• Login
  • Register
Rabu, 30 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Seluruh Tradisi Islam Bersifat Dinamis

Dalam ushul fiqh ada konsep-konsep tentang rujukan terhadap realitas, seperti pada kaidah al-'adah muhakkamah (adat kebiasan bisa menjadi rujukan hukum).

Redaksi Redaksi
04/07/2023
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Tradisi

Tradisi

660
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Jika merujuk seluruh tradisi Islam yang telah terbentuk selama 14 abad lalu, maka ada salah satu tradisi yang kita warisi, yaitu potret pergumulan yang dinamis dengan realitas. Ada teks-teks sumber, ada fakta-fakta terjadi di lapangan, dan ada kaidah-kaidah dasar yang mempertemukan atau menjembatani pertemuan keduanya.

Dari khazanah peradaban Islam, disiplin fiqh dan ushul fiqh adalah yang paling kentara bagaimana interaksi teks dan realitas ini hidup dan dikembangkan.

Dalam ushul fiqh ada konsep-konsep tentang rujukan terhadap realitas, seperti pada kaidah al-‘adah muhakkamah (adat kebiasan bisa menjadi rujukan hukum).

Lalu kaidah al-ma’ruf ‘urfan ka al-masyruh syarthan (apa yang sudah menjadi adat kebiasaan, memiliki kekuatan hukum. Seperti apa yang mengisyaratkan dalam sebuah kontrak). Serta kaidah taghayyur al-ahkam bi taghayyur al-azman (hukum bisa berubah mengikuti perubahan zaman).

Kaidah lain yang sejenis, seperti ats-tsabit bi al-urfi tsabitun bi dalllin syar’iyyin (apa yang ulama fiqh tetapkan oleh kebiasaan (realitas) memiliki kekuatan hukum yang sama dengan apa yang teks agama tetapkan). Kaidah istimal an-nas hujjatun yajibu al-‘amal biha, (kebiasaan masyarakat banyak adalah dasar hukum yang harus diikuti).

Sehingga, kaidah-kaidah seperti ini termasuk dalam apa yang kita kenal dengan ‘Teori Adat Kebiasaan’ (nazhariyyat al-‘urf) dalam disiplin ilmu ushul fiqh.

Kaidah-kaidah ini hidup dan kuat dalam disiplin fiqh, ketika masyarakat belum memiliki sistem hukum positif yang jelas dan mengikat.

Baca Juga:

Emansipasi Perempuan Menurut Al-Ghazali: Telaah atas Kitab Ihya’ Ulum al-Din

Islam Mengharamkan Kekerasan terhadap PRT

Dilema Kepemimpinan Perempuan di Tengah Budaya Patriarki, Masihkah Keniscayaan?

Ketika Zakat Profesi Dipotong Otomatis, Apakah Ini Sudah Adil?

Secara konseptual, fiqh telah mengenal perujukan terhadap adat kebiasaan yang berlaku, atau realitas yang berkembang.

Hanya saja fiqh memberikan batasan yang cukup ketat, bahwa adat yang umat Islam rujuk adalah yang belum ada ketentuan hukumnya dari al-Qur’an dan Hadits.

Apabila sudah ada ketentuannya dalam kedua teks sumber ini, maka rujukan terhadap realitas tidak berlaku, atau batal. Batasan ini, pada praktiknya, terjadi tarik ulur ketika berhadapan dengan fakta dan realitas langsung di lapangan.

Pembatasan secara tekstual dan tarik ulurnya dalam aras realitas menunjukkan secara jelas pada referensi prisipal, seperti keadilan dan kemaslahatan. []

Tags: DinamisislamseluruhTradisi
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Hukum Menikah

Memahami Hukum Menikah secara Kontekstual

30 Juli 2025
Menikah Sunnah

Menikah Tak Selalu Sunnah: Bisa Jadi Wajib, Makruh, atau Bahkan Haram

30 Juli 2025
Pernikahan sebagai

Pernikahan sebagai Kontrak Kesepakatan

30 Juli 2025
Pernikahan Perempuan yang

Perempuan Berhak Menolak Pernikahan yang Dipaksakan

30 Juli 2025
Menikah adalah hak

Menikah Bukan Kewajiban, Melainkan Hak yang Harus Dihormati

29 Juli 2025
Keheningan Batin

Keheningan Batin Menjadi Kunci Dalam Meditasi

29 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Menjaga Bumi

    Perempuan Tidak Bercerita; Jihad Sunyi Menjaga Bumi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jika Aku Percaya pada Kesetaraan, Harus Bagaimana Aku Bersikap?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memahami Hukum Menikah secara Kontekstual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menikah Tak Selalu Sunnah: Bisa Jadi Wajib, Makruh, atau Bahkan Haram

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ajaran tentang Cinta Lingkungan dalam Lintas Iman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Memahami Hukum Menikah secara Kontekstual
  • Perempuan Tidak Bercerita; Jihad Sunyi Menjaga Bumi
  • Menikah Tak Selalu Sunnah: Bisa Jadi Wajib, Makruh, atau Bahkan Haram
  • Jika Aku Percaya pada Kesetaraan, Harus Bagaimana Aku Bersikap?
  • Pernikahan sebagai Kontrak Kesepakatan

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID