.
Ibunya merupakan seorang tokoh spiritual di masanya ibu Fromm sangat pandai dalam hal sejarah-sejarah agama. Ayah dan ibu Fromm sama-sama berkebangsaan Yahudi.
Fromm lahir sebagai seorang anak satu-satunya dalam keluarganya sebagai anak yang pandai. Tak jarang ia selalu melalui hari-harinya dengan membaca buku. Fromm sendiri menggambarkan keadaan keluarganya yang kacau pada saat itu. Pasalnya sang ayah sering ia lihat dalam keadaan murung, cemas dan tidak jarang terlihat sangat tegang. Sementara ibunya mengalami depresi akibat kebiasaan sang suami.
Melihat apa yang sedang terjadi pada keluarganya Fromm berinisiatif untuk menjadikan keluarganya menjadi sebuah laboratorium nyata untuk dia sendiri melakukan observasi untuk mempelajari perilaku neuoris.
Banyak Mempelajari Bidang Keilmuan
Selama hidupnya Fromm banyak mempelajari bidang keilmuan seperti psikologi, filsafat juga sosiologi di Univesitas Heidelberg. Ia mempelajari tokoh-tokoh besar seperti Herbert Spencer, Karl Marx, Max Weber sampai seorang yang berjuluk bapak psikoanalisa, yaitu Sigmund Freud.
Pada saat usianya masih 22 tahun ia sudah mendapatkan gelar Ph.D. setelah mendapatkan gelarnya Fromm melanjutkan untuk mendalami pendidikan psikoanalisa dalam analisis Sigmud Freud yang bersifat ortodok di Munchen dan Institut Fur Psykoanaliyse di kota Berlin.
Fromm memulai praktiknya dalam bidang psikoanalisa pada tahun 1925. Di samping itu Fromm turut serta membangun sebuah lembaga psikoanalisa di Frankfurt sebagai pengikut teori Sigmund Freud. Seiring dengan berjalannya waku Fromm mulai menemukan sebuah hal dalam teori Freud yang tidak sependapat dengannya. Yaitu dalam teori yang Freud rumuskan. Menurut penilaiannya sangat mengabaikan pengaruh dalam sosio-ekonomi terhadap jalan pikiran manusia.
Setelah perjalanan panjangnya di Jerman pada tahun 1934 Fromm memilih untuk pindah ke Amerika Serikat dan menetap di sana. Kemudian ia bergabung dengan sebuah lembaga psikoanalisa di Chicago dan membuka sebuah tempat praktiknya sendiri sebagai seorang ahli psikoanalisa di New York.
Namun karena latar belakangnya bukan sebagai seorang dokter murni, keberadaan Fromm di dalamnya dipertanyakan oleh para anggota lainnya. Karena dalam lembaga itu sebetulnya hanya membatasi para anggotanya hanya dari kalangan dokter. Karena hal itu Fromm akhirnya memilih untuk mundur dari lembaga tersebut, tak lupa ia membawa beberapa partnernya selama dalam lembaga tersebut untuk ikut dengannya.
Mendirikan Lembaga William Alonson White Institut
Selepas dari lembaga tersebut Fromm bersama para rekannya mendirikan sebuah lembaga bernama William Alonson White Institut. Dalam lembaga ini Fromm dapat dengan leluasa dalam mengembangkan pemikirannya yang berkaitan dengan dunia psikoanalisa tanpa ada tekanan dari pihak manapun. Karena kebebasan itu pula Fromm menjadi seorang yang porduktif dalam membuat karya.
Fromm juga sempat mendirikan lembaga yang berkaitan dengan psikoanalisa di beberapa negara, dan menjadi dosen di beberapa perguruan tinggi ternama. Hal ini menjadikan Fromm semakin bersemangat dalam menulisakan apa yang ia pikirkan, dan dimuat dalam beberapa buku yang yang terkenal. Ia pun sempat menempati posisi ketua akademik dan psikologi klinik yang aktif pada tahun 1962. Selanjunya Fromm sempat menjadi seorang psikiatri di Mexico pada tahun 1965.
Erich Fromm banyak meninggalkan karya yang sangat berharga selama ia hidup. Fromm banyak menuliskan gagasannya tentang Cinta, menurutnya setiap karakter Tokoh yang memengaruhi manusia selalu berhubungan dengan karakter lainnya. Di mana karakter tersebut tidak akan bisa kita ubah kecuali mengubah seluruh tatanan sistem di dalamnya.
Teori Cinta Menurut Erich Fromm
Setiap teori tentang cinta akan berawal dengan konsep manusia. Walaupun pada kenyataannya pada dunia binatang juga kita temukan sejenis cinta yang persis. Hanya saja bentuk cinta yang ada dalam kehidupan binatang dari kemampuan nalurinya.
Manusia terlahir dengan situasi individual yang terbatas. Seperti halnya naluri dan masuk pada situasi yang terbatas, terbuka, tiada kepastian kecuali kematian dan masa lalu. Manusia teranugerahi rasio oleh Tuhan. Di mana ia akan sadar dengan diri, orang lain dan masa depannya suatu saat nanti.
Sadar dengan diri sendiri sebagai entitas yang terpisah, datang dan pergi bukan dengan kehendaknya sendiri. Sadar akan kesendirian dan keterpisahan, kesadaran akan ketidak berdayaan akan kekuatan alam yang sangat besar. Pengalaman akan kesendirian itu semua akan menimbulkan kegelisahan, dan akan menjadikannya sumber untuk segala kegelisahan yang sedang ia alami. Oleh karena itu hal terpenting dalam kehidupan manusia adalah mengatasi kegelisahan akan keterpisahan dan kesendirian.
Jika seseorang mengalami kegagalan dalam mengatasi kesendiriannya, maka ia akan mengalami gangguan kejiwaan, akibat kepanikannya akibat merasa terisolasi. Kepanikan yang demikian hanya dapat kita atasi dengan menarik diri secara paksa dari luar. Maka menurut Fromm cinta akan menjadi obat dari keterasingan manusia.
Menjadi Kekuatan yang Aktif
Cinta yang matang merupakan kesatuan dengan seseorang di dalam kondisi tetap saling mempertahankan integritas dan individualitas. Cinta merupakan kekuatan yang aktif yang ada dalam diri manusia. Kekuatan ini mampu mendobrak sekat pemisah antar diri manusia, dan menyatukan dua insan manusia.
Lalu cinta merupakan suatu jawaban untuk mengatasi rasa isolasi dan keterpisahan yang manusia alami, tanpa harus meleburkan integritas dan keunikan setiap individu. Karena cinta akan menyatukan dua orang insan menjadi satu, namun tetap sebagai dua orang yang bebeda.
Selain itu cinta merupakan tindakan, ia bukan sebuah hal yang pasif. Ia mengartikannnya sebagai bertahan (Standin in) bukan jatuh (Falling for) jika cinta disebut sebagai sebuah tindakan maka kedepannya kita akan menghadapi makna yang ambigu.
Makna aktivitas saat ini kita artikan sebagai kegiatan yang membawa perubahan. Secara umum karakter aktif dari cinta dapat kita deskripsikan melalui pernyataan bahwa cinta pada awalnya adalah tentang memberi bukan menerima.
Kesalahpahaman sering terjadi ialah tentang kata ‘memberi’ kita salah artikan dengan ‘menyerahkan’ sesuatu atau mengorbankan sesuatu. Bagi orang-orang yang karakternya hanya sampai pada tahapan orientasi reseptis, eksploratif kata ‘memberi’ sering ia maknai seperti ini. Sedangkan bagi seorang dengan kepribadian yang aktif kata ‘memberi’ merupakan wujud dari potensi diri yang paling nyata.
Dalam setiap tindakan memberi ia akan merasakan kekuatan, kekayaan dan kekuasaan. Memberi adalah sebuah pengalaman akan sebuah potensi dan vitalitas manusia yang memiliki dampak positif yang besar dan mengakui dirinya sebagai makhluk yang penuh dengan kecukupan. Dalam setiap kegiatan terdapat makna dari sebuah kehidupan.
Cinta adalah Kekuatan Memberi
Persoalan terpenting dari memberi bukanlah dalam hal materi. Melainkan terletak pada diri manusia itu sendiri. Manusia dapat memberikan kebahagiaan, minat, pengetahuan, kesenangan dan kesediannya yang merupakan ekspresi dan manifestasi dari segala hal yang ada tentang diri.
Maksud dan tujuannya memberi bukanlah untuk menerima. Tindakan memberi pada diri pribadi adalah sebuah kebahagiaan yang sangat luar biasa. Namun, selama memberi tidak akan ada selesainya mempersembahkan hal yang baru untuk kehidupan orang lain di sekitar, dan persembahan yang ia berikan kepada sekitarnya turut memberi kesenangan pada diri
Ada hal yang lahir dari sebuah tindakan pemberian. Di mana kedua belah pihak mensyukuri kehidupan yang lahir untuk diri mereka. Berhubungan dengan cinta berarti cinta adalah sebuah kekuatan yang menimbulkan cinta dan kegagalan dalam menciptakan cinta merupakan impotensi.
Apabila seseorang ingin menikmati seni maka ia sendirilah yang harus belajar menikmatinya dengan nilai-nilai kesenian. Manusia mencintai tanpa harus mendirikan cinta, ataupun cintanya tidak mendirikan cinta. Begitu pula ungkapan ekspresi kehidupan sebagai tanda ia mencintai. Namun hal itu tidak membuatnya dicintai. Hal yang demikian ini merupakan cinta yang impoten. []